Woman & Desire [1st Desire Se...

De LianGunawan

6.1M 57.5K 493

"Because woman and desire can't be separated." 🔞Mature content, harap bijak. Buku ini berisi banyak cerita... Mais

My Daddy's Friend (1)
My Daddy's Friend (2)
My Husband's Bodyguard (1)
My Husband's Bodyguard (2)
My Husband's Bodyguard (3)
A Big Boy (1)
Big Boy (2)
A Big Boy (3)
Pak Dosen (1)
Pak Dosen (2)
Pak Dosen (3)
Pak Dosen (4)
My Friend's Daddy (1)
My Friend's Daddy (2)
My Friend's Daddy (3)
Fat Girl (1)
Fat Girl (2)
Cowok Cupu (1)
Cowok Cupu (2)
Cowok Cupu (3)
Montir (1)
Montir (2)
Tetangga (1)
Tetangga (2)
Tetangga (3)
Step Father (1)
Step Father (2)
Cold Husband (1)
Cold Husband (2)
Hot Cousin (1)
Hot Cousin (3)
My Secretary (1)
My Secretary (2)
My Secretary (3)
Maid (1)
Maid (2)
Maid (3)
My Hot Master (1)
My Hot Master (2)
My Hot Master (3)
My Enemy (1)
My Enemy (2)
My Enemy (3)
My Doctor (1)
My Doctor (2)
My Bodyguard (1)
My Bodyguard (2)
Man & Desire [2nd Desire Series]

Hot Cousin (2)

85.9K 962 0
De LianGunawan

Sejujurnya, aku sama sekali tidak bisa tidur. Aku kira efek jetlag membuatku sedikit sulit memejamkan mata. Namun, kurasa bukan itu masalah utamanya.

Matahari sudah hampir ada di atas kepala saat Mama pamit pergi ke pasar bersama Aunty Thea dan Adam. Aku yang malas ikut memutuskan untuk berkeliling ke kebun anggur milik Aunty Thea. Beberapa karyawan yang merupakan penduduk lokal menyapaku dengan bahasa Prancis, membuatku mau tak mau membalasnya dengan bahasa Prancisku yang alakadarnya.

Aku terus melangkah, sampai kakiku tiba di sebuah bangunan mirip rumah yang terbuat dari kayu. Aku menatap sekeliling, ternyata di sini tidak ada karyawan lagi. Sepi.

Aku berniat untuk kembali, tetapi suara asing yang berasal dari sisi kanan bangunan sedikit menggugah rasa penasaranku. Dengan langkah sedikit pelan, aku berjalan menuju sumber suara.

Satu langkah.

Dua langkah.

Tiga langkah.

Tepat pada langkah keempat, aku sontak membeku di tempat. Mataku tak berkedip, mulutku sedikit terbuka hingga lalat saja mungkin bisa masuk dengan mudah.

Di sana, tak jauh dari pandanganku, aku bisa melihat Nicholas sedang mencangkul tanah hingga tubuhnya diselimuti keringat.

Well, aku tidak akan secengo ini jika Nicholas masihㅡsetidaknyaㅡmenggunakan seonggok kain untuk membalut tubuhnya.

Masalahnya, bocah itu menanggalkan bajunya. Bocah itu bertelanjang dada. Bocah itu ... punya badan super oke dengan otot sempurna, perut kotak-kotak, danㅡ

"Mengintipku, Mademoiselle?"

Sialan! Aku buru-buru memutar tubuh hingga memunggunginya. Jantungku berdebar tak keruan. Rasanya seperti aku adalah seorang wanita cabul yang sedang mengintip pria tampan super hot danㅡ

ㅡPLEASE, LILY, CONTROL YOURSELF!

Aku hampir melangkah pergi, tetapi sebuah tangan sudah lebih dulu menahan pergelangan tanganku. Sedetik setelahnya, sosok Nicholas yang sudah berpakaian lengkap langsung menjulang di depan mataku.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku," katanya, merujuk pada tuduhannya tentang aku yang sedang mengintip dia.

"Tidak. Aku sedang berkeliling dan tidak sengaja sampai di siniㅡ"

"Lalu menatapku dengan mulut terbuka?" potongnya cepat. "Aku bahkan bisa melihat air liurmu menetes di sana."

Aku refleks menyentuh ujung bibirku yang Nicholas tunjuk dengan dagunya. Dan sialnya, aku tertipu.

Nicholas tertawa kecil melihat kebodohanku. Demi Tuhan, aku ingin menghilang saja dari hadapannya!

"Mumpung sudah sampai sini, mau masuk ke dalam?" tawar Nicholas. "Ini gudang wine, kau tenang saja," lanjutnya, seolah memahami arti tatapanku yang penuh selidik.

Aku terdiam sebentar, berusaha menimbang-nimbang tawarannya. Kalau aku menolak dan bergegas pergi, sepertinya dia akan semakin besar kepala. Jadi, di saat seperti ini, aku harus bersikap biasa.

"Sure. Why not?" jawabku mantap.

"Nice choice. Come on."

Nicholas memimpin langkah. Begitu pintu terbuka, aku bisa melihat puluhan tabung kayu berjajar dengan rapi. Di setiap tabungnya terdapat tulisan tanggal yang kuyakini sebagai hari wine itu diproduksi.

"Keluargamu yang membuat semua ini?" tanyaku takjub.

"Yes. Bahkan jauh sebelum aku lahir, mereka sudah mendirikan usaha ini. Mungkin ... usaha mereka setua usiamu."

Aku sontak melotot. "Aku belum setua itu, ya, Bocah!" kesalku. Tawa Nicholas kembali pecah melihat reaksiku.

Kaki Nicholas berhenti di sebuah tabung di ujung ruangan.

"Ini wine paling spesial di sini. Kami sengaja tidak menjualnya supaya bisa dikonsumsi sendiri," terangnya sambil mengisi sebuah gelas dengan wine dari tabung tersebut. Kemudian, dia berikannya padaku.

"Kenapa?" tanyaku sembari meraih gelas pemberiannya dan menghirup aroma wine yang menguar dari gelas itu.

Harum.

"Karena diproduksi di hari lahirku."

Aku tersenyum kecil. Setelah puas menghirup, aku pun menyesapnya dengan mata terpejam, mencoba menikmati tetes demi tetes anggur yang masuk dalam tenggorokanku.

Senyumku kian merekah. Aku kembali membuka mata dan menatap Nicholas dengan tatapan puas.

"Ini wine terenak yang pernah aku minum. Sekarang aku tahu kenapa anggur ini terasa spesial," pujiku.

Nicholas hanya diam dengan mata lurus menatapku. Bola mata hijaunya itu mengunciku, membuatku tak bisa berkutik. Aku ... tiba-tiba napasku tercekat hanya karena ditatap seintens ini olehnya.

"Do you know that you are beautiful, Lily? Wajahmu secantik namamu."

Aku seketika meneguk ludah. Kenapa dia tiba-tiba memujiku seperti ini?

"Sebenarnya Mama sering membicarakan dan memamerkan fotomu padaku. Aku tahu kamu sangat cantik di foto, tapi aku tidak menyangka kalau kamu secantik ini di dunia nyata. Maksudku ... ya Tuhan."

Nicholas tertawa karena ucapannya sendiri, membuatku semakin penasaran dengan apa yang akan dia katakan setelah ini.

"I like you, Lily. Bukankah tidak masalah kalau kita berhubungan? Toh orang tua kita hanya saudara angkat."

Tanpa kusadari, aku mengangguk. Entah untuk menjawab pernyataan tentang perasaannya, atau untuk menjawab pertanyaannya tentang hubungan orang tua kami. Intinya, aku sepakat.

Nicholas beringsut maju, mengikis jarak di antara kami. Tubuhnya menunduk rendah, begitu pula dengan kakiku yang berjinjit tinggi-tinggi. Setelah wajah kami sejajar, bibir kami mulai memagut dengan begitu dalam. Gelasku bahkan sudah aku lempar agar tanganku bisa dengan bebas meraih tengkuknya.

Dengan mudah Nicholas mendorongku hingga terimpit di dinding. Ciuman kami terasa semakin liar saat punggungku menempel dengan dinding kayu di belakangku. Napasku terengah, begitu pula dengan Nicholas.

"Oh ...."

Satu desahanku lolos saat bibir tebalnya turun menuju leherku. Aku refleks menjenjangkan kepala agar dia bisa dengan leluasa bermain di sana.

"I like your smell. So addictive," pujinya sambil menyapu lidahnya di sana, sesekali mengecupnya hingga menimbulkan suara berisik.

Wajah Nicholas tiba di belahan dadaku yang masih tertutup kaus. Dengan sedikit terburu-buru aku melepas kaus dan bra yang membalut tubuhku hingga kedua payudaraku terpampang di depan matanya.

"God ...," erang Nicholas. Dia meraih kedua payudaraku lalu menekannya ke tengah, membuat garis belahan dadaku tercetak sempurna. Dia hirup aroma yang menguar dari sana menggunakan ujung hidung mancungnya. "You driving me crazy, Lily."

Aku menggigit bibir kuat-kuat saat lidah Nicholas mencumbu puncak dadaku. Kanan dan kiri, semua tak lepas dari jilatannya. Desahanku semakin tak tertahankan saat jilatan itu berubah jadi kuluman dan decapan kuat.

"Deeper ...," pintaku frustrasi. Aku bahkan menuntun Nicholas untuk meremas dadaku kencang, sambil sesekali memilin putingku yang sudah mencuat sempurna.

"I want this forever," katanya masih sambil meremas kedua dadaku dengan gemas. "May I?"

"They're yours," jawabku.

Nicholas tersenyum kecil. Dia beringsut mundur beberapa langkah lalu mulai melucuti kaus hitamnya hingga tubuh polos yang sempat aku lihat di kebun tadi terpampang dengan jelas di depan mataku.

Refleks, aku meneguk saliva susah payah. Dari jarak sedekat ini, pahatan dari otot-otot di perut dan dadanya terlihat begitu jelas dan menggiurkan. Tubuhnya yang basah dipenuhi peluh justru semakin membuatnya terlihat seksi.

Sangat amat seksi hingga aku ingin melahapnya detik ini juga.

"Kamu bisa mengagumi tubuhku nanti, Ma Chérie," katanya sambil meraih kedua pinggang rampingku. "Sekarang, kita harus melanjutkan permainan kita. Karena aku sudah tidak bisa menahan diri lagi."

***

Continue lendo

Você também vai gostar

2.7M 289K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
4.9M 182K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
826K 127K 45
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
2.6M 125K 55
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞