Crazy Ketos Vs Ice Waketos

By Syivaayul

2.6M 392K 159K

Warning☞⚠️ [FOLLOW DULU BRADER!!!] cerita ini terdapat adegan romance, baper, kekerasan, kata-kata kasar. Har... More

1.PROLOG
2.PERTEMUAN
3.DIHUKUM
4.MURID BARU
5.SUPERMARKET
6.SUASANA
7.KERIBUTAN
8. KEJADIAN KEMARIN MALAM
9.ULANGAN
10. WAKETOS BARU
11. RAPAT PERTAMA
12. CAFE BENJOY(BE ENJOY)
13. CAFE BENJOY ( BE ENJOY)2
14. BERTEMU
15. CLARA RYUMI EFFENDI
16. GILA
17. GAGAL JAMKOS
18. SIREGAR
19.PILIH KASIH?
20. RAPUH
21. MASA SI?
22. GANGGU RAPAT
23. NOMOR KEMARIN
24. SAYAP
25. MALL
26. MBAH GOOGLE
27. OH
28. LOMBA
29. EM
30. PERJANJIAN
31. KALAH?
32. BABU
33. UKS
34. TAKUT?
35. MAHENDRA
36. PENGGANTI RENA
37. PSIKOPETT
38. LAMPU MERAH
39. MODUS
40. SALAH PAHAM
41. MURKA
42. BOHONG
43. ADA GUE
44. STIKER
45. JADI?
46. TUSUK
47. GESREK
48. TERNYATA
49. JADI SIAPA?
50. RESMI
51. CAMPING
52. I Love U?
53. HILANGNYA EMPATI
54. KALUNG?
55. NAOMI LEVIONA DANENDRA
56. NASI GORENG
57. TOLOL ABIZ
58. KHAWATIR (17+)
59. SADAR
60. QUALITY TIME
61. PERKARA LON*E
62. PERGI
63. VIRTUAL
64. DIARY
65. BERUBAH
66. PUTUS ATAU TERUS
67. BULLY
68. TUDUH
69. BUBAR
70. BRENGSEK (17+)
71. ARKA JEALOUS (17+)
72. BALIKAN KUY GAS NGENG
73. PUISI& NYANYI COLAB KESYA&CLARA
74. PENYERANGAN
75. UDAHAN MUSUHANNYA
76. PERTUNANGAN
77. HUTAN
78. RUMAH SAKIT
79. KEHILANGAN
81. GALAU BRUTAL
82. MISS
OPEN PO CRAZY KETOS VS ICE WAKETOS
83. ENDING
84. EPILOG
EXTRA CHAPTER
Crazy Ketos S2

80. WAKETOS BARU

21.4K 3.6K 5.4K
By Syivaayul

Seorang cowok dengan almamater OSIS melekat ditubuhnya dengan dasi terikat asal dan rambut acak-acakan termenung diruang OSIS dengan tangan kanan menyangga pipinya.

Seluruh anggota osis lain saling pandang bingung, mereka merasa iba dengan keadaan Arka saat ini, sangat berbeda dari biasanya. Arka yang sekarang bukan Arka yang dulu.

"Ka," panggil Andra. Tidak ada respon Andra mengalihkan pandangannya kearah Gibran.

"Ka, are you okay?" Tanya Gibran mendapat respon gelengan kepala dari Arka.

"Rapatnya ngga mau dimulai?" Tanya Satria.

"Ka, ayo dong mulai, jangan ngulur-ngulur waktu," ucap Claudia.

"Behhh si Arka galau," imbuh Rena.

"Woy Ka, ayo mulai," desak Brayn

"Ka," panggil Aurel lirih menatap Arka prihatin.

"Wakil gue aja," ucap Arka enggan menatap wajah anggota rapat, sementara mereka saling pandang bingung, apa yang Arka katakan? Wakilnya? Siapa?

"Wakil?" Tanya Andra memastikan dia tidak salah dengar.

"Kesy--- Rena," ucap Arka menetralkan wajahnya.

Rena memandang Arka sekilas lalu mulai membuka rapat seperti perintah Arka walaupun dirinya bukan wakil ketua OSIS melainkan sekertaris. "Selamat pagi, rapat kali ini kita akan membahas tentang acara perpisahan kelas 12 yang akan dilaksanakan pekan depan," ujar Rena menjelaskan.

Perhatian seluruh anggota osis kini terfokus pada Rena yang sedang menjelaskan tentang kegiatan osis sebelum suara ketukan pintu terdengar jelas dan pintu terbuka lebar menampilkan sosok laki-laki dengan kacamata bertengger di hidungnya.

"Maaf bapak ganggu rapatnya sebentar," ucap Ardhi, pandangannya pria itu beralih menatap Arka lalu memanggilnya, "Arka"

Arka mendongak menatap wajah pembinaan OSIS lesu. "Apa?" Tanya Arka singkat.

"Ada Anggota OSIS baru," ucap Ardhi membuat semuanya menatapnya penasaran

"Cieee kepoo, diaaaa....diaaaaa.. nggak cukup lanjut part dua," ledek Ardhi membuat yang lain semakin penasaran.

"Pak serius," pinta Satria.

"Wahh cewek nih," ucap Gibran siap untuk menggebet anggota OSIS baru padahal dia baru saja berpacaran dengan Clara.

"Adek gue lo kemanain?" Tanya Andra santai namun mengerikan. Gibran menelan salivanya kasar, tidak mampu berkata-kata.

"Bercanda, bercanda elah," jawab Gibran tertawa renyah.

"Nggak lucu," ucap Andra dengan raut datarnya.

"Lo sakitin Clara Lo berurusan sama Andra brow, yang ada tulang Lo rontok," ujar Satria menepuk pundak sahabatnya sembari terkekeh geli.

Seketika Gibran bergidik ngeri melihat sosok Andra yang berada tidak jauh dari dirinya duduk, tubuh tinggi, kekar, berotot. Cowok itu teringat saat SMP dimana Andra mematahkan tulang tangan teman Clara hanya karena masalah sepele. "Clar ayo putus," gumam Gibran.

"Dia anak perpindahan pelajar dari SMA Zirvanest, dia masih kelas sepuluh, ini cuma wakil sementara aja, cuma buat bantu Arka ngurus perpisahan kelas 12," jelas Ardhi.

"Silahkan masuk," perintah Ardhi, tidak lama setelahnya muncul sosok gadis cantik dengan rambut dikuncir kuda memasuki ruangan dengan wajah datarnya.

"Lah cantik aaaaa, oleng, mamii aaaaaa," teriak Gibran seperti cacing kepanasan namun langsung mendapat tatapan tajam dari Andra.

"Mau mati kapan?" Tanya Andra membuat mental Gibran menciut.

"Perkenalkan namamu," perintah Ardhi diangguki oleh gadis itu.

"Belvita," ucapnya singkat.

"Udah? Gitu doang? Singkat amat, nama panjang-"

"Belvita Regina Isabella," ucap Arka memotong perkataan Brayn. Kini Arka menjadi sorotan, mereka saling kenal?

Merasa peka dengan tatapan teman-temannya Arka kembali membuka suara, "name tag."

"Sudah, kamu gabung dengan mereka, saya tinggal," ucap Ardhi laku melangkah pergi.

Belvita berjalan santai lalu duduk dikursi dekat Arka duduk. Gadis itu memandang seluruh anggota osis secara bergantian.

"Mulai?" Tanya Rena diangguki seluruh anggota namun suara deringan telefon mengacaukan semuanya.

"Maaf, lanjut," ucap Brayn mematikan ponselnya.

"Dari cewek Lo? Brayn, Brayn nanti nyesel, dia udah usaha keras buat dapetin Lo tau," ujar Claudia.

"Gue bingung, gue bingung sama perasaan gue sendiri," jawab Brayn.

"Lah labil," timpal Rena.

"Jangan salahkan kopi yang dingin karena terlalu lama didiamkan," imbuh Belvita secara tiba-tiba yang langsung mendapat sorotan terutama dari Aurel.

Aurel memandang Belvita lama, nafasnya tercekat, matanya memanas. "Kok kaya..." batin Aurel masih sibuk dengan pikirannya.

"Sya, jangan salahkan kopi yang dingin karena terlalu lama didiamkan"

Ingatan itu kembali, dimana Aurel menasehati Kesya dirumah sakit agar gadis itu membuka sedikit hatinya untuk Arka.

"Bagus juga quotesnya, dapet darimana?" Tanya Brayn.

"Dari orang yang ngakunya sahabat tapi munafik," ucap gadis itu melirik kearah Aurel.

"Kok kaya nyindir gue?" Batin Aurel bertanya-tanya.

"WOYY ANJIR, SEPUPU GUE UDAH PUNYA PACAR NJEM, GUE KALAH!" Ucap Claudia histeris memandang layar ponselnya.

"Behhh kece," ucap Satria.

"Murid gue nih boss," ujar Gibran sembari memukul dada kirinya dengan tangan kanan mengepal.

"Najis," sinis Andra.

"Ndra Lo kenapa si? Sinis banget sama gue," keluh Gibran namun tidak ada respon.

"Eh sepupu gue minta saran nama gabungan yang estetik buat dia sama doinya, dia nggak bisa diem doinya agak cuek gitu. Gila sih sepupu gue udah pacaran aja kaga kaya gue," ucap Claudia.

"Setres kulkas bagus tuh," saran Satria.

"Goblok," cibir Gibran menoyor kepala Satria.

"Otak miring muka kulkas," ucap Belvita secara tiba-tiba membuat Arka menatap gadis itu lama, pikirannya campur aduk saat ini.

"Bagus juga, kata-kata Lo bagus mulu," Claudia menggantungkan kalimatnya. "Kaya Kesya," lanjutnya dengan sendu.

Belvita tersenyum tipis lalu melirik kearah Arka yang menatapnya lama, gadis itu mendekatkan tubuhnya lalu membisikkan sesuatu tepat ditelinga Arka. "Ice princess twins Elsa," ucap Belvita yang membuat Arka membulatkan matanya sempurna.

"Izin ketoilet," ucap Belvita diangguki oleh anggota osis lain, gadis itu berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan keluar ruangan.

Arka, laki-laki itu dengan cepat mengikuti langkah Belvita sedangkan anggota lain terus meneriaki Arka untuk tidak pergi dan memulai rapat.

"Tunggu!" Ucap Arka sedikit berteriak namun tidak dihiraukan oleh gadis itu. Arka berjalan cepat lalu menarik ikat rambut Belvita membuat rambut gadis itu tergerai indah.

Belvita beralih menghadap Arka dengan raut wajahnya datarnya lalu mengangkat satu alisnya.

Arka mendorong tubuh Belvita hingga membentur tembok lalu mengunci pergerakan gadis itu. Tanpa rasa takut Belvita menunjuk wajah Arka dengan jari telunjuknya. "Cowok pengecut," ucap Belvita membuat Arka tersulut emosi.

"Maksud l-"

"Selingkuh itu bukan khilaf tapi candu, lo pikir kesetiaan bisa dituker pakai apa? Harga diri lo?" Ucap Belvita mendorong tubuh Arka kasar membuat Arka mundur beberapa langkah.

Belvita ingin melangkahkan kakinya untuk pergi namun pergelangan tangannya dicekal kuat oleh Arka, kedua mata Belvita membuat sempurna kala tanpa aba-aba Arka memeluknya erat.

"I miss you... Sya," ucap Arka tepat ditelinga Belvita, tidak ada penolakan dari gadis itu dalam beberapa detik lalu dirinya mendorong tubuh Arka lalu menatap Arka tajam.

"Gue Belvita!" Tegas Belvita.

Belvita menepuk pelan baju dan roknya. "Najis," cibir Belvita yang terlihat sangat jijik dipeluk oleh Arka.

"Reflek," elak Arka.

"Gue jijik dipeluk sama cowok yang ngga ada pendirian kaya lo," ujar Belvita membuat Arka mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Maksud Lo?" Tanya Arka.

Belvita tersenyum devil, gadis itu memiringkan kepalanya lalu memberi kode agar Arka menatap kebelakang. "Lonte lo," ucap Belvita kala melihat sosok Naomi lalu segera beranjak pergi.

"Kenapa Belvita tau semua masalah gue sama Kesya? Bahkan nama panggilan gue buat Kesya? Kesya pernah cerita sama Belvita? Tapi Kesya 'kan tertutup," gumam Arka.

"Arkaaa," panggil Naomi manja membuyarkan lamunan Arka.

Arka memutar bola matanya jengah. "Najis," ucap Arka malas lalu hendak pergi namun Naomi mencegahnya.

"Kok Lo gitu? Marah ya?" Tanya Naomi semakin membuat Arka risih.

"Engga. Gue mau rapat," ucap Arka.

"Tap-"

"Nanti gue anter pulang," ucap Arka memotong perkataan Naomi, gadis itu tersenyum bahagia lalu memeluk singkat tubuh Arka.

"Makasih," ucap Naomi lalu merenggangkan pelukannya dan membiarkan Arka pergi.

Arka memejamkan matanya beberapa detik. "Kalau bukan karena dia gue juga ogah," batin Arka, membuka matanya lalu berjalan menuju ruang rapat.

Naomi tersenyum simpul lalu melangkahkan kakinya menuju kelas untuk mengambil jam tangannya yang tertinggal disana. Perlahan tapi pasti Naomi merogoh laci. Gadis itu mengerutkan keningnya bertanya-tanya kala melihat satu kotak berukuran kecil disana.

"Punya siapa?" Gumam Naomi mengambil kotak itu lalu membukanya. Nafas Naomi tercekat, matanya membulat sempurna kala melihat isi kotak itu.

Isi kotak kecil itu adalah kalung dan gelang matahari serta satu buah silet dan parasetamol. "Maksudnya?" Tanya Naomi pada dirinya sendiri.

"Kalung ini 'kan punya Clara, fixs dia yang neror gue, bodoh!" Tukas Naomi memasukkan kembali kalung, gelang, silet, dan parasetamol pada kotak kecil tadi.

Naomi memilih untuk mencari keberadaan Clara untuk menanyakan semuanya. Gadis itu berjalan terlalu tergesa-gesa hingga Naomi menabrak seorang gadis dengan rambut dikuncir kuda yang sedang membawa jus ditangannya membuat jus itu mengenai seragam Naomi.

"Oh my God. Bersihin!" Suruh Naomi.

Belvita memandang Naomi dari atas sampai bawah, gadis itu berdecih kasar. "Punya tangan? Pake!" Jawab Belvita ketus lalu kembali melangkahkan kakinya namun pergelangan tangannya dicekal kuat oleh Naomi.

"Bersihin!" Desak Naomi.

Belvita berbalik menghadap tubuh Naomi lalu menepis kasar tangan kakak kelasnya itu. "Lo gak buntung 'kan?" Tanya Belvita.

"Gue bilang bersihin, bersihin! Lo yang numpahin jusnya!" Ucap Naomi memaksa.

"Lo yang nabrak tolol!" Jawab Belvita nyolot.

"Kok Lo nyolot sih! Adek kelas gak tau diri! BITCH!" Ucap Naomi.

"Butuh kaca gak? Gue ada tuh, mau? Pungut aja lumayan bisa buat ngaca plus liat dosa Lo yang berjibun itu," ujar Belvita.

"Heh! Lo itu cuma murid perpindahan pelajar ya! Jangan sok-sokan?!" Decak Naomi

"Lah suka-suka gue," jawab Belvita.

"Bersihin sekarang?!" Desak Naomi.

Belvita tersenyum devil lalu mendekati tubuh Naomi. Dengan keberanian yang dia miliki Belvita menumpahkan semua sisa jus yang dia bawa tadi pada seragam Naomi.

Naomi membulatkan matanya sempurna lalu menatap Belvita tajam. "Bangsat," umpat Naomi lalu tangannya menarik kuat rambut Belvita membuat sang empu meringis kesakitan.

"Lepas!" Berontak Belvita.

"Pelajaran buat lo! Lo itu adek kelas jangan sok keras!" Ucap Naomi semakin kuat menjambak rambut Belvita.

"Kita cuma beda umur bukan nyali!" Jawab Belvita. Tidak sengaja kedua retina mata Belvita melihat sosok wanita mengenakan pakaian khas guru berjalan mendekati mereka.

"Aw s-sakit kak, sakit....lepas ka," pinta Belvita lirih dengan air matanya yang menetes.

Naomi mengerutkan keningnya tidak mengerti kenapa Belvita berubah ekspresi dengan sangat cepat? Gila? Pikirnya.

"Maaf ka, lepas.... sakit kak, m-maaf," ucap Belvita semakin terisak.

Naomi hendak melepaskan jambakannya pada rambut Belvita namun kedua tangan Belvita dengan cepat menggenggam tangan Naomi enggan membiarkan Naomi berhenti menjambak rambutnya.

"Lepas!" Berontak Naomi.

"Maaf ka, aku tau aku salah, tapi jangan kaya gini ka, perih, sakit," ucap Belvita semakin mendramatisir keadaan.

"Ya tangan Lo awas!" Ucap Naomi dengan intonasi tinggi.

"Ada apa ini?" Tanya indah selaku guru bimbingan konseling.

Dengan gerakan cepat Naomi melepaskan jambakannya lalu tersenyum kikuk. "Ngga ngapa-ngapain kok bu," jawab Naomi

Indah beralih memandang Belvita yang menangis sembari mengelus kepalanya yang terasa perih akibat jambakan Naomi. "Kamu siswi pindahan itu 'kan?" Tanya indah yang dihadiahi anggukan kepala dari Belvita.

"Ada apa sebenarnya?" Tanya indah pada Belvita namun gadis itu setia menunduk sembari terisak, melihat Belvita seperti itu sontak Indah memegang pundak Belvita sembari berkata, "ayo cerita, jangan takut."

"Saya yang salah bu, saya ngga sengaja numpahin jus ke seragam ka Naomi. Tapi saya sudah minta maaf bu, tapi ka Naomi malah marah-marah terus jambak rambut saya," jelas Belvita sembari melirik Naomi yang berada disampingnya.

"Maaf Lo bilang? Lo daritadi ga ngomong maaf! Malah Lo nyolot bego!" Ucap Naomi tersulut emosi.

"Naomi! Belvita itu sudah minta maaf kenapa kamu nggak maafin dia? Kamu itu kakak kelas harusnya bisa memberikan contoh yang baik, bukan seperti ini," ucap Indah menasehati Naomi.

"Tapi bu-"

"Sudah ayo ke kelas- kamu juga balik ke kelas kamu!" Suruh Indah pada Belvita lalu melenggang pergi sembari menarik tanganku Naomi untuk mengikutinya.

Ditempatnya Belvita terkekeh geli, jari lentik gadis itu mengusap air mata palsunya. "Naomi-naomi," gumam Belvita menggelengkan kepalanya pelan.

-CRAZY KETOS VS ICE WAKETOS-

Seorang gadis duduk dikursi roda berada di rooftop dengan tatapan kosong lurus kedepan. "Kenapa? Lo ingkar janji, Lo bilang kita harus selamat sama-sama, tapi apa?" Ucap Clara tertawa sumbang, air matanya lolos begitu saja.

"Lo mati. Tapi kenapa gue selamat? Lo mati gue juga," ucap Clara tidak masuk akal, gadis itu melihat bawah, rooftop sekolahannya cukup tinggi.

"Cocok, ayo Ra, ga sakit kok, paling cuma... bukan cuma, udah jelas mati sih," gumam Clara tidak waras.

"Sya.... kangen," ucap Clara sendu sesakit ini kehilangan seorang sahabat. Seseorang yang akhir-akhir melengkapi hidupnya

"Esya ayo ajarin Ara jalan," ucap Clara memandang lama kedua kakinya.

"Liat Sya, gue udah bisa liat, gue udah ngga buta, tapi ini semua percuma, gue maunya Lo disini Sya."

"Heii jangan nangis, jangan nangis, jangan dengerin omongan mereka."

"Ra Lo lemah banget dah jadi orang, dibilang anak pungut aja nangis, lebay, udah diem! Nih gue beliin eskrim coklat kesukaan lo"

"Heh Mak Lampir! Jadi cewek jangan menye-menye banget kenapa sih? Dia itu cuma mau jatuhin mental Lo!"

"G-gue peduli, gue sayang lo, Ra. Ada gue, Lo gak sendirian"

"Dengerin gue, Lo hidup, gue hidup, ga boleh ada yang gugur duluan!"

"Gue sayangggg banget sama lo, Ra."

Kata-kata itu kembali berputar dipikirkan Clara, kenangan singkat itu terus terngiang-ngiang. Clara memukul kepalanya dengan kedua tangannya. "Arggh. Lo bohong, Lo ingkar janji Sya! G-gue benci lo," teriak Clara parau sembari terus memukuli kepalanya.

"Sya..... kenapa lo pergi? Kenapa lo pergi ngusul kak Galaksi? Gue sendirian disini," rintih Clara dengan air matanya yang menetes.

"Gue jadi lonte sendirian dong Sya?" Gumam Clara pelan sembari mengingat memorinya bersama Kesya.

Flashback on

"Hai lonte," sapa Clara pada Kesya. Kesya tidak mengindahkan sapaan dari Clara dan terus membaca novel yang dia bawa.

"Sok sibuk Lo lon!" Ucap Clara sinis dan tetap tidak ada respon dari Kesya.

"Lon-"

"Gue bukan lonte, Lo kali," ucap Kesya menyela perkataan Clara.

"Kita lonte," jawab Clara

"Stop panggil gue lonte, gue buk-"

"Lo tolol! Bener dong kata gue, kita itu lonte, lonely teenager, remaja kesepian," ujar Clara.

"Ada gue, gaada yang namanya kesepian. Gue bakal selalu ada buat Lo," ucap Kesya menatap Clara lamat.

"Thanks," jawab Clara menitihkan air mata lalu memeluk tubuh Kesya.

Flashback off

"Sya... gue sendirian disini, gue butuh lo, ayo balik," rintih Clara dengan tatapan sendu menatap ke arah depan lalu memajukan kursi rodanya hingga menyentuh pembatas rooftop.

Clara, gadis itu berusaha berdiri dengan tembok pembatas rooftop sebagai pegangannya. Clara terkekeh geli melihat ke bawah, gedung rooftop ini sangat tinggi.

Dari kejauhan terdapat sosok laki-laki yang melihat Clara seperti orang yang hendak bunuh diri sontak dia berlari dan menarik tubuh Clara kebelakang untuk kembali duduk di kursi roda.

"Jangan sia-siain mata Kesya," ucap Gibran.

"Cantiknya Gib-"

"Pret Ran, limapuluh pacar lo cantik-cantik, gue cuma salah satunya, nggak usah ngegembel!" Sambar Clara memotong perkataan Gibran.

Gibran terkekeh geli lalu mendekatkan tubuhnya tepat disamping telinga Clara lalu membisikkan sesuatu, "ngode pengen dijadiin satu-satunya hm?"

"Nggak usah sok romantis, basi," jawab Clara ketus.

"Lo-"

"Ran, lo.... cuma pelampiasan gue doang, sadar," ucap Clara memandang Gibran lama.

Bukannya marah Gibran justru tertawa renyah lalu berjongkok disamping kursi roda Clara. "Lo juga cuma pelarian gue," ucap Gibran tanpa beban.

"Dasar anak mami," cibir Clara menoyor kepala Gibran kasar membuat sang empu menatap Clara tajam.

"Gue bukan anak mami!" Elak Gibran.

Clara memandang Gibran remeh. "Terus kalau bukan anak mami anak apa? BABI? Pantes Brengsek," hina Clara tanpa beban sedangkan Gibran memejamkan matanya kuat menahan emosi.

"Lo-"

"HEH RA! MAKSUD LO APA?!" Tanya Naomi memotong perkataan Gibran. Naomi terlihat sangat ketakutan bisa dilihat dari ekspresi wajahnya.

Ditempatnya Clara mengerutkan keningnya bingung maksud dari perkataan Naomi. "Maksud Lo?" Tanya Clara balik.

"Ga usah sok gak tau Ra!" Ucap Naomi memandang Clara sinis.

"Gue ngapain? Gue daritadi diem," jawab Clara.

"Lo kan yang udah-" Naomi menjeda kalimatnya kala kedua retina matanya melihat kalung bunga matahari di leher Clara.

"Bukan Clara, terus siapa?" Batin Naomi bertanya-tanya.

Tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Naomi gadis itu langsung berbalik badan dan berjalan menjauhi Clara dan Gibran.

"Dia stress ya?" Tanya Clara menggelengkan kepalanya pelan.

-CRAZY KETOS VS ICE WAKETOS-

Kini semua siswa-siswi SMA Victoria berada disebuah ruangan favorit semua orang dimana mereka bisa membayar rasa lapar mereka, ya, kantin.

Aurel, gadis itu duduk di kursi bagian tengah kantin dengan kedua tangan berada dimeja dan tatapan kosong menghadap ke depan. Laura yang duduk disamping gadis itu mengerutkan keningnya heran dengan sikap sahabatnya, bukan Laura saja, tapi Andra, Satria, Gibran pun bingung melihat Aurel melamun cukup lama.

"Rel," panggil Gibran namun tidak ada respon.

"Rel lo kesurupan?" Tanya Satria yang dihadiahi toyoran dari Andra.

"Rel lo gapapa?" Tanya Laura sedikit khawatir.

Aurel menggeleng pelan lalu menatap sahabat-sahabatnya bergantian. "Lo pada percaya Kesya meninggal?" Tanya Aurel tiba-tiba membuat semuanya bingung.

"Hah?" Beo Laura

"Iya Lo pada percaya Kesya udah gaada?" Tanya Aurel sekali lagi.

"Percaya gak percaya Rel, tapi kan udah jelas udah ada makamnya juga," jawab Satria mendapat respon anggukan dari Gibran, Andra, maupun Laura.

"Tapi gue ga percaya, bisa aja kan Kesya transmigrasi?" Ucap Aurel.

"Transmigrasi penduduk?" Tanya Gibran.

"Bukan tolol!" Cibir Andra sembari menjitak kepala Gibran yang membuat sang empu meringis.

"Beda genre Rel!" Ucap Laura menoyor kepala Aurel.

"Sakit Ra!"

"Kenapa Lo bisa berasumsi kaya gitu? Gue tau Lo belum bisa ikhlas atas kepergian Kesya tapi Lo jangan mikir aneh-aneh deh Rel," ucap Satria memandang Aurel lamat.

"Gue emang belum ikhlas. Awalnya gue percaya Kesya udah gaada tapi sekarang lain! Gue rasa Belvita itu Kesya! Sifatnya sama, Belvita itu seolah-olah tau semua yang terjadi antara gue sama Kesya," jelas Aurel

"Gue juga rasain itu," imbuh Laura

"Jangan-jangan Kesya masih idup terus operasi plastik?!" Tukas Satria.

"Goblok! Ga mungkin!" Sambar Andra cepat.

"Daripada kita nebak-nebak mending langsung buktiin aja!" Ajak Gibran

Aurel memandang Gibran kagum tidak seperti biasanya sepupunya itu pintar. Tanpa berfikir panjang Aurel beralih memandang Satria memberikan sebuah kode.

Kedua retina mata Laura tidak sengaja melihat Belvita memasuki kantin seorang diri sontak Laura menyenggol tangan Aurel.

"BELVITA!" Panggil Aurel melambaikan tangannya. Pemilik nama menoleh ke asal suara.

"SINIIIIIII!!" Teriak Aurel menggelegar.

"Rip kuping gue," gumam Laura mengusap telinganya pelan.

Gadis dengan rambut dikuncir kuda itu berjalan santai mendekati gerombolan Aurel dan teman-temannya. "Apa?" Tanya Belvita.

Aurel mendekati tubuh Belvita lalu menuntun gadis itu untuk duduk dikursi mejanya. "Duduk-duduk!" Perintah Aurel.

"Lo pasti gerah? Gue kipasin ya- kipas woy kipas!" Ucap Laura.

"Mau makan apa cantik?" Tanya Gibran Belvita.

"Mati sekarang aja ga sih Ran?" Tanya Andra santai namun berkesan mengerikan bagi Gibran.

"BELVITAAAA!! Gue udah pesenin Lo nasi goreng spesial nih!" Teriak Satria mendekati meja dimana teman-temannya berada dengan tangan membawa piring berisi nasi goreng.

"Lo kira Belvita ular makan ga minum? Lo kaga peka banget sih Sat!" Ucap Aurel.

"Loh bukannya Lo ya Rel yang nyuruh Satria beli nasi gorengnya aja jangan beli minum," ucap Laura yang langsung mendapat tatapan tajam dari Aurel.

"Udah. Makan, gue yang bayar," ucap Andra.

"Sultan nih boz," Gibran menimpali.

"Kalian?"

Aurel tersenyum tipis lalu duduk disamping tubuh Belvita. "Kita udah, Lo aja. Ayo makan," ucap Aurel.

Belvita mengerutkan keningnya heran dengan orang-orang disekitarnya, aneh. Perlahan Belvita menyendok nasi goreng itu lalu memasukkannya kemulut, mengunyahnya perlahan. "Level berapa?" Tanya Belvita menatap wajah kakak kelasnya itu.

"Dua puluh Bel, gimana? Pedes ya? Mau minum?" Jawab Satria diakhiri pertanyaan.

"Pedes, tapi enak," jawab Belvita sembari memasukkan sesendok nasi goreng yang terusdua lakukan hingga nasi goreng itu habis tida tersisa.

Semuanya dibuat menganga karena Belvita bisa menghabiskan basi goreng super pedas itu tanpa tersisa dan tanpa minum. "Lo ga kepedesan Bel?" Tanya Gibran.

"Kurang pedes," jawab Belvita santai.

"Hah!!" Kaget Aurel dan Laura bersamaan.

"Kenapa?" Tanya Belvita

"N-ggak kok," jawab Aurel.

"Makasih gue pergi dulu," ucap Belvita lalu melenggang pergi meninggalkan kantin.

"Ikutin, ikutin, cepet!" Perintah Andra.

Lima insan yang mengenakan seragam sekolah SMA Victoria itu mulai mengikuti langkah Belvita pergi dengan hati-hati sedangkan Belvita yang menyadari bahwa dirinya diikuti oleh beberapa kakak kelasnya itu Belvita tersenyum tipis lalu mempercepat langkahnya dan menuju toilet.

Gadis dengan rambut dikuncir kuda itu memasuki toilet dan menguncinya dari dalam.

"Lo pada ngapain ikut Jamal?!" Tanya Aurel pada tiga laki-laki dibelakangnya.

"Emang kenapa? Ga boleh? Kesempatan ini!" Jawab Gibran semangat.

"STRESS!" Ucap Satria dan Andra bersamaan.

"Husttttt, jangan brisik. Kita matiin lampunya," ucap Laura lalu mendekati saklar yang tertempel di dinding lalu menekannya yang membuat lampu di dalam toilet itu mati.

Hening.

Sudah lima menit lamanya namun tidak ada suara jeritan atau rintihan apapun dari dalam toilet. "Kok hening? Biasanya Kesya tuh kalau gelap dia langsung histeris," ucap Aurel yang dihadiahi angkatan bahu dari para sahabatnya.

Kelima siswa-siswi itu semakin mendekatkan telinga mereka pada salah saru ruangan toilet yang Belvita masuki, namun aneh, dari dalam hanya terdengar suara air mengalir dari kran tidak ada suara histeris dari seseorang.

Ceklek

Pintu toilet tiba-tiba terbuka membuat kelima siswa-siswi tadi kelimpungan kala melihat sosok Belvita keluar dari toilet.

"Ngapain?" Tanya Belvita singkat sembari melihat kakak kelasnya secara bergantian.

"A-anu anu k-kita-"

"Lo mau ini ga?" Tanya Gibran mengalihkan pembicaraan Aurel yang kelimpungan menjawab sembari menyodorkan dua batang coklat.

"Gue gak suka coklat," jawab Belvita membuat semuanya terkejut.

"Kalian ngapain?" Tanya Belvita yang belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya tadi.

"Gue PMS," jawab Satria cepat yang mampu mendapatkan tatapan tajam dari para sahabatnya.

"Iya gue PMS, yakan Ran, Ndra," ucap Satria mebarap Gibran dan Andra bergantian.

"Iya... Iya... Iya tolol jawab anjing," bisik Satria, sahabatnya sangat tidak peka.

"O-oh iya, Satria PMS, pas mencret say. Tadi kita gugup, toilet sebelah penuh sedangkan Satria-"

"Takut pecirit," timpal Andra.

"Bangsat image gue!" Batin Satria menatap Andra dan Gibran tajam.

"Oh," jawab Belvita mengangguk singkat laku melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan toilet namun baru beberapa langkah gadis itu menghentikan aksinya.

"Gue Belvita bukan Kesya," ucap Belvita lalu kembali melangkahkan kakinya meninggalkan para kakak kelasnya yang diam membisu.

"Bertolak belakang banget sama Kesya ternyata," ucap Aurel diangguki para sahabatnya.

"Ikhlasin, dia udah bahagia," ucap Andra.

-CRAZY KETOS VS ICE WAKETOS-

Bel pulang sekolah berbunyi sangat nyaring menggelar di seluruh penjuru sekolah SMA Victoria. Para siswa-siswi berhamburan keluar dari kelas mereka untuk pulang ke rumah.

Arka, laki-laki dengan almamater OSIS masih melekat ditubuhnya berjalan menuju parkiran diikuti oleh Naomi disampingnya.

"Tunggu depan gerbang!" Perintah Arka pada Naomi.

"Ngga mau!" Tolak Naomi cepat.

Arka mengangguk beberapa kali. "Tunggu depan gerbang atau jalan kaki?" Tanya Arka malas.

"Ish iya-iya tunggu depan gerbang, cepetan!" Jawab Naomi pasrah lalu berjalan menuju gerbang dengan menghentak-hentakkan kakinya.

Gadis dengan rambut tergerai indah berdiri didepan gerbang sorang diri, Arka sungguh lama mengambil motornya di parkiran. Kedua retina Naomi tidak sengaja melihat Clara yang susah payah melajukan kursi roda yang dia naikki.

Naomi berjalan mendekati tubuh Clara lalu tertawa meledek. "Kasian banget cacat," ejek Naomi enteng.

Clara memutar bola matanya malas meladeni Naomi. "Suara siapa? Gue spek bidadari gak bisa denger lonte ngomong," ucap Clara santai sembari mengedarkan pandangannya seperti mencari seseorang.

Naomi menarik nafas dalam-dalam lalu menghembusnya perlahan, jangan sampai emosinya meluap.

"Lo gak mau Ra? Udah anak buangan anak pungut sekarang cacat lagi, gak guna Lo hidup!" Hina Naomi yang mampu membuat hati Clara tertohok.

"Lo itu temen gak tau diri! Dulu Lo udah hampir buat Kesya mati dan bodohnya kemarin Lo terima mata Kesya!"

"Sebenernya percuma Lo dapet mata dari Kesya toh Lo tetep cacat!" Lanjut Naomi membuat hati Clara berdesir hebat, dia memang bukan sahabat yang baik, dia juga gagal menepati janjinya pada Galaksi untuk selalu menjaga Kesya.

Clara menunduk sekuat tenaga dia menahan air matanya agak tidak lolos dan dia tidak dianggap lemah oleh Naomi. Sungguh, Clara sangat lemah apabila sudah menyangkut anak pungut dan Kesya.

"Ekhem."

Naomi maupun Clara memalingkan pandangannya kearah suara. Suara itu berasal dari gadis dengan rambut dikuncir kuda dan kedua tangan bersedekap didepan dada.

Naomi berdecih kasar kala melihat sosok gadis yang sedari tadi mampu membuat emosinya meluap.

"Mau apa Lo?" Tanya Naomi

"Mau gue? Lo masuk ditempat dimana Lo pakai baju orange," jawab Belvita diiringi senyum devil.

Kening Naomi berkerut tidak mengerti dengan apa yang Belvita maksud, hanya sebuah candaan atau kode.

"Dasar adek kelas ga tau diri!" Ucap Naomi sinis

Belvita mengangguk beberapa kali, "daripada Lo kakak kelas gak ada harga diri!"

Ditempatnya Clara membekap mulutnya sendiri dengan tangan kanannya sungguh kini dirinya ingin sekali tertawa terbahak-bahak melihat wajah Naomi yang sangat merah padam menahan emosi.

"Kalau kalah saing jangan bawa-bawa kekurangan orang. Otak boleh receh tapi attitude harus dolar," ucap Belvita yang mampu membuat Naomi kicep.

Tin... Tin..

Suara klakson mobil terdengar begitu jelas memasuki gendang telinga. Suara klakson itu berasal dari mobil milik Andra yang kini berhenti disamping tubuh ketiga gadis tadi.

Andra membuat pintu mobil lalu berjalan mendekati tubuh Clara yang duduk di kursi roda.

"Pulang sekarang Ra?" Tanya Andra pada Clara.

"Iya, ayo. Ogah gue lama-lama disini. BOCAH PRIK!" Ucap Clara sembari menampilkan jari tengahnya untuk Naomi.

"PRIK! JADI ANAKNYA DODOT AJA LO SANA!" Ucap Clara memandang Naomi sengit lalu membiarkan Andra membantunya memasuki mobil.

"Apaan sih, dasar cacat," ucap Naomi lirih namun masih dapat Clara dengar.

"Gue emang cacat, kenapa lo? Iri ya? Ahaha gue juga anak pungut anak buangan, iri juga Lo?"

"Stress," gumam Naomi.

"Lo mau ikut Bel?" Tanya Andra.

Belvita menggelengkan kepalanya menolak. "Gue bawa motor," jawab Belvita. Mendengar jawaban dari adik kelasnya itu Andra mengangguk paham lalu memasuki mobil dan melajukannya Dengan kecepatan normal.

Gadis yang kerap disapa Naomi itu berbalik badan tanpa berbicara sepatah katapun lalu berjalan menjauhi tubuh Belvita dan kembali menunggu Arka didepan gerbang.

Sudah sepuluh menit lamanya Naomi menunggu Arka didepan gerbang namun laki-laki itu tidak kunjung datang, "kok lama banget ya?" Tanya Naomi pada dirinya sendiri.

Beberapa meter dari belakang Naomi terdapat seseorang diatas motor CBR 150R berwarna hitam, seseorang itu memperlihatkan gerak-gerik Naomi. Dia tersenyum devil lalu melajukan motor yang dia kendarai dengan kecepatan sedang lurus kedepan dimana Naomi berdiri.

Samar-samar Naomi mendengar suara mesin motor yang terdengar jelas memasuki gendang telinga sontak gadis itu menengok ke belakang. Kedua mata Naomi membulat sempurna kala melihat motor hitam melaju hendak menabrak dirinya.

Bukkk

Reflek Naomi menghindar namun sayang kakinya terkilir. Tubuh Naomi ambruk, detak jantung Naomi berpacu lebih cepat. Naomi memenangi kakinya yang terkilir tadi lalu beralih memandang orang yang hendak menabraknya tadi.

"Lo punya mata ga sih?!" Tanya Naomi dengan nada lantang.

"Buka helm Lo bodoh!" Perintah Naomi. Gadis itu berusaha untuk berdiri namun tidak bisa kakinya terasa begitu sakit.

Seseorang tadi turun dari motornya lalu membuka helm full face yang menutupi paras ayu gadis itu.

Naomi membulatkan matanya terkejut dengan orang dibalik helm itu. "Lo gila ya anjing!" Decak Naomi

"Sakit ya? Kasian," ucap Belvita memandang Naomi malas.

"Coba berdiri!" Perintah Belvita pada Naomi.

"Mana bisa tolol kaki gue sakit!" Jawab Naomi ketus.

Belvita tersenyum tipis lalu berjongkok didepan tubuh Naomi, "oh gak bisa berdiri? Cacat dong."

Plakk

Belvita meringis kala sebuah tamparan keras mendarat mulus di pipinya, gadis itu melirik ke arah Naomi lalu memberi bogeman mentah pada Naomi.

"Lemah!" Ucap Belvita lalu berdiri. Kedua mata Belvita tertuju pada seseorang wanita dengan seragam guru melekat ditubuhnya. Naomi, gadis itu melihat arah pandang Belvita lalu berteriak, "IBU TOLONGIN SAYA BU!"

Belvita tersenyum tipis ditempatnya lalu berjalan mendekati motornya terparkir.

Bruk

Belvita menendang motornya yang membuat motor berwarna hitam itu tertidur diaspal. Naomi mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan apa yang Belvita perbuat.

Gadis dengan rambut dikuncir kuda itu melihat sekeliling mencari sebongkah batu. Gadis itu tersenyum lalu memukulkan batu yang dia temui tadi pada motornya sendiri hingga beberapa bagian motornya hancur.

"Lo ngapain? Stres Lo?" Tanya Naomi bingung.

Setelah selesai melakukan aksinya merusak motornya sendiri gadis itu berbalik badan dan melihat Bu indah sekalu guru BK berjalan mendekati dirinya dan Naomi berada.

Menyadari langkah gurunya sudah dekat dengannya dengan cepat Belvita memberikan sebongkah batu tadi pada Naomi. "Lah kok dikasih ke gue?" Tanya Naomi.

"Ada apalagi ini?" Tanya indah.

"Ini Bu dia hampir nab-"

"Hiks ka Naomi rusakin motor saya pake batu itu bu," jawab Belvita menangis sesenggukan.

"N-ggak ibu dia bohong," ucap Naomi jujur.

"Ini motor pemberian dari mendiang kakek saya bu, hiks tapi ka Naomi malah ngrusakin seenak dia. Kayaknya dia punya dendam pribadi sama saya bu," jelas Belvita dengan air mata yang terus mengalir.

Naomi menggelengkan kepalanya tidak percaya gadis yang berhadapan dengannya sangat manipulatif. "Nggak bu! Sayaa nggak mungkin nglakuin itu. Justru Belvita yang mau nabrak saya tadi bu," ucap Naomi membela dirinya.

"Liat ini bu, ka Naomi tampar saya," adu Belvita menunjuk pipinya yang memerah akibat tamparan Naomi tadi.

"Apa benar itu Naomi?" Tanya indah memastikan.

"Engga bu! Malah Belvita yang mukul pipi saya!" Ucap Naomi memperlihatkan pipinya yang memerah.

"Bel-"

Belvita menggelengkan kepalanya pelan. "Maaf bu, saya emang mukul ka Naomi tadi, itu karena saya gak terima motor peninggalan kakek saya dirusak dengan gampangnya."

"Gak bu! Ini semua fitnah! Dia itu manipulatif bu! Heh anjing Lo ngomong sesuai fakta dong jangan diubah-ubah tolol!" Ucap Naomi emosi memandang Belvita sengit.

"Naomi! Jaga kata-kata kamu, jangan toxic! Kayaknya apa yang Belvita bilang itu benar, kamu memang suka mencari masalah buktinya kamu sering ada masalah sama Clara dan Kesya dulu," ucap indah membuat Naomi tidak terima.

"Itu dulu Bu! Sekarang engga! Saya nggak bohong Bu! Belvita fitnah saya!" Jawab Naomi nyolot.

"Sudah ayo ikut ibu ke ruang BK sekarang, kita bicarakan semuanya disana sekaligus nanti obati luka kamu, Bel-"

"Saya tidak ikut tidak papa Bu? Saya harus pergi ada kepentingan sekaligus ke bengkel," tanya Belvita diangguki Indah.

"Kamu besok pagi keruang ibu," ucap indah diangguki Belvita.

"Saya nggak salah ibu! Bu saya mau pulang!" Ucap Naomi memberontak kala dipapah oleh Indah. Belvita menghapus air mata palsunya lalu menjulurkan lidahnya kala melihat Naomi memandangnya.

"Liat itu Bu! Dai senyum-senyum!" Ucap Naomi. Indah menengok kearah Belvita berada yang wanita itu lihat Belvita sedang mengelap air matanya lalu berusaha merubah posisi motornya.

"Apa sih kamu halu!" Ucap Indah.

"Tapi bu-"

"Gaada tapi-tapi!" Ucap indah lalu kembali menuntun Naomi.

Ditempatnya Belvita terkekeh geli lalu kembali menjulurkan lidahnya yang membuat Naomi semakin geram.

Belvita mengambil ponsel didalam tasnya lalu menelpon montir untuk membawa motornya ke bengkel. Setelah menelpon gadis itu hendak memesan ojek untuk mengantarnya pulang namun ponselnya mati, baterainya habis.

"Karma fitnah Naomi ya gini nih. Gimana gue pulang?" Gunanynya.

Belvita termenung sejenak memikirkan bagaimana cara dia pulang, sedang berkelut dengan pikirannya tiba-tiba suara derungan motor terdengar jelas membuyarkan lamunannya.

"Fio nih pasti," ucapnya. Tanpa berfikir panjang Belvita mencegat motor itu.

"Stop!"

Motor itu berhenti tepat didepan tubuh Belvita. "FIO GUE NEBeng ya...," ucap Belvita dengan nada merendah kala melihat sosok yang menyetiri motor itu.

"Astaga gue lupa, Fio 'kan udah pulang bareng Al tadi," batin Belvita.

"Minggir," ucap Arka memerintahkan agar gadis didepan motornya agar menyingkir. Merasa tidak ada respon Arka hendak menarik gas namun Belvita cegah.

"Tunggu!" Ucap Belvita, gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat.

"Masa gue bilang minta nebeng? Gengsi. Tapi.... kalau ga gini gak pulang dong gue," batin Belvita.

Arka hendak kembali menarik gas namun Belvita kembali mencegahnya sambil mengeluarkan suara, "gue nebeng."

"Gak," tolak Arka cepat.

"Sekali ini aja," ucap Belvita merayu.

"Gak. Minggir!"

Belvita tampak berfikir sejenak bagaimana caranya agar Arka mau menghantarkannya pulang. "Oh ya!" Batin Belvita menemukan ide.

"Awas!" Ucap Arka dengan nada sedikit tinggi.

"Lo tega kak? Gue gak bisa pulang," ucap Belvita berharap Arka berubah pikiran.

"Gak peduli," jawab Arka.

"Aka kan baik!"

Deg

Hati Arka berdesir hebat kala mendengar Belvita memanggilnya dengan panggilan masa kecilnya dengan Kesya. Memorinya kembali mengingat Kesya, mantannya yang sudah tiada.

"Kak," panggil Belvita membuyarkan lamunan Arka.

"Gue nebeng ya? Aka kan ba-"

"Stop panggil gue Aka. Nama gue Arka bukan Aka!" Ucap Arka. Laki-laki itu heran dengan sikap Belvita yang tadi pagi judes, cuek dan sekarang? Sangat berbeda.

"Ya udah iya!" Jawab Belvita lalu mengambil helm miliknya yang berada di motornya lalu menaiki motor Arka walaupun Arka belum menyuruhnya.

"Turun!"

"Gak!"

"Turun!"

"Udah yok njing jalan!" Ucap Belvita membuat Arka membulatkan matanya sempurna.

"Lo-"

"Tadi Lo bilang nggak mau dipanggil Aka ya udah gue panggil anj-"

"HEH!!!" Teriak Belvita kala Arka dengan tiba-tiba melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

"TOBAT!!" Teriak Belvita memukul helm Arka, laki-laki itu mengendarai motor dengan kecepatan sangat tinggi. Tanpa sadar yang tadinya kedua tangan Belvita berada dipundak Arka kini Belvita memeluk tubuh Arka sembari memejamkan mata kuat.

"KESYAAA!!!" Teriak Arka sembari terus melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

"Sinting Lo anjir!" Cibir Belvita semakin mengeratkan pelukannya.

"Brisik!" Jawab Arka nyolot.

"Penyesalan Lo ga buat dia hidup lagi. Percuma," ucap Belvita, dia tidak tau Arka mendengarkannya atau tidak tapi sepertinya dia mendengarnya.

Arka merendahkan kecepatan laju motornya. "Sesingkat apapun kisahnya, melupakan bukanlah hal yang mudah," ucap Arka lirih namun masih bisa Belvita dengar.

Belvita tersenyum tipis. "Liat moodbooster lo kak, sekarang jadi sadboy," batin Belvita mengingat sosok Kesya, kakak kelasnya.

"Semua masih berlanjut," batin Belvita

—Crazy Ketos Vs Ice Waketos—

Hai bestiiiii

Target! 3k vote 5k komen 😀💘

Typo bertebaran! Ketik langsung publish! Tandain ya pren

Gimana keadaannya sehat?

Berapa hari aku ga up ya? Hihi

Panjang banget, bosen ya?

Gimana part ini?

Belvita itu gimana sih?

Belvita Munafik ga sih?

Karma yang cocok buat Naomi apa?

Arka mending diem/gesrek?

Lupa alur?

Harapan kalian buat cerita ini kedepannya?

Kurang 4 part lagi ending! Wahhhh tinggal 4 ternyata.

Yang kemarin minta Kesya mati nyesel gak? Atau seneng?

Penyesalan Arka udah cukup atau kurang?

Masih ingat hitam B?

Menurut kalian apa itu hitam B?

Kalau lupa baca ulang kalau engga kalian follow aja ig ku @syvayul_ @writersyi_ aku kadang spoiler disana ataupun ada bagian yang lupa nanti aku ingetin lagi.

Atau kalian bisa gabung GC Crazy Ketos Vs Ice Waketos biar lebih jelas dan bisa tanya langsung lewat chat.

Jangan lupa follow Ig:
@syvayul_
@writersyi_
Arka : arkaaa_ganteng
Kesya: kesya.theresaa
Clara: clararyumi
Naomi: naomileviona.danen
Aurel: aurlghsni
Andra: andra.elvano
Nathan: nathanjrsiregar
Gibran: gibran.elzaldebaran
Satria: satvnoo_
Belvita: blvtaa.rgna

Kalau kalian mau liat spoiler part selanjutnya follow Ig aku, aku bakal banyak kasih spoiler disana 🥰

Aku juga bakal kasih sedikit kode tentang 'hitam B' di ig akuu.

Satu lagi, buat temen rl ku bahkan mamaku kalian cukup support aja ya gausah baca ceritaku 😊 Jauh-jauh deh dari lapakku😔 ini cerita sesat bukan islami😔🤰

Spam next ☞

See U ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

18.5K 1.6K 17
Aranza anak geng montor bandel yang dijodohkan oleh shani seorang ceo sukses yang bisa merubah sikap bandel aran menjadi lebih baik dari pada sebelum...
804K 59.1K 75
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Woi! Anak pungut!" "Dari mana aja? Jam segini baru pulang?!" Gadis yang merasa dirinya dipanggil itu menghentikan lang...
82.6K 12.6K 65
🌼 Follow akunku sebelum membaca! 🌼 Dilarang plagiat karena ide itu MAHAL! 🌼 Status cerita sudah end, jadi bisa marathon sampai akhir. 🌼 Jangan lu...
1.4M 62.9K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...