Woman & Desire [1st Desire Se...

By LianGunawan

6.2M 57.8K 494

"Because woman and desire can't be separated." ๐Ÿ”žMature content, harap bijak. Buku ini berisi banyak cerita... More

My Daddy's Friend (1)
My Daddy's Friend (2)
My Husband's Bodyguard (1)
My Husband's Bodyguard (2)
My Husband's Bodyguard (3)
A Big Boy (1)
Big Boy (2)
A Big Boy (3)
Pak Dosen (1)
Pak Dosen (2)
Pak Dosen (3)
Pak Dosen (4)
My Friend's Daddy (1)
My Friend's Daddy (2)
My Friend's Daddy (3)
Fat Girl (1)
Fat Girl (2)
Cowok Cupu (1)
Cowok Cupu (2)
Cowok Cupu (3)
Montir (1)
Montir (2)
Tetangga (1)
Tetangga (2)
Tetangga (3)
Step Father (1)
Step Father (2)
Cold Husband (1)
Cold Husband (2)
Hot Cousin (1)
Hot Cousin (2)
Hot Cousin (3)
My Secretary (1)
My Secretary (2)
My Secretary (3)
Maid (1)
Maid (2)
Maid (3)
My Hot Master (1)
My Hot Master (2)
My Hot Master (3)
My Enemy (1)
My Enemy (2)
My Enemy (3)
My Doctor (1)
My Doctor (2)
My Bodyguard (1)
Man & Desire [2nd Desire Series]

My Bodyguard (2)

94.5K 939 31
By LianGunawan

Tidak sulit bagiku untuk mendapatkan akses ke kamar president suit. Persis seperti kata Ayah, cukup bilang kalau aku anak Joseph Brown, maka petugas hotel akan langsung memberikan kartu akses padaku.

Di sepanjang lift, Kevin masih merengkuh tubuhku erat, seolah tak mau melepasku barang satu jengkal pun dari tubuhnya. Jujur, aku sangat menyukainya. Tubuhnya yang besar dan menjulang seakan membuatku tenggelam. Namun, entahlah, melihat wajahnya yang menggelap sedikit membuatku takut.

"Kev—"

"Maafkan saya, Nona. Saya gagal menjaga Nona dari Bob. Harusnya saya tetap berada di sisi Nona sehingga kejadian buruk tadi tidak menimpa Nona. Saya—"

Sebelum Kevin berceloteh lebih jauh, aku langsung menyambar bibir yang selalu jadi favoritku itu lalu melumatnya penuh nafsu. Aku tahu Kevin sempat tersentak, tapi dengan cepat dia berhasil mengimbangi ciumanku hingga lidah kami saling membelit dengan intens.

Aku baru akan mengelus celananya yang menggembung saat pintu lift terbuka. Dengan tak sabar, aku langsung menariknya keluar dari lift. Setelah menemukan kamar yang akan kami tempati, aku pun segera menempelkan kartu akses lalu membuka pintunya tak sabaran.

Begitu sampai di dalam, aku kembali melumat dan menyesap bibir Kevin dengan brutal. Gayung bersambut, Kevin membalas ciumanku lebih dalam daripada di lift.

Tanpa menunggu lebih lama, aku langsung melucuti semua pakaian Kevin. Setelah dia telanjang bulat, aku pun ikut menanggalkan dress-ku hingga aku juga telanjang di depannya. Saat mataku turun menuju pangkal pahanya, aku bisa melihat penis favoritku sudah setengah menegak.

"Apa maksud Anda, Nona?" tanya Kevin dengan napas memburu. Suaranya yang seksi itu membuatku tanpa sadar langsung bersimpuh di lantai hingga wajahku tepat berada di depan penisnya.

"Maksudku? Tentu saja ingin bercinta denganmu, Kev."

"Anda tadi menangis."

Aku tergelak. Kuraih batang besar milik Kevin lalu mengusapnya lembut. Lenguhan kecil meluncur dari bibir Kevin saat aku mulai mengocoknya ke atas dan ke bawah.

"Strategi supaya kita bisa di sini dan bercinta sampai puas. Aku tidak secengeng itu hanya gara-gara Bob," jawabku.

Aku menjilat ujung penis Kevin sebelum akhirnya melahap dan membenamkan seluruh jengkal penis itu ke dalam mulutku. Kepalaku bergerak maju mundur dengan cepat hingga membuat Kevin mendesah kasar. Aku bahkan bisa merasakan tangannya meraih sejumput rambutku lalu menjambaknya pelan.

"Fuck!" erang Kevin. Saat kepalaku menengadah, mataku bertemu dengan mata Kevin, membuatku semakin bernafsu mengulum kejantanannya yang kian membengkak di dalam mulutku. "Nona ...."

Aku bisa merasakan cairan hangat menyembur di dalam mulutku. Sebagian bahkan tumpah ke wajah dan dadaku karena mulut kecilku tak bisa menampung seluruh cairan orgasme Kevin.

Setelah puas mencumbu kejantanannya, aku lantas bangkit tanpa melepas pandanganku dari matanya.

"Sekarang, puaskan aku, Kevin."

Kevin mengerang sembari menggendongku ala bridal lalu meletakkanku di atas ranjang. Tatapan nyalangnya membuatku sedikit takut tapi juga bergairah di saat bersamaan.

"Anda harus dihukum, Nona, karena berhasil membuat saya khawatir setengah mati tadi."

Aku menyeringai mendengar kalimatnya. Aku suka hukuman, apalagi kalau Kevin yang memberikannya.

"Hukum aku sepuasnya, Sayang. Malam ini, aku milikmu."

Tanpa menunggu dua detik, Kevin bergegas bangkit dari atas tubuhku. Dia yang sedang berdiri di sisi ranjang membuat tubuhnya terlihat semakin menjulang, membuatku semakin tak berdaya.

Kevin langsung meraih kedua kakiku lalu menyampirkannya di bahu kanan kirinya hingga membuat pantatku sedikit terangkat. Lengannya memeluk kakiku erat. Sedetik kemudian, aku bisa merasakan sesuatu yang panjang menerobos ke dalam vaginaku dengan sekali entak.

"Aah!" Aku sontak menjerit. Penis Kevin yang menerobos masuk itu membuatku tersentak.

Namun, seolah tak peduli, Kevin justru mulai memompa penisnya dengan gerakan cepat hingga membuat tubuhku melambung. Payudaraku ikut bergerak tak beraturan karena hunjaman Kevin.

"Kev ... terus ... enak ...," racauku tak keruan.

Aku benar-benar tidak menyangka kalau bercinta dengan posisi ini ternyata seenak ini. Kevin terlihat begitu gagah dan bernafsu saat memompa kejantanannya. Dari bawah sini, aku bisa melihat gairah yang begitu besar di wajah tampannya.

Kevin terus menyodok kejantanannya dengan mantap, sementara aku hanya bisa meliukkan tubuh seperti cacing kepanasan. Aku mendesah, menjerit, dan melolong merasakan hunjamannya. Suara parau Kevin yang terdengar berat dan seksi semakin membuatku tak bisa berkata-kata.

Ini terlalu nikmat. Aku suka hukuman yang Kevin berikan.

"Kev ... aku ... mau ...."

Vaginaku semakin berkedut, tanda klimaks akan segera menghantamku. Namun, sebelum orgasmeku datang, Kevin sudah lebih dulu melepas kejantanannya dari dalam vaginaku.

"Menungginglah," katanya sebelum aku melancarkan protes. Wajah kesalku perlahan berubah jadi antusias saat mendengarnya menyuruhku untuk menungging.

Doggy style. Salah satu posisi yang sangat aku sukai.

Tak mau membuang waktu, aku langsung menungging di atas ranjang seperti perintah Kevin. Tak butuh waktu dua detik, Kevin kembali melesakkan kejantanannya hingga aku lagi-lagi menjerit kencang di bawah kuasanya.

"Fuck!" desahku kasar saat Kevin memompaku begitu kuat. Tubuhku bahkan nyaris terdorong kencang kalau Kevin tidak menahan pinggangku.

Ah, sialan! Kevin dan doggy style-nya memang tidak pernah gagal memuaskanku.

Hunjaman penis Kevin terasa semakin cepat di dalam liang sengganaku. Bunyi pergumulan kami terdengar memenuhi seluruh isi kamar, sampai kami dibuat kaget oleh suara dering telepon hotel yang berbunyi.

Well, ralat. Sepertinya hanya aku yang kaget, karena Kevin masih sibuk memompa kejantanannya tanpa menghiraukan suara telepon yang terus berdering tanpa henti.

"Kev ... stop sebentar—"

"Angkat saja, Nona," katanya tanpa menghentikan permainannya. "Ini salah satu hukuman Anda."

Aku mendesah kasar. Mendesah karena penisnya, juga mendesah karena ide gilanya. Maksudnya, aku harus dihukum untuk menjawab telepon sambil digagahi seperti ini?

"Jika Anda meminta saya berhenti ... maka kita permainan kita benar-benar akan berhenti sampai di sini," lanjutnya.

Aku tentu saja keberatan. Susah payah aku menarik Kevin menuju kamar ini. Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan.

Aku pun segera meraih telepon di atas nakas dengan Kevin masih menggagahiku dengan intens dan cepat dari belakang.

"Ha ... halo?"

"Natya! Kau baik-baik saja?"

"Ayah ...."

Aku menggigit bibir kuat-kuat saat Kevin semakin dalam menenggelamkan penisnya. Mataku bahkan hampir meneteskan air saking enaknya. Sumpah, kalau tidak ada Ayah di seberang sana, aku pasti sudah menjerit gila-gilaan sambil terisak karena ulah penis besar Kevin.

"Nat, kau menangis?"

"Hmm ... yeah ... sedikit ...," racauku. Seolah tak ingin memberikanku sedikit ruang, Kevin langsung menegakkan tubuhku lalu meremas dadaku kuat sambil tetap menghunjam penisnya tanpa ampun.

Aku semakin terisak, tapi Kevin tak mau berhenti.

"Nat, katakan apa yang terjadi! Mana Kevin?!"

"Kevin ... Kevin sedang menghiburku. Dia ... menenangkanku agar tidak menangis ...."

Aku benar-benar tak bisa berpikir. Vaginaku berkedut kencang, putingku menegang sempurna, dan Ayah terus mencecarku dengan pertanyaan di seberang sana.

"Ayah, aku baik-baik saja. Setelah ini, aku akan pulang bersama Kevin. Dah!"

Begitu sambungan teleponku dengan Ayah berakhir, aku langsung mendesah kasar meluapkan seluruh rasa nikmat yang aku tahan mati-matian. Tak lama berselang, pelepasanku pun datang, disusul Kevin setelahnya.

Tubuh kami langsung ambruk di atas ranjang. Begitu mata kami bertemu, aku langsung melayangkan pukulan kecil di atas dada bidangnya.

"Kau gila, Kev! Bagaimana kalau Ayah sampai tahu?!" kesalku. Dia benar-benar hampir mendorongku ke jurang karena ide gilanya.

"Akan bagus kalau Tuan tahu, Nona. Kita jadi tidak perlu kucing-kucingan seperti sekarang," jawabnya. Kalau dia hanya bercanda, wajahnya harusnya tidak seserius ini. "Apa perlu saya yang bicara langsung pada Tuan tentang hubungan kita?"

"Apa?" tanyaku tak percaya. "Kau serius?"

Kevin terdiam. Tangannya justru terulur membelai wajahku. "Sejak awal kita berhubungan, saya memang selalu serius, Nona."

"Tapi kau bisa dikirim ke negara konflik sebagai hukuman, Kev. Kau bahkan bisa kehilangan pekerjaanmu sebagai anggota militer dan pengawalku. Aku tidak mau itu terjadi."

Kevin hampir melayangkan protes, tapi aku buru-buru menyumpal bibirnya dengan lumatanku. "Kita bisa bicarakan nanti dengan Ayah."

Aku segera menduduki perut berotot Kevin lalu memasukkan kejantanannya ke dalam liang senggamaku yang masih basah karena ulahnya. "Sekarang, giliranku yang menghukummu!"

Kevin tergelak. Namun, gelakan itu berubah jadi desahan saat aku mulai meliukkan pinggulku dengan erotis untuk membenamkan kejantanannya.

Aku suka ini. Aku suka wajah bernafsu Kevin.

[END]

Hai, terima kasih atas dukungan kalian semua pada buku ini. Woman & Desire resmi tamat sampai di sini ya.

Tapi jangan sedih dulu. Setelah ini bakal ada buku baru lagi. Jadi, jangan lupa stay tune!

Buat isi kegabutan, boleh banget mampir di karyaku yang lain. Thank you!

See you soon~

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 82.8K 54
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
16.8M 730K 42
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
577K 24.3K 39
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
6.1M 318K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...