Sasaeng Fans [EXO]

By ismi_h

507K 30.6K 1.6K

Ada dua sisi berbeda dari sang oppa. Sisi yang ada di depan layar kaca. Dan, Sisi yang ada di belakang layar... More

Teaser/Prolog
Serpihan 1
Serpihan 2
Serpihan 3
Serpihan 4
Serpihan 5
Serpihan 6
Serpihan 7
Serpihan 8
Serpihan 9
Serpihan 10
Serpihan 11
Serpihan 12
Serpihan 13
Serpihan 15
Serpihan 16
Serpihan 17
Serpihan 18
Serpihan 19
Serpihan 20
Serpihan 21
Serpihan 22
Serpihan 23
Serpihan 24
Serpihan 25 (a)
Serpihan 25 (b)
Serpihan 26 (a)
Serpihan 26 (b)
Serpihan 26 (c)
Serpihan 26 (d)
Serpihan 27 (a)
Serpihan 27 (b)
Serpihan 27 (c)
Serpihan 27 (d)
Epilog
Tao Story
Kris Story
Suho Story
Lay Story
Xiumin Story
D.O Story
Baekhyun Story
Chen Story
Chanyeol Story
Luhan Story
Kai Story (bagian 1)
Kai Story (bagian 2)
Sehun Story (bagian 1)
Sehun Story (bagian 2)
Sehun Story (bagian 3)
Via Story
Sasaeng Fans [2]
pengumuman !
Gadis dalam Almari

Serpihan 14

8.2K 581 14
By ismi_h

Serpihan 14

Hatiku berdebar. Debarannya semakin keras saat aku menutup telingaku. Tak akan berhenti karena dia berada tepat di depanku. -Via-

EXO's Dorm - 20.14 KST

"Kau mau kemana?" tanya Chen ketika melihat D.O sudah rapi dengan segala penyamarannya.

"Kau tidak berniat menonton film lagi kan? Bukankah kemarin kau sudah pergi menonton?" cecar Chen bertubi-tubi.

"Aniya..." sanggah D.O cepat. "Aku hanya ingin mengembalikan ini kepada pemiliknya." Ditunjukkannya sebuah sapu tangan tipis berwarna pink soft dengan bordiran kecil di salah satu ujungnya.

Dengan gerakan cepat, Chen merebut sapu tangan tersebut. "Milik siapa ini?" tanyanya antusias sembari membolak-balik sapu tangan tersebut, mengamatinya.

D.O dengan kasar merebut kembali sapu tangan itu. "Jangan kau sentuh sembarangan. Aku baru saja mencucinya." Chen merengut sebal mendapati respon D.O yang berlebihan.

D.O lalu mengambil langkah santai menuju ke pintu depan. "Katakan pada Suho hyung jika aku akan pulang terlambat." Katanya singkat sebelum benar-benar pergi.

Chen yang merasa tak ingin sendirian di rumah karena semua member yang memiliki acara hari ini, langsung buru-buru mengambil langkah cepat untuk menyusul D.O.

"Kyungsoo-ya... Tunggu aku..." teriak Chen keras.

Ia langsung merangkul pundak kecil D.O saat berhasil menyusulnya. "Ayo pergi denganku..."

***

20.22 KST

"Ku sarankan kau mengambil libur sebentar untuk istirahat." Kata Lay dengan mata yang masih fokus menyetir. Lelaki di sebelahnya hanya bisa menghela nafas lelah. Pasalnya, semenjak tadi Lay tak henti-henti berceramah perihal banyak hal padanya.

"Aku serius, Luhan. Kau harus mengambil cuti sebelum sakitmu itu menjadi semakin parah."

Luhan mengangguk lemah. Badannya terasa tak memiliki tenaga sekarang. "Aku tak mungkin melakukan itu." Jawabnya lirih. Lay sempat meliriknya sebentar dan menatapnya sebal.

"Jangan menatapku seperti itu." Luhan memperingati.

"Kau juga harus berhenti keras kepala. Jika penyakitmu semakin-"

"Aku tak apa, Lay. Jangan berlebihan." Luhan memotong perkataan Lay. "Bukankah sebentar lagi kita akan syuting video klip? Aku yakin aku akan bisa bertahan hingga saat itu."

Lay mendengus lelah. Luhan tipe orang yang keras kepala. Tak mudah untuk sekedar membujuknya meskipun itu demi kebaikan Luhan. "Lagipula... Ini adalah comeback pertama kita setelah keluarnya Kris. Aku tak ingin mengecewakan semuanya."

"Aku mulai bosan dengan sikapmu yang terlalu peduli dengan orang lain dibanding dirimu sendiri."

Luhan tertawa kecil mendengar Lay berkata demikian. "Bukankah kau juga orang yang seperti itu, Yixing?" ejeknya.

Lay melengos. "Setidaknya rasa kepedulianku itu masih memiliki batas tertentu." Belanya.

"Aku juga punya batas tertentu." Sanggah Luhan. "Dan hal seperti ini masih belum melewati batasku." Katanya pelan. Pening tiba-tiba menghantam kepalanya. Namun, ia mencoba untuk bersikap biasa agar Lay tak khawatir

Ia sandarkan kepalanya untuk meredakan pening yang tiba-tiba menyerang. Dengan perlahan tentunya, karena ia tak ingin Lay menyadarinya. Luhan juga memejamkan matanya.

"Jangan beritahu Sehun apapun tentang kejadian hari ini." Katanya lemah. "Aku tak ingin dia khawatir ketika tahu aku memeriksakan diri ke dokter karena sakit."

Lay mengangguk singkat. "Aku jarang berbincang dengan bocah itu. Jadi aku tak akan memberitahunya apapun." Tak menyadari jika Luhan lagi-lagi merasakan pening hebat.

***

20.41 KST

Bagai seorang detektif yang tengah mengintai musuhnya, mereka bersembunyi di dalam mobil sambil mengamati orang yang lalu lalang. Chen yang paling serius memainkan peran tersebut. Ia makin terlihat bagai orang yang benar-benar kurang kerjaan.

Di sebelahnya, D.O hanya memandang Chen lelah. Sudah merasa terlalu biasa jika lelaki ini terlalu antusias untuk masalah seperti ini.

"Apa kau yakin gadis itu bekerja di kedai tersebut?" tanya Chen kembali entah sudah yang keberapa kali. D.O menghela nafas panjang sebelum menjawab singkat. "Iya."

"Kau yakin?" introgasi Chen. D.O hanya mengangguk singkat.

"Tapi kenapa gadis itu belum muncul juga?"

D.O memutar matanya lelah. "Apa kau tidak lihat kedai itu sedang ramai? Dia pasti sibuk."

Chen memandang D.O sebal mendapati jawaban ketus darinya. "Arraseo..."

"Tapi... kenapa sapu tangan gadis itu bisa ada di tanganmu?"

"Gadis itu tak sengaja meninggalkannya."

"Tak sengaja meninggalkannya? Hmmm..." Chen mengelus janggutnya yang bersih. Mencoba berfikir ala-ala detektif.

"Apa dia tahu jika kau itu D.O EXO?" Chen kembali bertanya.

D.O menjawabnya dengan santai. "Sepertinya ia tahu. Karena aku melepas maskerku yang bau akibat guyuran air darinya tepat di depan matanya."

"Jinjja?" Chen berteriak histeris mendapati jawaban D.O.

"Jangan berlebihan." Respon D.O atas teriakan tak merdu yang Chen lontarkan.

"Kyungsoo-ya... Sekarang aku tahu mengapa gadis itu meninggalkan sapu tangannya padamu. Itu karena dia-" penjelasan Chen terhenti ketika melihat D.O dengan cepat keluar dari dalam mobil. "Ya Kyungsoo..." panggilnya.

Ia lalu menoleh menuju kedai. Terlihat seorang gadis yang baru saja keluar sambil membawa dua kantong sampah di tangannya. Mata Chen menyipit untuk mengamati lebih jelas wajah gadis itu. Ia terheran ketika merasa mengenali gadis tersebut.

Otaknya berpikir keras untuk mengingat-ingat siapa gadis yang sepertinya dikenal oleh Chen. Matanya langsung melotot sempurna ketika ia mengingat sesuatu. Ia tercengang. Tak mungkin gadis ini...

Dengan terburu ia mengambil langkah cepat untuk menyusul D.O yang sudah hampir sampai di hadapan gadis pemilik sapu tangan warna pink soft tersebut. Ia berlari sambil terus memanggil nama D.O lirih untuk sekedar menghentikan langkah lelaki bermata besar tersebut.

Ditariknya tangan kecil D.O ketika ia sampai di dekatnya. "Kajima..." katanya dengan terengah.

"Waeyo? Apa kau ingin bilang jika dia sasaeng?"

Chen menggeleng cepat. "Itu akan lebih baik jika dia hanya seorang sasaeng. Setidaknya aku tahu bagaimana cara menghadapi mereka. Tapi Kyungsoo ya..."

"Gadis itu adalah haters kita!"

"Mwo?"

***

SM Ent. - 14.30 KST

Seunghwan mempercepat langkahnya saat pintu dari lift yang membawanya ke lantai 3 terbuka sempurna. Hatinya berdegung kencang mengetahui fakta bahwa CEO dari agensi besar SM menghubunginya semalam dan memintanya bertemu.

Seminggu yang lalu , Seunghwan mengirim surat pengunduran diri padanya karena telah melanggar kontrak kerja. Jadi, ia kaget setengah mati mendapati sang CEO meneleponnya tiba-tiba dan memintanya bertemu secara pribadi. Ia takut hal yang buruk akan menimpanya.

Sekretaris pribadi dari Tuan Oh Youngmin langsung menyambutnya ramah ketika ia sampai di depan ruang CEO. Wanita itu dengan senang hati membukakan pintu sebelum Seunghwan menjelaskan perihal kedatangannya.

Ia masuk dengan takut. Dirinya jarang memasuki ruang sakral tersebut meski telah menghabiskan waktu bertahun-tahun bekerja di Agensi yang Youngmin ampu.

"Duduklah..." Seunghwan dapat mendengar nada tegas dari Youngmin saat dirinya sampai di hadapan lelaki tersebut. Dengan sigap ia duduk di kursi yang telah disediakan.

"Apa kau tahu mengapa aku memanggilmu?"

Seunghwan menggeleng ragu. Youngmin tersenyum singkat mendapati jawaban polos yang Seunghwan berikan.

"Aku tak ingin kau berhenti meskipun telah melanggar kesepakatan kontrak yang telah kita buat." Tembak Youngmin langsung.

"Ne?" tanya Seunghwan tak percaya mendengar perkataan dari sang CEO.

"Aku ingin kau tetap ada di samping Sehun." Tegasnya kembali. Seunghwan langsung buru-buru membungkuk dan mengucapkan ucapan terimakasih berkali-kali. Rasa senang membuncah di hatinya mendapati ia tak perlu lagi susah-susah untuk mencari pekerjaan lain.

"Kau tak perlu berterimakasih padaku. Aku melakukannya karena Sehun yang meminta."

Seunghwan mengangkat pandangannya dan menatap Youngmin tak percaya. Merasa takjub mengetahui Sehun bertindak semacam itu padanya.

"Perrgilah ke ruang rapat. Kita akan membicarakan masalah perayaan hari jadi EXO yang ketiga tahun." Kata Youngmin final. Seunghwan dengan cepat berdiri. Tak lupa ia memberi salam hormat dan mengucapkan terimakasih pada sang CEO.

"Ah Iya..." Seunghwan menghentikan langkahnya mendapati Youngmin seperti ingin menyampaikan sesuatu yang lain.

"Selamat atas pernikahanmu nanti."

***

Ruang Rapat, SM Ent. - 14.55 KST

Semua mata langsung tertuju pada lelaki yang kini tengah berdiri canggung di depan pintu yang terbuka lebar. Mereka yang sedang sibuk menjalani serangkaian rapat langsung merasa terganggu saat pintu ruangan tersebut terbuka lebar. Namun tak ada yang berani menegur karena lelaki itu adalah putra sang CEO.

Sehun terus saja membodohi dirinya setelah sadar baru saja melakukan hal bodoh. Niat awalnya hanya ingin bertemu dengan Yoora -yang diprediksi Sehun tengah berada di ruang rapat-, namun sekarang rencana itu berubah menjadi petaka besar baginya.

Kesalahan terbesarnya adalah ia yang tak mengetuk pintu terlebih dahulu ketika memasuki ruangan penting seperti ruang rapat ini. Huh, ini semua karena keinginan yang kuat untuk bertemu dengan Via. Saking semangatnya, ia bertindak di luar kendali. Benar-benar bukan seperti Sehun.

"Apa kau akan terus berdiri di sana?" Sehun menoleh ke sumber suara. Tuan CEO a.k.a Ayahnya yang duduk di kursi paling depan kini tengah menatapnya garang. Pantas saja ia marah. Anak lelakinya ini tengah mengacaukan rapat mereka.

"Atau kau ingin ikut dalam rapat ini, Oh Sehun ssi?" lanjut kembali Oh Youngmin. Ia tekan kata itu satu persatu.

Sehun meneguk ludahnya takut. Jika dilihat dari kepribadian Sehun, pastilah anak itu tidak akan memilih kedua opsi yang Ayahnya tawarkan. Ia dongakkan kepalanya untuk mengucapkan salam selamat tinggal dan mengumumkan perihal keinginannya.

"Saya-" kata-katanya terhenti ketika matanya menangkap sosok yang seminggu ini menghilang dari pandangannya. Ditatapnya lelaki itu dengan geram. Dengan cepat, ia ubah opsi yang tadi ingin ia pilih.

"Saya akan ikut rapat." Katanya mantap lalu berjalan menuju kursi kosong tepat di sebelah Seunghwan, lelaki yang menjadi alasan utama Sehun merubah pikirannya.

Sempat terlihat Youngmin yang tersenyum tipis mendapati pilihan sang anak. Ia lalu menyuruh orang yang tadi tengah presentasi, melanjutkan apa yang seharusnya ia lakukan.

Setelah menempatkan pantatnya di kursi empuk ruang rapat, Sehun sempat melirik sinis Seunghwan yang tadi sempat melempar senyum. 'Apa kau kira aku akan luluh dengan senyum anehmu itu?' pikir Sehun geram.

Pikiran Sehun sama sekali tak fokus pada materi rapat hari ini. Tujuannya ke sini hanya karena Seunghwan ada di sini. Merasa bosan, ia pun menyobek sebuah kertas yang berisi tulisan materi rapat. Ia lalu menuliskan sesuatu di ruang kosong yang ada di sana. Setelah itu, ia serahkan kertas tersebut pada Seunghwan.

Aku tak menyangka kau ada di sini. Ku kira kau di pecat.

Seunghwan tersenyum geli mendapati surat yang Sehun kirimkan padanya. Anak itu tak pernah berubah. Ia selalu saja bertingkah bagai orang terpolos di dunia. Dengan cepat tangannya menuliskan balasan di bawah tulisan milik Sehun. Digeserkannya kertas itu pada Sehun setelah selesai.

Bukankah kau yang harusnya paling tahu jika aku tak jadi dipecat? Kau kan yang merengek ke Ayahmu agar aku tetap tinggal? :p

"Mwo?" secara tak sadar Sehun berteriak keras setelah dirinya selesai membaca balasan dari Seunghwan. Membuat perhatian orang-orang kembali tertuju padanya. Sehun yang sadar langsung buru-buru meminta maaf.

"Kapan aku melakukan itu?" bisiknya pelan pada Seunghwan. "Apakah kau seberharga itu?" ledeknya kembali dengan suara lirih.

Seunghwan mendengus singkat mendapati sanggahan Sehun. Seunghwan tak akan tertipu dengan lelaki licik berwajah polos seperti Sehun. Ia pun memutuskan untuk kembali fokus ke materi rapat. Sehun yang merasa tidak dihiraukan langsung menulis kembali pesan lain. Digeserkannya kertas itu pada Seunghwan.

Dimana calon istrimu? Apakah dia dipecat sebagai ganti kau tetap bekerja disini? :p

Seunghwan langsung melayangkan tatapan membunuh ketik selesai membaca pesannya. Dalam pancaran matanya terlukis jelas kata-kata 'apa kau ingin kupukul pantatmu?' Dengan perasaan kesal, ia membubuhkan coretan balasan dan langsung memberikannya pada Sehun.

Dia tetap akan menjadi stylist untuk album barumu. Dia hanya sedang tidak bisa datang. Adiknya Via baru saja kecelakaan.

"Mwo? Via kecelakaan?" Hari ini Sehun memang benar-benar tak bisa mengontrol dirinya. Pasalnya, sekarang ia tengah kembali menjadi pusat perhatian. Youngmin sempat melirih kesal pada Sehun yang tak bisa bertingkah tenang.

***

15.00 KST

Kai tersenyum bahagia ketika dirinya memandangi kembali foto-foto yang pernah ia ambil semasa masih berpacaran dengan Krystal. Otaknya secara tak sadar juga memutar ulang cerita singkat dibalik foto-foto tersebut.

Seperti halnya foto yang mereka ambil sat perayaan tahun baru. Gambar tersebut menunjukkan potret Krystal tengah tersenyum ke arah kamera sambil memegang sebuah kembang api. Kai yang berdiri tepat disebelahnya juga tersenyum bahagia.

Kai terus memandangi foto-foto lain yang terus saja membuahkan senyum bahagia di wajah dan juga hatinya. Ingin rasanya ia kembali ke masa itu. Masa-masa indah dimana hanya ada kisah cinta manis antara dia dan Krystal.

Terlalu serius memandangi layar ponselnya, membuat Kai tak sadar jika taksi yang tengah ditumpangi sudah berhenti tepat di depan gedung SM. Sopir taksi tersebut sempat menegurnya apakah benar tempat tersebut merupakan tujuannya melihat Kai yang tak kunjung turun.

Ia yang tersadar langsung buru-buru membayar tagihannya setelah itu beranjak turun. Langkah terburu Kai sempat terhenti ketika sang sopir taksi menanyakannya sesuatu. "Apakah dirimu Kai EXO?"

Kai terdiam sebentar sebelum akhirnya mengangguk cepat. Sang sopir taksi langsung tersenyum bahagia mendapati lelaki di depannya tersebut benar-benar Kai EXO. "Anak perempuanku adalah fans beratmu."

Kai menunduk hormat mendengarnya. "Meski dia baru 14 tahun tapi dia selalu berkata padaku akan menikah denganmu saat dewasa nanti." Ucap sang sopir kembali. Kai kembali membungkuk hormat sambil menggumamkan terimakasih.

"Apa aku boleh meminta tanda tanganmu untuk anak gadisku?" Kai mengangguk cepat. Ia langsung membubuhkan tanda-tangannya pada kertas kosong yang sopir tersebut berikan padanya.

"Nama anakku Lee Yoonhee..." ucap sang sopir saat melihat Kai seperti ingin menanyakan nama anaknya. Kai mengembalikan kembali kertas tersebut sambil mengucapkan sesuatu, "Yoonhee sangat beruntung memiliki Ayah yang penyayang seperti anda."

"Dan tolong sampaikan pesanku pada anakmu bahwa aku menyukai gadis yang rajin sekolah dan berprestasi di sekolahnya. Juga, aku akan menikahi gadis yang bisa menyayangi keluarga dengan tulus."

Sang sopir tersenyum senang mendapati pesan dari Kai tersebut. "Sekarang aku tahu mengapa anakku bersikeras ingin menikahimu."

***

Ruang Latihan SM Ent. - 15.10 KST

Ruang latihan sore ini terlihat sepi. Seperti rekan-rekan Kai yang lain tengah mencari makan siang. Namun, Kai justru malah merasa lega mendapati fakta bahwa ruangan tersebut. Setidaknya ia memiliki waktu lebih lama untuk sekedar membuat alasan tentang menghilangangnya ia beberapa hari yang lalu.

Tangannya tergerak untuk menghidupkan musik lagu baru mereka. Ia sempat meregangkan tubuhnya sebentar sebelum mencoba mengikuti alunan musik yang mengalun. Menghilang beberapa hari, membuat Kai tertinggal jauh perihal gerakan dance untuk lagu barunya.

Tapi, bukan Kai namanya jika ia tidak bisa dengan cepat mengejar ketertinggalan tersebut. Dengan serius, ia menggerakkan tubuhnya. Mengikuti alunan cepat dari musik yang tengah terputar sambil mengontrol gerakan dance nya melalui kaca.

Sambil menari, mulutnya juga bergumam menyanyikan bagian dari lagu tersebut yang merupakan line miliknya. Ia terus menari sampai tak sadar peluh mulai membanjiri wajah dan bajunya. Tiba-tiba Kai menghentikan tariannya ketika melihat refleksi tubuh Suho berdiri tepat di belakangnya terlihat di kaca. Ia buru-buru membalikkan tubuhnya dan membungkuk singkat.

"Darimana saja kau beberapa hari ini?"

Kai menunduk dalam. Tangannya bergerak menggaruk tengkuknya yang gatal untuk meredakan kegugupannya. "Apa kau pulang ke rumahmu kembali?" suara Suho bergema di ruangan itu.

Perlahan, Kai dongakkan kepalanya untuk menatap Suho. Ia bernafas lega ketika luka yang ada di wajahnya sudah hilang total. Jadi, leader nya tersebut tak akan mencurigai hal lain selain perihal tentang ia yang kembali ke Busan.

"Aku..." diotaknya tercetus suatu ide yang bisa ia buat alasan. "Aku sibuk membantu kakak-kakakku yang sebentar lagi akan membuka sebuah kafe di Busan."

"Kafe?" Suho bertanya kembali, Kai mengangguk cepat menjawab. "Keluargamu membuka kafe baru?"

"Aku berikan sedikit penghasilanku untuk biaya pembuatan kafe tersebut."

Suho mengangguk-anggukkan kepalanya. "Lain kali kau bisa minta bantuan kita. Bukankah kita teman?"

Kai tersenyum geli mendapati perkataan Suho yang terbilang naïf. "Kau yakin kita adalah teman?"

Suho terdiam. "Kita hanya sekumpulan orang yang terpaksa harus tinggal bersama untuk meminkan peran masing-masing yang telah pihak agensi berikan." Ucap Kai kembali.

"Dan sepertinya kau terlalu mendalami peranmu sebagai leader, Suho hyung." Kai kembali tertawa geli. Setelah itu, Kai berjalan santai melewati Suho. Ia berniat mandi untuk menghilangkan keringat yang menempel di tubuhnya.

Suho yang tersadar jika Kai akan beranjak pergi langsung bergerak cepat untuk menariknya kembali. Ia ingin membalas segala perkataan yang telah Kai lontarkan. Tangannya dengan cekatanmenarik pundak Kai.

"ARGHHHH !" Suho terkaget mendapati Kai yang berteriak kesakitan saat ia menarik pundaknya. Ia telan kembali segala ucapan yang siap ia lontarkan. Ia merasa bersalah telah membuat Kai kesakitan meski ia yakin jika ia menarik pundak tersebut sewajarnya.

Kai terus saja menahan sakit yang Kai ketahui sebagai akibat dari injakan kaki Namjoon waktu itu. Bukannya tarikan pelan Suho dipundaknya.

***

Hanguk Hospital - 18.24 KST

Tangan Via terus membolak-balik novel berbahasa inggris yang baru saja Yoora belikan dalam rangka untuk membunuh kebosanan yang tercipta selama ia harus dirawat inap di rumah sakit. Tapi, opsi tersebut justru membuatnya semakin bosan saja.

Satu jam yang lalu, Yoora ijin pergi untuk membelikannya cemilan di luar. Karena Seunghwan yang sibuk ketika dirinya diterima kembali menjadi manager, membuat Yoora melakukan sendiri semua kegiatan yang biasanya Seunghwan lakukan padanya.

Pandangannya Via teralih menuju pintu ruangannya yang tertutup. Samar-samar telinganya menangkap suatu suara yang ia yakini berasal dari luar. "Sister???" panggil Via pelan. Namun, ia tak mendapati jawaban apapun.

"Sister, kaukah itu?" tanyanya kembali.

Suara tersebut semakin lama semakin terdengar jelas di telinganya. Telinganya dapat menangkap suara seorang gadis yang tengah menyanyikan lagu 'twinkle little star' dengan iringan piano. Merasa penasaran, Via pun beranjak dari tidurnya.

Ia sibak selimut yang menutup sebagian tubuhnya. Dirinya berjalan perlahan menuju pintu sambil mendorong tiang infuse miliknya. "Sister?" sambil terus melangkah, ia mengucap sapaan untuk kakaknya.

Tangannya tergerak membuka kenop pintu saat ia sudah sampai di depan pintu. Entah mengapa, hati Via berdebar melebihi aturan sekarang. Meski ia tak tahu apakah benar kakaknya yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya, tapi hati itu berdebar melebihi aturan.

Via bahkan sampai berkeringat dingin. Ia sempat menghirup nafas dalam dan menghembuskanna singkat sebelum menarik gagang pintu tersebut.

Secara tak sadar, hatinya menghitung mundur saat dirinya membuka pintu tersebut perlahan. Suara nyanyian gadis tadi masih terdengar hingga sekarang. Dan akhirnya.... Pintu tersebut terbuka sempurna.

Bagai melihat hantu di siang bolong, Via terdiam mematung mendapati siapakah yang kini berdiri tepat di depannya. Ia berdiri kaku bagai ada cairan semen yang kini tengah menyelimuti tubuhnya. Terlalu takjub mendapati fakta bahwa lelaki itu kini tengah berdiri tegap di depannya.

"Kau... Kau mengingat diriku sekarang?" Setelah menit-menit yang panjang terlampaui dengan diamnya Via, hanya kata tersebut yang dapat Via ucapkan pada lelaki di depannya.

***

Continue Reading

You'll Also Like

12.9K 802 32
Pernyataan cinta itu meskipun bodoh kelihatannya. Hal itulah yang membuatku menjadi diriku yang sekarang. Terkadang sedikit keberanian untuk mengungk...
168K 1.1K 7
"Aku pernah melepaskan seseorang, tapi aku tidak menyesalinya. Untukmu, aku tidak akan melepaskanmu, tidak akan pernah." "Kenapa?" "Cause you're my m...
436K 8.9K 25
Kumpulan cerpen absurd. No copas ya! Dan terima kasih buat yang sudah vote dan komen.
1.1M 60.6K 192
[Yao Yao, jika itu kau, bagaimana caramu berkencan dengan seorang pemain game profesional?] Tong Yao berpikir sejenak, sebelum menjawab dengan sungg...