Woman & Desire [1st Desire Se...

由 LianGunawan

6.1M 57.5K 493

"Because woman and desire can't be separated." 🔞Mature content, harap bijak. Buku ini berisi banyak cerita... 更多

My Daddy's Friend (1)
My Daddy's Friend (2)
My Husband's Bodyguard (1)
My Husband's Bodyguard (2)
My Husband's Bodyguard (3)
A Big Boy (1)
Big Boy (2)
A Big Boy (3)
Pak Dosen (1)
Pak Dosen (2)
Pak Dosen (3)
Pak Dosen (4)
My Friend's Daddy (1)
My Friend's Daddy (2)
My Friend's Daddy (3)
Fat Girl (1)
Fat Girl (2)
Cowok Cupu (1)
Cowok Cupu (2)
Cowok Cupu (3)
Montir (1)
Montir (2)
Tetangga (1)
Tetangga (2)
Tetangga (3)
Step Father (1)
Step Father (2)
Cold Husband (1)
Cold Husband (2)
Hot Cousin (1)
Hot Cousin (2)
My Secretary (1)
My Secretary (2)
My Secretary (3)
Maid (1)
Maid (2)
Maid (3)
My Hot Master (1)
My Hot Master (2)
My Hot Master (3)
My Enemy (1)
My Enemy (2)
My Enemy (3)
My Doctor (1)
My Doctor (2)
My Bodyguard (1)
My Bodyguard (2)
Man & Desire [2nd Desire Series]

Hot Cousin (3)

93.5K 1.1K 18
由 LianGunawan

Aku sudah tidak peduli jika desahan dan jeritanku didengar oleh karyawan lain di luar gudang. Yang jelas, saat kejantanan Nicholas menerobos masuk liang senggamaku dan menggagahinya dengan intens, aku tidak bisa menahan diri lagi.

Nicholas mengangkat tubuhku, membuat kedua kakiku refleks melingkar di pinggangnya. Tanpa menunggu dua detik, dia kembali menghunjam penisnya dalam-dalam hingga membuatku nyaris terisak karena keenakan.

"Nic ...."

Isakanku membuat Nicholas kembali melumat bibirku meski pinggulnya di bawah sana sama sekali tidak mau berhenti bergerak. Ibu jarinya mengusap pipiku yang basah, sementara kejantanannya terus melesak mengoyak lubang kenikmatanku.

"Is it good?" tanya Nicholas, retoris. Tanpa menjawabnya, air mataku yang tumpah jelas sudah mengatakan yang sebenarnya.

Aku mencengkeram lengannya kuat-kuat saat gelombang orgasmeku tiba. Perut bawahku berkedut kencang, sementara Nicholas sepertinya belum mencapai puncak.

Aku masih berusaha mengatur napas saat Nicholas menurunkanku dari gendongannya. Dengan lembut tapi mantap, dia membalikkan tubuhku hingga punggungku menempel di dada bidangnya. Setelah itu, Nicholas meraih kaki kananku lalu mengangkatnya hingga liang senggamaku kembali terbuka lebar.

Tanpa menunggu lebih lama, Nicholas kembali membenamkan penisnya ke dalam vaginaku. Bola mataku seketika memutih merasakan entakannya yang begitu kuat dan dalam dari belakang tubuhku. Dadaku yang memantul tidak lepas begitu saja dari jamahannya. Dia meremasnya kencang hingga membuatku semakin terbang ke awang-awang diliputi nafsu.

"Fuck!"

Aku menjerit kasar. Ini terlalu intens. Terlalu nikmat. Terlalu dalam. Terlalu memuaskan.

Nicholas semakin kuat menghunjam kejantanannya. Napas kami sama-sama memburu, desahan kami saling sahut-menyahut memenuhi gudang wine.

Setelah cukup lama berkutat dengan permainan, akhirnya Nicholas tiba pada pelepasannya. Pria itu mengerang menyebut namaku sembari memuncratkan cairan cinta di dalam liang senggamaku yang berkedut kencang.

Kami sama-sama dibanjiri peluh. Napas kami memburu kencang, saling berebut oksigen dengan serakah.

Demi Tuhan. Ini seks terbaik yang pernah kulakukan dalam hidupku. Seks yang dilakukan bocah 24 tahun ini adalah seks yang tak akan aku lupakan bahkan sampai aku mati.

***

Sejak insiden di gudang wine, aku dan Nicholas semakin lengket dan intens berhubungan. Mama sempat curiga, tapi aku buru-buru menyanggah dengan bilang kalau Nicholas anaknya lumayan asyik diajak ngobrol.

Iya, asyik diajak ngobrol, juga asyik diajak main di atas ranjang.

Ah, sialan. Membayangkan Nicholas membuatku jadi merindukannya. Lebih tepatnya, merindukan setiap sentuhan dan kenikmatan yang dia berikan padaku.

Baru saja membayangkan Nicholas, tiba-tiba wujudnya sudah ada di depanku dengan senyum merekah. Senyum yang kadang membuatku berdebar sekaligus turn on. Aku penasaran, kali ini dia akan mengajakku kencan ke mana lagi supaya kita bisa saling menggapai kenikmatan.

"Ikut aku," ajaknya. Tanpa bertanya lebih lanjut, aku mengiakan tawarannya.

Menggunakan mobil tua dari orang tuanya, Nicholas mengajakku pergi entah ke mana. Setelah berkendara sepuluh menit, akhirnya mobilnya berhenti di sebuah rumah sederhana khas pedesaan Eropa yang sangat homey.

"Ini rumah siapa?" tanyaku dengan mata berbinar. Rumah antik ini sangat memikat mataku.

"Rumahku. Well, maksudnya rumah kita, itu pun kalau kamu tidak keberatan tinggal di pedesaan."

Aku terperenyak. Mataku bahkan refleks beralih menuju Nicholas yang justru memasang senyum cerah.

"Silakan, Ma Chérie," katanya setelah membuka pintu, mempersilakanku untuk masuk lebih dulu.

Aku menurut. Rumah yang tampak sederhana dari depan, ternyata memiliki desain yang begitu menakjubkan di dalamnya. Benar-benar seperti rumah antik khas Eropa yang hanya bisa aku tonton di film-film.

"Ini ... cantik," pujiku, kehilangan kata-kata. "Jadi, katakan dengan serius. Ini rumah siapa?" tanyaku kepalang penasaran. Jujur, kalau dia hanya bergurau tadi, aku tidak keberatan membeli rumah ini. Lumayan untuk investasi masa depan.

"Kan aku sudah bilang kalau ini rumahku. Aku sengaja menabung agar bisa punya rumah sendiri," jawabnya serius. Tangannya mengusap rambutku lembut. "Aku mau menempati rumah ini dengan kamu nanti."

"Aku?"

Nicholas mengangguk. "Aku tahu ini terlalu cepat. Kariermu di New York juga sedang ada di puncak. Tapi aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, Lily. Terlebih besok kamu sudah harus kembali ke Amerika. Aku mau mengajakmu memulai hubungan yang jelas."

Aku tertegun. Bohong kalau aku tidak melambung. Meski secara resmi baru mengenalnya beberapa hari, tapi aku nyaman di dekatnya. Aku nyaman bersama Nicholas.

"Setelah pulang dari sini, aku mau bicara dengan orang tua kita. Aku tidak mau sembunyi-sembunyi lagi," lanjutnya mantap, tak ada keraguan di matanya.

Aku terdiam sebentar lalu mengangguk. Bagiku, tak ada yang perlu dipikir ulang dari kalimatnya barusan. Yang aku pikirkan saat ini cuma satu.

Aku mau Nicholas.

Aku melumat bibirnya lembut dan dia menyambutku dengan cara yang tak kalah lembut. Bibir kami saling memagut hingga ciuman lembut itu berubah jadi panas dan menuntut.

Nicholas segera menggendong tubuhku dan membawaku ke dalam kamar. Dia mengempas tubuh kecilku di atas ranjang lalu mengungkungku dengan gaya posesif.

"Sebenarnya aku sudah menahan diri sejak tadi, Lily," katanya. Matanya turun menuju dadaku. "Putingmu tercetak jelas, asal kamu tahu."

Aku menyengir. Seharian ini aku memang sengaja menanggalkan bra-ku demi menarik perhatian Nicholas. Untungnya dia benar-benar tertarik hingga dengan tidak sabar dia buru-buru meloloskan kausku dan membuangnya ke sembarang arah.

"My favorite," desisnya sebelum mengulum puncak dadaku kasar. Lidahnya sesekali membuat gerakan memutar di sekitar putingku hingga membuatku kegelian. "Susumu enak, Ly."

"Enak mana sama mantanmu?" tanyaku tanpa tedeng aling-aling. Nicholas buru-buru mengangkat wajahnya lagi, membuat mata kami kembali bertemu.

"Mulai sekarang, tidak boleh membahas mantan saat kita bercinta."

"Kenapa?" tanyaku polos. Maksudku, itu bukan hal yang perlu dibesar-besarkan. "Kamu tenang saja, penismu yang terbaik. Tidak ada yang bisa membuatku menjerit sambil terisak selama bercinta. Cuma kamu, Nic."

"Oh ya?"

Aku mendesah saat tangan nakalnya menyusup ke celah rokku lalu memainkan klitorisku menggunakan jarinya.

"Mana underware-mu?" tanyanya lagi.

"Sengaja aku tinggal di rumah."

Nicholas menyeringai. Dengan mudah dia menyingkap rokku, membuat liang senggamaku yang basah berada tepat di depan matanya.

"I want your pussy."

"Lick it."

"No."

Nicholas menggeleng. Sebagai gantinya, dia justru melorotkan celana jeans dan boxer-nya lalu mulai menggesekkan kepala penisnya di sekitar bibir vaginaku.

"Masukin ...," pintaku setengah memohon.

Nicholas menurut. Dia memasukkan penisnya inci demi inci ke dalam liang senggamamu. Namun, saat kejantanannya hampir tenggelam, dia kembali menariknya hingga keluar. Dia terus melakukan itu berkali-kali hingga membuatku frustrasi sendiri.

"Nic ...," rengekku. Nicholas tertawa kecil lalu kembali melumat bibirku lembut.

"Jawab dulu pertanyaanku dengan jujur. Apa di New York ada pria yang lebih tampan dariku?"

Aku menggeleng.

"Jawab aku, Lily."

"Tidak ada, Nic. Bahkan mahasiswa dari penjuru dunia mana pun tidak ada yang semenarik kamu. Cuma kamu yang bisa mencuri perhatianku, bahkan sejak pandangan pertama di bandara. Oke? Puas? Sekarangㅡfuck!"

Aku menjerit kencang saat dia tiba-tiba melesakkan kejantanannya dengan kuat hingga tenggelam sepenuhnya di dalam liang kenikmatanku. Jeritan itu terdengar semakin kencang seiring dengan intensnya permainan yang Nicholas berikan.

"Nic ... shit!"

Aku melolong kesetanan merasakan hantaman penisnya yang kian menguat. Aku bahkan harus mencengkeram lengannya agar tubuhku tidak memantul gara-gara ulahnya.

Kesurupan setan apa bocah ini?

"Ini hari terakhir sebelum kita LDR. Jadi, kamu harus bersiap-siap," bisik Nicholas tanpa menghentikan gerakan pinggulnya.

Oh, God. Sepertinya dia tidak main-main dengan ucapannya barusan. Aku harus mempersiapkan diri untuk malam panjang yang akan aku arungi dengan Nicholas sebelum pulang ke New York esok hari.

***

繼續閱讀

You'll Also Like

535K 21.9K 37
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
1.6M 76.2K 53
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1.8M 26.2K 43
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
243K 19.2K 33
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini ⚠️⛔ Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. 🔞⚠️. ...