WYLS | Park Sungjin

By HaniHanwoo

22K 2.3K 750

(Completed) Pertemuan kembali dengan seseorang yang dibenci di masa lalu, membawaku mengenal seseorang yang b... More

Cast
One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fifteen
Sixteen
Sungjin 1/2
Sungjin 2/2
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Brian
Twenty One
Twenty Two
Twenty three
Twenty Four
Twenty Four - Sweet Chaos
Twenty five
Hyunjin
Twenty Six
Twenty Seven - END
Sibling
Busan
Meet Me After Rain

The Wedding

118 4 4
By HaniHanwoo

💐💐💐

Waktu menunjukkan pukul sebelas siang. Taman dengan hiasan yang didominasi warna putih itu semakin ramai. Satu per satu pria dan wanita berpakaian rapi memasuki gerbang, lantas duduk di kursi dan meja yang telah disiapkan. Sementara itu, di dekat pintu masuk, sang mempelai pria bersama orang tua mempelai tengah menyambut para tamu. Tak lama kemudian, tiga orang pria berjas masuk dan langsung memeluk mempelai pria bergantian.

"Oh my god, so handsome," seru Brian.

"Yes, handsome! Tampan dan menawan," sahut Dowoon.

Sungjin mendadak merasa geli di sekujur tubuh mendengar kata-kata pujian --yang terdengar sedikit mengejek-- itu.

"Selamat ya, Hyung!" ujar Wonpil. Ia melambaikan tangan pada kekasihnya, Cindy, untuk pergi menghampiri mempelai wanita di dalam.

"Terima kasih kalian udah datang." Sungjin menepuk bahu mereka satu per satu. "KangBra, kau tak mengajak Bu Dokter itu, huh?"

"Maaf, Hyung. Dia sedang sibuk." Brian menyerahkan buket bunga yang cukup besar ke arah Sungjin.

"Itu Jae Hyung? Kok kayak pengemis?" tanya Dowoon pada seorang pria yang sedang memeluk lutut di belakang.

"Masih belum baikan sama Jieun?" tanya Wonpil.

Jae hanya menggeleng.

"Udah aku bilang Hyung bercandanya keterlaluan dan aku juga kena marah. Untung Jieun gak sampai batalin nikah."

"Diam kamu Sungjin! You never on my side," sanggah Jae cepat.

Dowoon terkekeh mengingat hyung-nya itu bercerita tepatnya dua hari yang lalu, saat Jae bergegas pulang setelah jadwal solonya di suatu tempat. Ia merencanakan sebuah kejutan untuk adiknya yang hendak mengadakan resepsi lusa, berkata bahwa ia tak bisa pulang dan tak mau menukar jadwal konser hanya untuk menghadiri acara itu. Sungjin sudah memperingatkannya, karena kebetulan mood Jieun sedang naik turun akibat gugup menjelang hari-H. Tapi Jae tetap bersikukuh dengan rencananya. Akhirnya, malam itu ia harus mendapat umpatan dan tangisan dari Jieun yang sudah kadung sedih dan sangat kesal karena perkataan kakaknya.

"Aku gak ikutan, ya." Dowoon mengangkat tangan sambil menggedikkan bahu.

Sementara itu, di dalam bridal room, Jieun menarik dan membuang napas dengan sedikit berat. Seorang perias masih merapikan anak rambut dan veil di kepalanya. Beberapa teman dekat bergantian meminta berfoto bersama. Tak begitu banyak, karena ia dan Sungjin sepakat untuk menggelar pesta hanya dihadiri oleh orang terdekat saja. Lebih khidmat dan tanpa tertangkap media.

Cindy tersenyum lantas menghampiri Jieun dan langsung memeluknya. "Jieun-ah, selamat, ya."

"Cindy! Terima kasih. Mataku masih sembab gak, ya?" tanya Jieun sambil mencoba menatap Cindy.

"Nggak, kamu cantik." Cindy merapikan veil Jieun dan mengeluarkan ponsel untuk memotretnya, lantas menunjukkan hasilnya agar pengantin itu percaya. Riasan dan penampilannya memang baik-baik saja. Hari ini Jieun mengenakan gaun pengantin lengan panjang dengan aksen brukat di bagian atasnya, sedangkan bagian bawahnya terlihat lebih sederhana.

Jieun kembali menarik napas panjang. Ia masih ingat seberapa banyak hal yang harus ia lewati hingga bisa sampai di tahap seperti ini bersama Sungjin. Apalagi dulu Jae tak memperbolehkan ia dekat dengan teman-teman band-nya. Juga saat ia dan Sungjin bilang ingin menikah lebih dulu, mendahului Jae.

Jae sempat tak berbicara dengan mereka karena merasa tak yakin dua sejoli itu mampu menjalani hubungan ke tahap yang lebih serius walau keduanya sudah dewasa. Jae khawatir karena hubungan itu menyangkut dua hal yang paling penting baginya, keluarga dan sahabat. Jika salah satunya hancur, maka tentu saja akan menghancurkan satunya lagi. Walau akhirnya mereka bisa meyakinkan Jae, tetap saja seolah ada sesuatu yang mengganjal di hati Jieun. Hal itulah yang membuatnya sedikit ragu untuk melanjutkan hubungannya ke tahap yang lebih serius.

Bisa-bisanya kemarin lusa, Jae membohonginya dan bilang tak akan datang. Mungkin pria itu tak mengerti seberapa berharga kehadirannya untuk sang adik. Jieun marah karena takut hal itu benar terjadi. Bahkan Sungjin yang menjemput Jae di airport pun menjadi sasaran kemarahannya. Setelah itu, Jieun lebih memilih untuk tak berbicara.

"Ayo, sudah waktunya," bisik Cindy saat melihat salah seorang staff WO memanggil Jieun. Ia membantunya merapikan gaun dan memegang tangan Jieun untuk keluar dari ruangan. Di taman, semua orang telah berkumpul dan bertepuk tangan saat Jieun hadir. Sementara Sungjin sudah berdiri di ujung karpet putih dari taburan kelopak bunga mawar. Cindy mengantarkan Jieun hingga berdiri di samping Sungjin untuk berjalan ke mimbar pelaminan.

Sungjin menyodorkan lengan untuk digandeng oleh Jieun. "Cantik," gumamnya saat melihat wajah gadis di sampingnya itu dan sukses membuat pipi Jieun merona.

Mereka berdua berjalan menapaki karpet putih yang terbentang di tengah. Para tamu lantas berdiri dan bertepuk tangan. Keduanya saling memberi hormat di depan mimbar, setelah itu saling membacakan janji pernikahan.

"Aku berjanji untuk mencintai Park Jieun sepenuh hati. Pertama kali kami bertemu, empat tahun yang lalu. Aku tak menyangka akan menikahi adik dari teman baikku seperti ini."

"Aku juga," timpal Jieun sambil tertawa. "Aku menyukai sifat kepemimpinan Sungjin oppa yang bijaksana dan berwibawa. Semoga ia bisa memimpin keluarga kami dengan baik dan bahagia bersama." Lagi-lagi semua tamu bertepuk tangan.

Kemudian, mereka berdiri di hadapan Jurye* dan mengucap janji suci sesuai adat hingga sah dinyatakan sebagai suami istri. Beberapa staff mengarahkan keduanya untuk memberi hormat kepada kedua orang tua. Rasa haru dan bahagia bercampur menjadi satu.

Tiba-tiba layar besar menyala dan menampilkan kilasan beberapa foto lawas dari Jieun dan Sungjin hingga dewasa seperti sekarang diiringi Wonpil yang menyanyikan lagu 'Unpainted Canvas'.

"Ah, lucunya," ujar Jieun saat melihat foto Sungjin saat bayi.

"Lihat tuh!" Sungjin menunjuk layar saat muncul foto Jieun bayi yang sedang tersungkur di tanah, dan beberapa foto memalukan lain walaupun Sungjin menganggap itu menggemaskan.

Jae tertawa paling keras. Jieun sangat tahu, kakaknya itulah yang pasti ingin menayangkan foto  yang selama ini ia simpan rapat.

"Stupid, Park Jaehyung!" umpat Jieun pelan.

"Hey!" Sungjin langsung menatapnya galak.

"Maaf."

Lalu, foto Jieun dan Jae saat kecil muncul, begitupun foto Sungjin dengan noona-nya. Tiba-tiba saja, rasa kesepian menyeruak di dada keduanya. Bagaimana mereka akan memiliki hidup sendiri, tak bisa bergantung dan bermanja-manja lagi kepada sosok kakak yang selama ini melindungi. Jieun menangis, padahal beberapa menit yang lalu ia mengumpati Jae. Sedangkan di kursi sana, Jae pun tengah menahan air mata yang mulai menggenang.

Lagu berganti, kali ini Wonpil menyanyikan 'Wedding Song' sambil menghadap kedua mempelai. Di belakangnya, beberapa staff sedang menyiapkan peralatan band untuk penampilan berikutnya. Sudah waktunya member lain untuk naik dan menyanyikan lagu.

"Dowoon, sesuai briefing, ya!" Brian menepuk pundak Dowoon sebelum pria itu duduk di belakang drum.

Dowoon sedikit bingung karena selama briefing tadi ia malah memainkan ponselnya. Sungjin pun bergabung dan memakai Atom, padahal ia pemeran utama untuk acara hari ini. Setelah semua siap, belum sempat Sungjin memetik senar, Dowoon sudah memukul drum dengan sebuah ketukan.

"I-saekki ...." umpat Sungjin sambil menoleh ke arah Dowoon, begitu pun dengan member yang lain. Entah mengapa acara ini malah jadi ajang saling mengumpat sejak tadi.

"Bukan Congratulation?" tanyanya bingung.

"Ya kau pikir sajalah sendiri," ujar Jae. Dowoon terkekeh setelah menyadarinya.

Sungjin yang sudah mulai lelah langsung memetik Atom dan memulai intro sebuah lagu. Mereka menyanyikan 'Finale'. Irama lagu yang cukup bersemangat, membuat mereka akhirnya tertawa mengingat hal-hal lucu yang terjadi. Beberapa tamu undangan pun berdiri dan ikut melompat sesuai irama, seperti sedang menonton konser. Tak terkecuali sang pengantin wanita, walau sedikit kesulitan karena gaunnya.

The best happy ending
For sure, you will
Be my final love story
So babe please be my finale
(DAY6 - Finale)

Hiburan selesai, kini saatnya Mark beraksi sebagai fotografer handal. Ia memandu kedua mempelai dengan berbagai pose untuk dijadikan foto pernikahan yang bagus.

"Now, kiss!" seru Mark.

Sungjin dan Jieun saling menoleh. "Dia bilang, cium," jelas Jieun, takut-takut pria di hadapannya itu tak mengerti.

"Aku tahu, tapi ... sekarang? Di sini banget?" tanya Sungjin ragu.

"Terus mau di mana?"

"Ya ... tapi 'kan banyak orang."

"Iya, tapi ini buat foto aja."

Mark sedikit berdeham karena dua orang itu malah berdebat panjang. "So, will you ..."

"We'll do," potong Jieun cepat. "Oppa, lihat aku!"

"Ya nanti kalau misalnya, hmp."

Sungjin kalah. Bagaimana pun, mereka harus memiliki kenang-kenangan foto pernikahan yang indah dan romantis, bukan?

Upacara pernikahan selesai tepat saat buket bunga yang dilempar Jieun ditangkap oleh Cindy. Kini para tamu sedang menuju tempat jamuan dan mulai melahap hidangan yang berjajar. Brian sudah membawa dua piring penuh makanan menuju meja tempat Wonpil, Dowoon, dan Cindy berada.

Sementara Jae dan pengantin baru itu menghampiri setelah bercengkrama dengan sanak saudara.

"Wonpil oppa, sekarang kamu punya tugas yang belum selesai." Jieun mengedip ke arah buket bunga yang tersimpan tepat di hadapan Cindy.

"Aku tahu," jawab Wonpil sambil berusaha tetap tenang, tapi ekspresi wajahnya tampak tak bisa menahan senyum. Sementara Cindy terlihat lebih santai sambil menyuap makanan ke mulutnya.

"Ah, seharusnya aku ikut menangkap bunga tadi." Brian menimpali dengan mulut penuh.

"Iya bener, Hyung! Aku juga." Dowoon tak mau kalah.

"Cari pacar aja dulu sana!" Sungjin tertawa, diikuti yang lain.

"Aku kaget loh, dia tiba-tiba bilang, Hyung aku mau nikah!" Jae meletakkan tangan di telinga seolah sedang menelepon.

"Trus Hyung jawab, kkabjagi, nggak?" tanya Dowoon.

"Nanti tiba-tiba Sungjin Hyung bilang, sebentar lagi aku jadi ayah."

"Oh! Sebentar lagi anakku lahir."

"Sebentar lagi anakku wisuda."

"Yeokshi! Semuanya serba tiba-tiba."

"Kalau bisa tiba-tiba, kenapa harus nunggu lama, ya 'kan?" bela Sungjin.

"Ya, Hyungnim!" Brian menjawab sambil memberi hormat. "Sungjin Hyung panutanku."

"Pokoknya, selamat atas pernikahan kalian berdua. Ayo kita bersulang!" Wonpil berdiri sambil mengacungkan gelas, diikuti yang lainnya.

"Cheers!!!"

The Wedding end.
When you love someone end.

Finally, we're here. In the end of the story, i'll say thank you and bow as much as i can do. Terima kasih sudah membaca cerita ini sampai akhir. Terima kasih banyak-banyak untuk Day6 dan Jae karena sudah jadi inspirasi untuk membuat cerita ini. I don't know how to say i love you so much, Guys. Semoga mereka, semoga kita semua bisa menemukan kebahagiaan kita sendiri.
Mohon maaf karena aku gak konsisten menulis, sampai harus nunggak hampir dua tahun. Mohon maaf juga kalau dalam cerita ini banyak hal yang kurang sesuai untuk kalian. Aku masih terus belajar. Semoga di masa depan, aku masih bisa menulis cerita yang jauh lebih bagus dari ini. See you, Guys!

Hanihanwoo

Continue Reading

You'll Also Like

195K 9.6K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
177K 15K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
824K 87.1K 58
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
37.5K 4.9K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...