35. Jadian???

671 80 3
                                    

Setengah jam setelah menghabiskan makan siang dengan Juanka, Yumi akhirnya tiba di kediaman Odwin. Ini adalah kali pertama Yumi masuk ke dalam kediaman cowok cupu itu. Tidak susah mencarinya. Bukan karena petunjuk yang Odwin berikan sudah sangat jelas, tapi memang posisi rumah Odwin yang berada di jalan protokol sangat mudah ditemukan.

Odwin tinggal di sebuah rumah dengan model peninggalan Belanda dengan halaman yang sangat luas. Menurut cerita singkat Odwin, tempat tinggal ini adalah peninggalan kakek-neneknya yang sudah lebih dulu menghadap Yang Maha Kuasa. Di rumah ini, hanya ada Odwin, Papa dan Mamanya yang menghuni, sementara Abang Odwin satu-satunya sedang menimba ilmu sebagai dokter spesialis di sebuah Universitas Negeri di pulau Jawa.

Meski masih kali pertama berkunjung, Yumi cepat merasa seperti di rumah sendiri. Mungkin karena kelewat nyaman dengan sambutan para penghuninya. Wanda sendiri tidak segan-segan menyodorkan celemek dan meminta Yumi untuk mengayak tepung, di menit ke sepuluh pertemuan itu.

Sejak pertama kali disambut, sampai pada acara membuat kue dimulai, Yumi dan Wanda tidak berhenti bercerita. Ada saja yang bisa mereka obrolkan. Mulai dari perbincangan tentang kuliner, gosip infotainment, sampai membicarakan kebiasaan buruk Odwin di rumah.

"Kadang Tante sampai hampir kehabisan suara, teriak-teriak manggil Odwin, tapi tuh anak nggak nyahut sama sekali! Heran Tante, irit banget pake suara. Emangnya suaranya bakal abis apa kalau dipake terlalu banyak?" cerita Wanda langsung disambut gelak tawa oleh Yumi. "Di sekolah dianya gitu juga nggak?"

"Iya sih, Tante. Dulu aja, Yumi sampai males ngajak Odwin ngobrol. Tapi belakangan Yumi baru tahu, ternyata dia bisa bawel banget kalau udah ngomongin pelajaran," sambung Yumi sambil tetap fokus memerhatikan gerakan tangan Wanda yang sedang sibuk meletakkan kertas-kertas cup dalam cetakan kue. Yumi terdiam sebentar sebelum melanjutkan, "Dia juga ternyata bisa nyinyir sih, ngalah-ngalahin nyinyiran host infotainment gosip lagi."

Mendengar cerita Yumi, Wanda merasa perlu menghentikan kegiatannya untuk menatap lurus cewek itu, "Makasih lho, Yu. Tadinya Tante sempat takut Odwin tumbuh jadi anak anti-sosial, tapi dengan kehadiran kamu di sini, kekhawatiran Tante jadi sedikit berkurang."

Yumi mendadak salah tingkah, "Eum, Yumi sih yang seharusnya makasih banyak sama Odwin, Tante. Odwin udah banyak banget bantuin Yumi, bukan cuma di bidang akademis, tapi juga cara menghadapi masa depan."

Wanda tiba-tiba menyeringai menyeramkan saat memerhatikan ketulusan Yumi saat bercerita, "Masa depan? Cepet banget mikirin masa depannya? Emangnya Odwin udah janjiin bakal ngelamar kamu?"

Kontan Yumi berjengit kaget. "Enggak, Tante. Bukan gitu maksudnya." Yumi mengibas-ngibaskan tangannya di depan dada. Tanda tidak setuju.

"Jadi kamu nggak suka sama anak Tante?"

"Suka kok!" Tangan Yumi refleks bergerak mundur menutup mulutnya karena keceplosan, "Eum, maksud Yumi ... Yumi suka sama Odwin karena dia bisa buka pikiran Yumi tentang cita-cita Yumi ke depannya, Tante. Yumi senang karena berteman dengan Odwin memberi pengaruh baik buat Yumi."

Wanda menggeleng-gelengkan kepalanya curiga. "Yakin, cuma teman?"

Yumi ingin mengangguk, tapi entah mengapa kepalanya tidak mau diajak kerja sama. Alih-alih kepala yang bekerja, malah bahu Yumi yang bergerak lebih dulu, mengedik.

"Tante tunggu kabar baiknya, ya."

Pernyataan terakhir Wanda jelas sekali sebagai kode kalau dia akan mendukung hubungan Odwin-Yumi sepenuhnya, tapi entah mengapa dada Yumi terasa terhimpit saat mendengarnya. Karena sampai sekarang, Yumi belum bisa memastikan apakah perasaannya berbalas, atau hanya cinta bertepuk sebelah tangan.

"Ini udah jadi. Tinggal nunggu tiga puluh menit, mateng deh."

Tanpa Yumi sadari, Wanda ternyata baru saja memasukkan adonan yang sudah mereka kerjakan ke dalam oven.

"Biar kita yang nungguin, Ma. Mama lanjut nonton drakor, gih." Odwin tiba-tiba nimbrung.

"Iya deh, yang pengin berduaaaaaan," goda Wanda.

"Apa sih, Ma?" Odwin memutar bola matanya malas.

"Kalo gitu kamu sekalian beresin dapur deh ya," titah Wanda.

Odwin baru saja ingin protes, tapi Wanda mendahului. "Kan kemarin udah Mama ajarin cara beresin dapur. Ingat kan? Waktu kamu nyaris bikin dapur Yumi kebakaran itu."

"Ih, Mama!" decak Odwin, kesal pada mulut Wanda yang bocor halus.

"Pokoknya Mama mau terima beres ya!" hardik Wanda, pura-pura galak.

"Tenang aja, Tante. Yumi biasa beresin dapur kok. Biar Yumi aja yang beresin," sela Yumi. Dengan penuh inisiatif Yumi langsung memungut peralatan-peralatan kotor dan memasukkannya ke dalam wastafel.

"Tuh. Tega kamu biarin Yumi ngerjain semua sendiri. Bantuin, gih!" cibir Wanda.

Dan kali ini, Odwin benar-benar membantu. Dia memunguti peralatan-peralatan yang baru saja dicuci Yumi dengan sabun dan membilasnya dengan air bersih.

"What a good team!" seru Wanda riang sebelum menghilang ke balik pintu kamarnya.

**

"Aku bisa sendiri, lho," kata Yumi saat Odwin konsisten membilas dan meletakkan peralatan basah ke dalam rak pengering.

"Makasih, ya. Udah datang," jawab Odwin tanpa mengindahkan perkataan Yumi sebelumnya.

"Justru aku yang makasih. Makasih ya udah ngundang. Kalau muffinnya berhasil, besok-besok aku bikinin kamu deh," Yumi menawarkan. "Anggap aja sebagai sedikit balasan dari semua kebaikan kamu buatku selama ini."

Segala senyum yang tertahan semalaman terbebas sudah sejak kehadiran Yumi. Odwin tidak bisa menahan segala seri di wajahnya. Dalam diam Odwin mulai menganalisa kembali tentang situasi mereka saat ini. Terutama tentang kehadiran Yumi di kediamannya. Odwin sudah mengira kalau Yumi tidak akan datang karena benar-benar menerima pernyataan Juanka dan menduga hubungan persahabatan keduanya sudah berubah menjadi kekasih. Itu sebabnya Odwin uring-uringan semalam suntuk.

Tapi, kalau Yumi masih bisa melangkahkan kaki ke tempat ini, Odwin jadi tidak yakin tentang dugaannya itu. Juanka pasti marah besar kalau kekasihnya membagi waktu dengan pria lain. Kecuali, Juanka dan Yumi memang masih bersahabat seperti sedia kala.

Maka, Odwin pikir dia tidak punya alasan untuk menunda lagi.

"Yu, jadi pacarku ya?"

KLONTANG!!!

Yumi dan Odwin melirik cepat ke arah bak cucian mereka, namun tidak ada satu peralatan pun yang pecah. Lantas, bunyi dari manakah?

Saat mulai mengedarkan pandangan, mereka pun mendapati Wanda ternyata sedang berada di balik pintu kulkas. Minuman kaleng yang baru saja ingin diambilnya untuk menemani waktu menontonnya jatuh di lantai.

"Ups!" desis Wanda sambil mengulum senyum, "Anak Mama beneran udah gede!"

BE-YUMI-FUL [TERBIT]Where stories live. Discover now