Keluarga Skylen diliputi kecemasan sejak beberapa saat yang lalu, ketika tombol darurat yang ditekan oleh sopir Allen mengirimkan sinyal bahaya pada mereka
Di sekolah..
Leon dan si kembar Eliot tengah memimpin rapat dengan geng Ruler
Suasana tenang sebelum suara pekikan terdengar dari gelang yang dipakainya
Permata kecil di gelang itu berkedip-kedip dengan cahaya berwarna biru
Setiap keadaan darurat di keluarga Skylen selalu dikategorikan dengan menggunakan warna dan warna biru hanya dimiliki oleh satu orang di keluarga Skylen
'BABY!!!'
Brak!
Salah seorang Ritter membuka pintu dengan kasar, hal itu mengundang tatapan bingung dari para petinggi Ruler, terlebih setelah melihat ekspresi diwajah Leon dan si kembar
"Tuan Leon, mobil Tuan kecil diserang!"
Tanpa banyak pertimbangan, Leon dan si kembar menuju ke parkiran
Disana Jacob sudah menunggu kedatangan mereka dengan wajah datarnya
"Ayo memburu kelinci!"
Dengan itu mereka langsung pergi menuju lokasi Allen
Derrick dalam perjalanan menuju perusahaannya, ia memutuskan mampir ke restoran Elena untuk menjemput istrinya sekaligus mengambil bekal makan siang Allen
"Jadi kita langsung ke perusahaan, bagaimana dengan baby?" Tanya Elena
"Aku sudah menyuruh Ritter mengantar baby ke perusahaan"
"Kenapa tidak ke mansion?"
"Tidak ada siapapun disana, Mike dibawa ke rumah sakit tadi, jadi Rachel dan Lexy menemaninya"
Elena diam dengan raut wajah rumit
"Ada apa?" Tanya Derrick khawatir
"Entahlah firasat ku buruk, aku takut akan terjadi sesuatu pada keluarga kita"
"Tenanglah, semuanya akan ba-"
Kiiiiiii.....!!!
Bunyi pekikan mengejutkan pasangan itu, cahaya biru bersinar memenuhi retina mereka yang dipenuhi ekspresi teror
"KE LOKASI ALLEN SEKARANG!!"
Derrick berteriak marah, segera semua Ritter memacu kendaraan mereka dengan kecepatan maksimum menuju lokasi Allen
"Derick.. baby..! Baby..hiks hiks tidak akan ada hal yang buruk kan?!"
Derrick mengusap punggung Elena yang tengah menangis pilu di bahunya
'beraninya para lalat itu menyentuh putraku! Apa mereka sudah bosan hidup?! Kumohon bertahanlah baby'
"Huftt..."
Lexy menyandarkan tubuhnya ke sofa di ruangan Eliot, sementara si pemilik ruangan tampak membolak-balik berkas laporan di mejanya
"Hari ini entah mengapa semua orang sibuk, seolah ada hal besar yang terjadi dibelakang kita" celetuk Eliot
Lexy menatapnya sebentar sebelum beralih fokus pada jam dinding
"Ada penyerangan di gerbang barat, opa dan yang lain pergi kesana"
"Seberapa serius?"
"Cukup serius, musuh meledakkan gudang senjata kita disana"
"Jadi itu alasan mereka berangkat terburu-buru tadi?"
"Hm, aku akan menjemput baby, Leon bilang ada rapat dengan gengnya, jadi tidak bisa mengantar baby"
"Baiklah, hati-hati dijal-"
Kiiiiiii...!!!
Kedua orang itu menegang, cahaya berwarna biru berkedip menambah kecemasan di hati mereka
"Orang bodoh mana yang berani menyentuh adikku!!"
Tanpa penundaan Lexy segera pergi menuju lokasi Allen, rahangnya mengeras memikirkan apa yang kemungkinan terjadi pada adiknya
"Papi!"
Rachel menghampiri Eliot yang sedang mengambil pisau bedahnya
"Tetap disini girl! Temani Mike, dia pasti syok jika tau baby dalam bahaya"
Rachel tidak membantah meskipun ia ingin sekali mengetahui kondisi adiknya, tapi ia tidak bisa mengabaikan Mike yang sedang sakit
"Baik, aku akan memperketat penjagaan disini!"
"Good girl, papi berangkat sekarang"
"Tolong hati-hati dan bawa baby kembali..."
Rachel tidak bisa mengucapkan kalimat terakhirnya dengan jelas, tapi Eliot sepertinya tau apa yang ingin disampaikan oleh putrinya
"Tentu, jangan khawatir!"
Rachel menggenggam erat ujung jubah dokternya saat ia menatap kepergian Eliot
Di gerbang barat...
"Semua sudah diringkus?" Tanya Hendrik
"Sudah opa"
Lio menjawab sembari mengotak-atik senapan laras panjangnya
"Mereka sudah diam tiga tahun ini, kenapa tiba-tiba memberontak tanpa alasan?"
Alex bertanya dengan bingung, ia menatap tajam ketiga musuh yang berhasil diringkus sebelum mereka bunuh diri
Ctar!
Dari arah belakang, Kailo mencambuk ketiga musuh itu
"Katakan alasan kalian?!"
Salah seorang musuh menggertakkan gigi menahan sakit akibat cambukan yang kesekian kalinya, namun tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak
"Hehehe..kalian semua..le..ngah! Hahaha"
Sontak para Skylen menatap musuh dengan ekspresi bingung
'lengah'
Rasa dingin perlahan menjalari punggung mereka
"Apa yang-"
Kiiiiiii...!!!
Pekikan terdengar sebelum Devon berhasil menyelesaikan ucapannya
"Hahaha...! Mereka berhasil! Putra Needle pasti mati hahaha...ugh!"
Ctar!
Kailo mencambuk orang itu lebih keras daripada sebelumnya, rahangnya mengeras begitu mengetahui korban sebenarnya
"Beraninya bedebah seperti kalian menyentuh cucuku!"
Dor dor dor!
Emily yang marah menembak tangan dan kaki ketiga musuh
"Ritter! Bawa tiga lalat ini ke penjara, siksa sepuas kalian tapi pastikan mereka tetap hidup sampai kami datang"
Sylvia memberi perintah sebelum mengikuti keluarganya menuju lokasi Allen
'siapapun yang menyentuh harta Skylen, jangan harap untuk mati dengan mudah!'
Di tempat lain...
Disebuah villa dekat pantai
"Waktunya makan boy"
Seorang pria memasuki kamar putranya yang gelap, ia menyibak gorden jendela lalu berbalik menatap putranya yang tengah duduk di kursi belajar
Ia mendekat untuk melihat apa yang dilakukan anak itu
'tiga pria itu lagi, sebenarnya siapa mereka?'
"Kamu melukis mereka lagi boy"
"Hm"
"Ini hari ulang tahunmu, apa kamu tidak ingin berkeliling disekitar villa? Atau ke pantai mungkin?"
"Tidak"
Si remaja menolak tanpa menoleh pada ayahnya, hal itu membuat si ayah menghela nafas frustasi
Sudah sebulan lebih putranya mengurung diri di kamar, dan hari ini ia membawa putranya itu ke villa miliknya untuk merayakan ulang tahun putranya yang ke-13 sekaligus agar putranya tidak menutup diri lagi, tapi sepertinya itu tidak berhasil
"Apa kau akan terus seperti ini Dion?"
Si remaja tersentak kaget saat si ayah menyebut namanya
"Sampai kapan kamu akan seperti ini?"
Dion mengepalkan pensilnya, ia menundukkan kepala dan hanya menatap lukisan tiga orang pria itu dengan matanya yang memerah
Si ayah tersenyum miris, ia menepuk bahu putranya pelan
"Setelah ini turun dan makan siang"
Dion mengangguk dan terus menunduk sampai pintu kembali ditutup dari luar
Ia masih menatap lukisannya, seorang pria tertawa lebar disisi kanan dan dua orang pria berwajah datar di tengah dan sisi kiri
Namun fokusnya selalu tertuju pada pria yang tertawa dan yang ditengah
'gue dapet kesempatan buat bahagia, tapi gimana sama Alger dan Bryan?'
Jangan lupa vote dan komen