18. Petaka Juanka (2)

416 81 2
                                    

Setelah Juanka menceritakan keseluruhan kejadian yang menimpa dirinya dan Yumi semalam pada Gamaliel. Gamaliel menyarankan agar Juanka mengibarkan bendera putih pada Yumi dan mencoba untuk lebih menunjukkan keseriusan perasaannya pada gadis manis itu.

Gamaliel sempat mengatakan, "Itu karena selama ini kamu nggak pernah nunjukin keseriusan sama Yumi, Bro! Makanya sekarang harus pake trik bombardir! Harus jorjoran! Kalau perlu, pepet terus!!!"

Karena Juanka percaya nasihat sahabatnya itu pulalah maka Juanka berdiri di depan kelas Yumi untuk menunggui cewek itu sepulang sekolah. Juanka sebenarnya sudah ingin menarik urat lehernya sekali lagi karena melihat gadis idamannya malah asik tertawa-tawa di depan wajah cool Odwin. Mana Odwin kelihatan menikmati saat-saat memandangi tawa Yumi segala, lagi. Juanka jadi semakin gerah.

Entah gurauan seperti apa yang sedang dilontarkan cowok kutu buku itu sampai Yumi harus memegangi perutnya sendiri menahan tawa.

Sialan!

Ah, tapi Juanka tidak boleh ambil pusing tentang itu sekarang.

"Aku minta maaf, aku nggak seharusnya marah sama kamu ...," kata Juanka saat Yumi sudah berdiri di depan pintu kelas menemui Juanka. Dalam hati Juanka sedikit lega karena Yumi memutuskan untuk menghentikan bualannya dengan Odwin demi menemui Juanka yang sedang menungguinya di depan pintu kelas.

"Oia? Kamu udah mikirin tawaranku ya? Hayo ngaku, kamu lagi naksir cewek yang mana nih?" tanya Yumi semringah.

"Apa?!" Juanka balik bertanya. Tidak habis pikir.

Baru saja Juanka ingin membantah tuduhan buruk Yumi itu, Odwin sudah mendekat dan berdiri di samping Yumi. "Kamu jadi pulang bareng aku nggak?"

Yumi mengarahkan wajahnya pada Odwin saat mendengar pertanyaan Odwin. Ada yang lain dari cara Yumi melihat teman sebangkunya itu. Juanka bisa merasakannya.

Demi Tuhan, Juanka bisa melihat binar yang berlebihan dari cara Yumi memandangi wajah Odwin. Mendadak Juanka mengerti satu hal. Juanka mengerti mengapa Yumi tidak cemburu pada siapapun yang mengaku menaruh rasa pada Juanka. Tidak pada Tiara, atau perempuan mana pun. Karena Yumi memang tidak peduli lagi. Yumi sudah pindah ke lain hati. Dan Juanka bisa melihat dengan jelas ke mana hati Yumi berlabuh sekarang.

"Ini Jumat, Win. Jadwal aku pulang bareng Juanka, kan?" Yumi menjawab Odwin dengan mata penuh binar cintanya.

"Aku pikir kamu ribut sama Juanka," balas Odwin. Nyaris tanpa ekspresi.

"Juankanya udah bela-belain nyamperin aku ke sini lho. Aku mesti ngalah dong...."

"Yaudah kalau gitu, sampai ketemu besok ya." Sebelum Odwin memutar balik tubuhnya menjauh, dia menambahkan lagi, "Besok ... kamu lebih suka aku bawain coklat bentuk hati kayak kemarin atau kamu mau nyobain cupcake?"

Yumi mengulum senyum sebelum menjawab. "Apa aja. Aku suka semua yang kamu bawain."

Astaga, Juanka merasa seperti penjaga nyamuk saja di antara dua orang kasmaran ini. Juanka akhirnya baru bisa bersuara setelah Odwin dan Yumi saling melambaikan tangan sebagai salam perpisahan.

"Kamu ngebet banget nyomblangin aku sama cewek lain supaya kamu bisa jadian sama si kunyuk itu ya?"

Mata Yumi yang berbinar terang mendadak terbelalak besar. Yumi kaget bukan main mendengar tuduhan Juanka. Kepalanya menggeleng tanpa disadarinya.

"Nggak. Nggak mungkin," gumam Yumi tidak percaya. Bukan kepada Juanka. Tapi kepada dirinya sendiri.

Kenapa Juanka bisa berpikir begitu? Yumi bertanya-tanya dalam hati.

BE-YUMI-FUL [TERBIT]Onde histórias criam vida. Descubra agora