Sasaeng Fans [EXO]

By ismi_h

507K 30.6K 1.6K

Ada dua sisi berbeda dari sang oppa. Sisi yang ada di depan layar kaca. Dan, Sisi yang ada di belakang layar... More

Teaser/Prolog
Serpihan 1
Serpihan 2
Serpihan 3
Serpihan 4
Serpihan 5
Serpihan 6
Serpihan 7
Serpihan 8
Serpihan 9
Serpihan 10
Serpihan 11
Serpihan 12
Serpihan 13
Serpihan 14
Serpihan 15
Serpihan 16
Serpihan 17
Serpihan 18
Serpihan 19
Serpihan 21
Serpihan 22
Serpihan 23
Serpihan 24
Serpihan 25 (a)
Serpihan 25 (b)
Serpihan 26 (a)
Serpihan 26 (b)
Serpihan 26 (c)
Serpihan 26 (d)
Serpihan 27 (a)
Serpihan 27 (b)
Serpihan 27 (c)
Serpihan 27 (d)
Epilog
Tao Story
Kris Story
Suho Story
Lay Story
Xiumin Story
D.O Story
Baekhyun Story
Chen Story
Chanyeol Story
Luhan Story
Kai Story (bagian 1)
Kai Story (bagian 2)
Sehun Story (bagian 1)
Sehun Story (bagian 2)
Sehun Story (bagian 3)
Via Story
Sasaeng Fans [2]
pengumuman !
Gadis dalam Almari

Serpihan 20

7.2K 505 23
By ismi_h

Serpihan 20

Karena waktu pernah mengizinkan. Mengizinkan kau dan aku untuk menjadi 'kita'. -Kris-

Rumah Baru Seunghwan - 21.04 KST

"Oppa..." Via terus saja berusaha melepas cengkraman tangan Sehun di kerah bajunya. Seunghwan dan Yoora yang melihat itu hanya terkikik geli, bukannya membantunya untuk lepas dari Sehun.

"Kau benar-benar gadis yang nakal." Sehun berkata dengan geram. Masih dengan mencengkram kerah baju penggemar pertamanya.

Via berhenti bergerak. Ia lalu memandang ke arah Sehun sebal. "Nakal? Aku bahkan tidak melanggar laranganmu."

Sehun melotot. "Mwo? Tidak melanggar? Lalu apa yang baru saja kau lakukan tadi, ha?"

Via memandang Sehun sebal. "Kau hanya menyuruhku untuk menjaga jarak sejauh satu meter. Dan aku tidak melanggarnya tadi." Via melepas cengkraman tangan Sehun di kerahnya dan melangkah menjauh sejauh satu meter.

"Kau yang melanggarnya dengan mencengkramku tadi." Via masih coba membela dirinya sendiri. "Jarak jendela kamarmu dengan jendela kamarku kan lebih dari satu meter. Itu berarti aku tidak melanggarnya." Jawab Via final. Sehun hanya bisa melongo mendapati dirinya kalah telak di depan gadis tengil ini.

***

06.22 KST

Hari masih pagi, namun para anggota EXO dan para staff lainnya sudah bersiap untuk berangkat menuju Busan. Sesuai jadwal yang sudah direncanakan, hari ini kesebelas lelaki tampan itu akan memulai untuk syuting video klip di Busan.

Suho memandang orang-orang dalam bis besar yang ditumpanginya, sebagian tengah terlelap. Seiring dengan laju bis yang merangkak perlahan menuju Busan, hatinya berdetak semakin kencang. Ia sudah siap untuk kabur sebentar demi menemui gadis itu.

"Hyung..." Suho menoleh pada Baekhyun yang tengah memanggil Seunghwan. "Bukankah kita akan ke Busan? Bagaimana jika kita mampir ke rumah Kai terlebih dahulu."

Kai yang sedang duduk di pojok belakang sempat terlonjak kaget mendengar usulan konyol dari Baekhyun tersebut. Pasalnya, dari semua anggota EXO, hanya Kai yang anggota keluarganya belum pernah terekpos oleh media sama sekali. Jangankan terekpos, mereka yang satu grup saja tak pernah bertemu dengan mereka.

"Bagaimana, Kai?" Seunghwan bertanya saat Kai mencurahkan pandangannya pada Baekhyun. Ia sempat tergeragap sebentar sebelum akhirnya mengangguk ragu. Kai bisa bernafas lega. Luka seminggu yang lalu, dapat hilang dengan cepat.

"Sebenarnya hari ini juga ada acara pembukaan kafe milik keluargaku." Katanya singkat saat ingat mengenai kafe yang ia hadiahkan untuk keluarganya. "Kalian bisa mencicipi menu yang ada sebelum memulai syuting video klip." Katanya pelan.

Suho terlonjak kaget saat Kai berkata mengenai acara pembukaan kafe. Jangan-jangan... Ah tidak mungkin. Ia lalu menenangkan hatinya jika teman chatting-nya itu tidak mungkin salah satu dari kedua kakak perempuan Kai. Busan itu kan luas. Bisa saja banyak kafe yang tengah dibuka pada hari ini.

Setelah itu, Suho dapat mendengar Seunghwan yang memberitahukan pada semuanya bahwa mereka akan singgah ke kafe milik Kai sebelum lanjut untuk ke lokasi syuting video klip.

***

Busan - 07.44 KST

Lelaki dengan wajah campuran asia-barat itu merentangkan kedua tangannya dan menikmati angin semilir yang berhembus di pinggir pantai yang cukup terkenal di Busan itu. Meski menjelajahi pantai adalah pilihan buruk di cuaca dingin seperti ini, namun lelaki itu tetap menyukainya. Berjalan melawan arus adalah favoritnya.

Kapal yang ditumpanginya akhirnya mendekati daratan. Lelaki tampan itu sempat mengeratkan coat tebal nan modis miliknya sebelum beranjak menuruni kapal. Tangannya tergerak untuk memasangkan kacamata hitam agar menutupi matanya dari pancaran sinar pagi.

Dia terlihat makin tampan dengan kacamata hitam itu. Mungkin, orang akan mengiranya sebagai model terkenal yang tengah melakukan pemotretan jika melihat penampian modisnya sekarang. Atau memang... lelaki itu benar-benar artis terkenal?

Dia menggeser tombol hijau saat ponsel dalam sakunya berdering. "Yes, mommy? Ada apa?" katanya pelan dengan logat China Canada yang kental.

"Bagaimana liburanmu? Apakah menyenangkan?" Perempuan di ujung sana bertanya dengan nada rindu.

Lelaki itu mengangguk singkat sambil terus berjalan menuju tempat tujuan yang selanjutnya. "Tentu saja... Aku bahkan berniat untuk mengambil waktu lebih lama di sini sebelum terbang ke Prague."

"Jaga kesehatanmu. Semoga syuting film mu di Prague lancar." Lelaki itu kembali memandang heran ke arah peringatan -yang melarangnya masuk ke tempat tujuannya yang tertulis dalam tulisan korea- sambil terus mendengarkan Ibunya berbicara.

"Bersenang-senanglah di Busan. Mommy tutup teleponnya.Bye."

Lelaki itu menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku. Lalu berjalan mendekati salah satu orang yang tengah memasang larangan masuk tersebut.

"Permisi..." sapanya dalam bahasa Korea. "Wae... tempat ini ditutup secara tiba-tiba?"

Orang yang tengah memasang peringatan itu sempat memandangnya sebentar, merasa mengenalinya di suatu tempat. Sebelum akhirnya menjawab, "Tempat ini sudah di booking seharian untuk syuting video klip."

"Nugu?" tanya lelaki itu penasaran.

Orang yang tadi tengah memasang papan peringatan sempat mendengus sebal, merasa lelaki ini terlalu banyak bertanya. "Boyband baru yang cukup terkenal. EXO." Jawab orang itu cepat lalu beranjak pergi dari hadapannya.

Lelaki itu terdiam setelah mendengar kata EXO menghampiri dirinya. Segala memori yang dulu pernah tercipta mengenai EXO tersebut, terputar satu persatu di otaknya. Dari yang menyenangkan hingga yang menyedihkan. Dari yang membanggakan hingga yang memuakkan. Satu persatu mereka muncul dari sudut memori kenangannya.

"E...EX...XO?" katanya terbata-bata.

***

Busan - 07.50 KST

Suho terdiam setelah bis yang mereka tumpangi berhenti tepat di depan sebuah kafe yang Kai klaim sebagai kafe baru milik keluarganya. Semua member dan staff langsung antusias untuk memasuki kafe yang belum sepenuhnya buka itu. Tapi tidak dengan Suho. Ia terdiam, saat melihat nama kafe yang akan dikunjunginya itu bernama Kamong. Kamong Kafe?

Entah mengapa langkahnya terasa berat. Ia belum menyiapkan diri. Pasalnya, nama kafe teman chatting-nya dengan nama kafe milik keluarga Kai itu sama. Juga letaknya yang sama persis seperti yang gadis itu tuliskan untuknya. Tak mungkin dunia sesempit ini.

Ia memang tak pernah berniat untuk kecewa saat mengetahui seperti apa teman chatting-nya nanti. Namun, saat tahu orang tersebut adalah satu diantara kedua kakak perempuan Kai, Suho mulai harap-harap cemas.

"Oh... Kalian sudah datang." Salah satu wanita muda menyapa mereka semua ramah. Suho langsung mengamati leher gadis itu. Tak ada kalung yang bertengger di sana. Itu berarti...

"Kai menelepon bahwa teman-temannya akan mampir ke sini sebentar. Jadi kami langsung menyiapkan sebisa kami untuk menyambut kalian." Katanya ramah. Matanya terlihat sangat indah, komentar Suho singkat.

Gadis itu, yang entah kakak perempuan Kai yang nomor berapa, mengiring para staff dan member EXO untuk mengambil duduk yang mereka suka. Kai sudah memisahkan diri untuk ikut membantu keluarganya.

"Jongha-ya..." teriak gadis tadi keras ke arah dapur.

"Ne..." teriak gadis lain keras.

"Berhentilah berdandan. Cepat bantu Unnie untuk membuat minuman bagi para tamu." Teriak wanita itu geram. Suho tersenyum kecil melihat tingkah lucu wanita itu.

"Ne..." teriakan gadis lain diikuti kemunculan dirinya di balik pintu dapur langsung membuat Suho tercengang. Pasalnya, gadis dengan rambut coklat tuanya itu... kini tengah memakai sweater hangat pemberian Suho. Apakah dia gadis itu?

***

Lokasi Syuting - 10.00 KST

Suasana semakin sibuk. Udara dingin yang berhembus sampai tak terasa dikarenakan kesibukan masing-masing. Mereka semua mencurahkan tenaga mereka untuk album baru ini. Album baru tanpa member lama mereka, Kris.

Video klip kali ini digarap dengan mengambil pemandangan pinggir pantai ala sosialita. Kapal mewah, kolam renang, villa pinggir pantai, menjadi spot utama pembuatan video klip. Disentuh dengan sedikit konsep seksi, kesebelas pria itu siap mengguncang dunia kpop tahun ini.

Suho menatap ke sekeliling lokasi syuting. Dirinya tak pernah bisa fokus semenjak pulang dari kafe milik Kai tadi. Pikirannya terus dipenuhi dengan siapakah sebenarnya teman chatting-nya itu. Meski sudah ada salah satu dari kedua kakak Kai yang terlihat memakai sweater pemberiannya. Ia jadi ragu kembali saat mengingat pembicaraannya dengan Kai ketika masih di kafe.

-Flashback on-

"Kai... boleh aku bertanya sesuatu?"

Kai sempat mengernyit sebentar sebelum akhirnya mengangguk singkat. "Waeyo?"

"Emmm... Siapa nama-nama kedua kakak perempuanmu?" Suho langsung bertanya tanpa basa-basi. Pasalnya, ia penasaran setengah mati.

"Yang paling tua bernama Kim Jongmin. Yang kedua Kim Jongha. Wae?"

"Emmm..." Suho mencoba mengesampingkan urat malunya kali ini. "Mana yang bernama Jongha dan mana yang bernama Jongmin?"

Kai sempat terheran melihat Suho yang dirasa aneh. Namun, lelaki itu mencoba mengabaikannya. Matanya menatap sekeliling untuk mencari dimana kedua kakaknya. "Itu-" Kai menunjuk seorang gadis dengan sweater pemberian Suho. "-namanya Jongha."

"Dan yang itu-" Kai menunjuk kakak perempuannya yang lain. "-yang bernama Jongmin. Dia baru saja diterima kerja sebagai guru SD."

"Jamkanman..." Suho yang semenjak tadi hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Kai, tiba-tiba tercengang. "Jongmin bekerja sebagai guru SD???" tanyanya tak percaya. Pasalnya, gadis yang memakai sweater adalah gadis yang bernama Jongha, bukan Jongmin.

Kai mengangguk mantap. "Dia noona ku yang paling tua dan paling pintar diantara kami. Sedangkan Jongha noona, bekerja paruh waktu di sebuah pet shop. Jongha noona sangat menyukai hewan, terutama anjing." Kai menjelaskan panjang lebar.

Semua prediksi Suho mengenai siapa gadis yang berkemungkinan menjadi tema chatting-nya, hancur berantakan. Ia sekarang bingung tujuh keliling. Siapa teman chatting-nya yang asli?

"Kenapa, hyung? Sepertinya kau tertarik sekali dengan kakak-kakakku..."

Suho tersentak. "Aku..." Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, mencari-cari alasan yang tepat. "Aku kan leader. Boleh kan aku lebih tahu mengenai anggotaku?"

-Flashback off-

Suho mengacak rambutnya yang sudah ditata rapi oleh sang make up artis. Ia frustasi. Memikirkan mengenai siapa gadis itu sebenarnya. Bahkan pesan yang ia kirimkan pada gadis itu pun belum dibalas sama sekali.

Saat Suho sudah berada di titik puncak pupus harapan. Sebuah harapan muncul seiring dengan terdengarnya sebuah nada pesan masuk Line dari ponselnya. Gadis itu akhirnya membalas. Sebuah senyum bahagia perlahan terukir di bibir manisnya. Hatinya mulai berdetak kembali.

KJM84 : Benarkah kau ada di Busan?
KJM84 : Malam ini?
KJM84 : Baiklah. Sampai bertemu nanti malam, BlackJun-ssi :D

***

Lokasi Syuting - 14.49 KST

Sudah berjam-jam lamanya, syuting video klip dilakukan. Sejauh ini, tak ada hal yang menghambat. Mereka semua terlihat bersemangat. Dan lelaki dengan wajah campuran China-Kanada itu tersenyum melihatnya.

Pagi tadi hingga sekarang, lelaki itu bersembunyi di balik kerumunan warga sekitar yang menonton. Diam-diam ia juga mengamati. Mengesampingkan terlebih dahulu segala rencana liburannya di Busan untuk melihat lebih lama 'mantan' kawan-kawannya.

Bukan. Mereka bukan 'mantan' kawannya. Lelaki itu masih menganggap mereka semua kawan baik. Ia masih menyayangi mereka seperti dulu. Karena terlalu banyak kenangan indah yang terukir yang membuat mereka semua tak bisa dikatakan mantan.

Hanya saja, kenangan indah itu tak cukup untuk membuat lelaki setengah bule itu tetap tinggal. Ia menghela nafas panjang. Menyadari fakta bahwa ia tak bisa lagi berdiri di antara mereka. Ia bukan lagi bagian dari mereka. Maka dari itu, ia hanya bisa bersembunyi di kerumunan penggemar.

Lelaki itu memakai kacamata hitam yang tersampir di leher bajunya. Ia memakainya untuk menyamarkan keringat matanya yang hampir tergenang dan kemudian jatuh. Ia harus buru-buru pergi dari sana sebelum suasana hatinya kembali menjadi mellow. That's not my style. Pikirnya dalam hati.

***

Lokasi Syuting - 15.14 KST

Tao tak henti-henti memegang perutnya. Rasa melilit tiba-tiba menyerang setelah minum sesuatu pemberian warga sekitar. Ia tak tahu apa yang ada di dalamnya hingga membuat perutnya jadi seperti itu.

"Hyung..." panggil Tao keras pada Seunghwan saat tak ditemukannya Im Hunkyung dimanapun.

"Wae?" Seunghwan langsung berlari mendekat saat melihat posisi Tao yang aneh. Ia berjongkok di sebelah kamera sambil terus memegangi perut.

"Perutku sakit. Apa kau tahu dimana kamar mandi terdekat?" Seunghwan langsung menunjuk jalan yang diyakini dirinya menuju toilet. "Apa perlu kutemani?" tanyanya khawatir saat melihat Tao yang sepertinya tersiksa.

Tao menggeleng cepat. Masih dengan tangannya yang memegangi daerah perut. "Tak perlu." Katanya singkat langsung berlari pergi dari hadapan Seunghwan.

___

Ia memencet tombol siram saat dirasa acara buang hajatnya selesai. Tao tersenyum lega mendapati perutnya tak sesakit tadi. Ia lalu berjalan keluar dengan santai.

Sebelumnya, berhenti sebentar di depan kaca untuk merapikan penampilannya. Seorang Tao tak boleh terlihat jelek meski itu di dalam kamar mandi sekalipun. Karena sasaeng selalu ada dimanapun Tao berada asal tetap bisa memotretnya.

Saat dirasa penampilannya oke, ia berbalik dan berniat pergi. Bruk ! Ia menabrak seseorang yang baru saja masuk ke kamar mandi akibat pandangan Tao yang masih tertuju pada kaca. Tao buru-buru meminta maaf padanya dan membantu memungut barang milik orang tersebut yang terjatuh berserakan.

"Maafkan aku karena tak melihatmu tadi." Kata Tao dengan mata yang masih fokus pada barang yang berserakan. Ia bahkan belum tahu berjenis kelamin apakah orang yang ditabraknya itu.

Kacamata, handuk dan juga sebuah krim tangan milik orang itu sudah berhasil dijumputnya semua. Tao berniat mengembalikan barang-barang tersebut kepada pemiliknya. Dan meminta maaf untuk yang terakhir kalinya. Namun, dirinya hanya terdiam. Bukan hanya dirinya, tapi keduanya terdiam saat mereka menatap satu sama lain. Ada pandangan yang tak bisa diartikan dari kedua orang itu.

"Gege..." ucap Tao lirih.

***

Di dalam kamar mandi lain yang cukup jauh dari tempat syuting, juga berbeda dengan kamar mandi yang digunakan oleh Tao, Luhan tengah mengeluarkan semua isi perutnya. Semua makanan dan minuman yang masuk, kini keluar kembali.

Tubuhnya tak dapat lagi menerima apapun makanan yang ia paksakan agar masuk ke perutnya demi asupan tenaga. Semuanya memaksa keluar yang lantas membuat tubuh Luhan lemas. Lay yang ada di sebelahnya hanya bisa berharap cemas sambil mengelus punggungnya.

"Apa kau mau ku antar ke rumah sakit?" Lay terus saja membujuk Luhan. Dan jawabannya tetap sama, Luhan menggeleng keras.

"Sebentar lagi saja. Syuting belum sepenuhnya selesai." Katanya tetap bersikeras di sela-sela muntahnya. Lay hanya bisa mendengus sebal. Pasalnya, ini sudah kedua kalinya Luhan muntah pada hari ini. Wajahnya juga mulai pucat pasi. Ia sudah tak tahan lagi dengan segala kekeraskepalaan yang Luhan tunjukkan.

"Apakah kau harus lebih memikirkan tentang syuting dibanding kesehatanmu sekarang?" Lay berteriak marah. "Wajahmu bahkan sudah seperti mayat hidup."

Luhan tak menghiraukannya. Ia menyalakan air wastafel untuk mencuci mulutnya. Ia lalu menenggak dua buah butir obat. "Aku punya ini untuk bertahan sampai nanti." Ucapnya pelan sambil menunjukkan sebotol obat yang selalu dibawanya kemana-mana.

"Terserahlah..." Lay berlalu pergi. Mulai kesal dengan segala ketidakpedulian Luhan akan tubuh dan kesehatannya

***

"Gege..." ucap Tao lirih. Penuh kerinduan yang bercampur kekecewaan juga kemarahan.

(EXO - El Dorado, cover by Margot D.R)

The same dream over again.
I'm stuck in an endless dessert.

Lelaki lain yang dipanggil 'gege' oleh Tao hanya diam membeku. Matanya bergerak gelisah. Keringat matanya mulai menggenang kembali. Dan tak ada yang bisa menutupi itu karena kacamata hitam penyamarannya tengah berada di genggaman Tao.

I see lights, but I can't reach them
Before my eyes they turn into dust

Tao tersenyum sinis saat mendapati lelaki itu hanya diam mematung. Rasa sakit di hatinya mengalahkan rasa rindu yang ada. "Untuk apa kau di sini?" katanya pelan, namun tajam. "Bukankah seharusnya kau berada di negaramu tercinta tengah terlelap di pelukan ibumu, Tuan Wu?"

Lelaki itu ikut tersenyum sinis, saat mendengar kalimat terakhir yang Tao ucapkan. "Negara tercinta? Jadi China hanya negaraku, bukan juga kau?" katanya diselingi tawa. "Lalu yang mana negaramu?? Korea?"

They're calling me to find
The place where I belong
I'll be on my way
But I don't know how long

Tao terguncang. Ia tak punya bakat untuk berseteru. Apa yang diucapkannya tadi hanya segala bentuk kemarahan dia pada lelaki tersebut. Lelaki yang berjanji akan menemaninya hingga akhir. Namun nyatanya ia meninggalkannya di tengah jalan.

Though I don't know where I am going
I know I must fight against the wind

Lelaki itu memegang pundak Tao pelan. "Jangan khawatir. Aku ke sini hanya untuk berlibur, bukan untuk yang lain." Katanya pelan. Lelaki itu lalu berlalu pergi tanpa berniat mengambil barangnya dari genggaman Tao.

"Kenapa kau memilih Korea untuk tempat tujuan berliburmu sementara di luar sana ada banyak deretan negara-negara yang kau sukai. Ini bukan style mu." Tao berkata sinis. Lelaki itu berhenti, secara perlahan berbalik untuk menghadap Tao kembali.

"Apa secara tak sadar kau merindukan Korea? Atau... Kau iri melihat bagaimana bahagianya kami setelah kau tinggal pergi secara tiba-tiba?"

Lelaki itu tersenyum geli. "Bahagia? Apa itu yang kau sebut bahagia?" ejek lelaki itu remeh. "Baekhyun terkena skandal dengan sasaeng-nya. Luhan yang terlihat pucat dan tak sehat akhir-akhir ini. Kai yang menari tak sebagus biasanya. Dan jika ku lihat, itu karena cedera bahu kanan. Dan kau-"

Find the El Dorado
I'm going on my way

Tao bergerak gelisah mendapati segala rentetan kata yang terlontar. Ia kalah telak. "-ku dengar kau mengalami cedera di kaki kananmu."

I'll keep my fears away
Ignoring all of the dangers
I'll go

Tao melotot marah. Ia tak mau kalah darinya. "Ini hanya cedera ringan. Karena ada yang harus dibayar atas segala kepopularitasan yang ada."

Lelaki itu terdiam. Kata-kata Tao serasa menusuknya. Membungkam mulutnya untuk membalas.

"Meski kami tidak terlihat bahagia di matamu, setidaknya kami mengerti bagaimana cara bersyukur. Dan juga berterimakasih kepada perusahaan atas apa yang mereka berikan." Lanjut Tao. "Bukan hanya memandang apa yang mereka ambil, tapi apa yang mereka beri. Seburuk apapun mereka, perusahaanlah yang telah membuat namaku besar. Dan sebagai imbalan, aku harus mencoba untuk bertahan."

Take my hand
We'll walk straight into the light
Toward a future that looks so bright
And every step we'll take will be
A legend, The El Dorado

Tao memandang lelaki itu dalam untuk yang terakhir kalinya. Setelah itu, ia melangkah pelan melewatinya. Sedikit rasa puas kini menyelimutinya, karena telah berhasil menang setelah sekian lama berseteru dengan lelaki itu.

"Tao-ya..." langkah Tao tiba-tiba terhenti mendengar lelaki itu menyebutkan namanya. Meski ia tak ingin, langkah kaki itu tetap saja tak ingin tergerak kembali.

"Aku pergi bukan karena aku egois. Aku hanya lelah dengan sandiwara yang harus ku mainkan setiap saat." Suara lelaki itu terdengar lirih. Ada sebuah isakan yang mengikuti, yang dapat Tao dengar dengan jelas di kesunyian kamar mandi.

We will get through
All the storms and all the sorrows
Into the blue

"Juga sasaeng fans yang tak pernah lelah untuk mengganggu hidupku." Lanjut lelaki itu. Tao berusaha menahan tangisnya yang juga akan keluar. "Tapi ingatlah kawan. Meski aku bukan bagian dari kalian. Aku bagian dari penggemar kalian sekarang."

Tao membalikkan badannya. Ia dapat melihat dengan jelas mata lelaki itu memerah. Meninggalkan beberapa bekas genangan air mata. Dan setetes air mata lain, juga terjatuh dari matanya. "Seberat apapun itu. Kau harusnya tetap bertahan, Ge... Demi diriku."

As long as you're here
Oh. El dorado.

"Karena kau pernah berkata bahwa kau adalah temanku."
***

Lokasi Syuting - 16.58 KST

"Seunghwan..." Im Hunkyung berteriak dengan nafas tersengal akibat berlari. "Tao... Tao menghilang." Teriak manager EXO-M itu panik. Semua kru, staff dan juga para member tercengang mendengarnya. Suasana setika menjadi gaduh.

***

Continue Reading

You'll Also Like

5.5M 9.9K 5
TERSISA 5 BAB. VERSI BUKU BISA KALIAN PESAN DI KAROS PUBLISHER. VERSI ONLINE BISA KALIAN BACA DI DREAME. "Kamu mau ngomong apa?" Amren tidak bisa me...
1.4M 81.3K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi πŸ”žπŸ”ž Homophobic? Nagajusey...
31K 6.1K 40
Ketika dua insan manusia berlatarkan keluarga terkaya di Korea harus menghadapi masalah perjodohan, yang mengharuskan keduanya saling mengikhlaskan p...
578K 61.9K 61
(CERITA PERTAMA SAYA DI WATTPAD, MASIH AMATIR) Kehidupan sehari-hari Jungkook dan Eunha setelah menikah. Bagi yang suka cerita manis dengan konflik...