21. Getting Closer

356 71 3
                                    

Yumi cukup nalar untuk mengerti maksud permintaan Odwin tentang belajar bareng waktu itu. Bahwasanya untuk melanjutkan kegiatan belajar bareng sampai kelulusan sama artinya dengan Yumi harus meraih prestasi pada ujian semester kali ini.

Yumi juga cukup paham untuk tidak menyulut emosi Juanka dengan cara apapun untuk membuat Juanka kalem –tidak semena-mena mendaratkan bogem mentah di sekujur tubuh Odwin. Maka Yumi bertindak kooperatif. Dengan menjaga sikap di depan Odwin dan Juanka. Yumi juga dengan taat menuruti jadwal yang sudah ditentukan. Yumi sudah bertekad untuk tidak menyomblangi Juanka dengan perempuan mana pun. Setidaknya untuk saat ini.

Yang menjadi fokus Yumi sekarang hanyalah belajar.

Ajaibnya Yumi sama sekali tidak pernah tertekan dengan semua pelajaran yang diterimanya dari Odwin. Entah karena Yumi sebenarnya punya minat di dunia akademis, atau justru karena Yumi merasa nyaman dengan Odwin sebagai tutornya. Satu-satunya yang Yumi sesali adalah, kenapa dia tidak pernah mau mencoba untuk belajar serius sebelum ini? Belajar ternyata menyenangkan.

Yang jelas Yumi yang sekarang lebih suka hari Senin, Selasa dan Rabu (karena bisa belajar bareng Odwin) daripada hari Kamis, Jumat dan Sabtu (jadwal main dengan Juanka cs).

"Aku curiga setiap cemilan pemberian kamu ada jampi-jampinya, Win. Aku jadi enjoy banget belajar sama kamu. Dan itu tuh kayak unbelieveable banget, tahu nggak?" celetuk Yumi saat menerima muffin pisang pemberian Odwin.

Seperti biasa Odwin masih konsisten membagi camilan buatan ibunya pada Yumi setiap kali ada jadwal belajar bareng.

"Kalau kamu curiga ada jampi-jampinya, sekali-kali datang sendiri deh, bikin camilan bareng Mama-ku di rumah," Odwin menawarkan.

"Emang boleh?" tanya Yumi sambil mencicipi muffin di tangannya, "Mmmhhh ... sumpah, ini enak banget, Win. Aku mau deh belajar bikin ini."

Odwin yang gemas melihat tampang Yumi langsung mengulurkan tangannya mendarat di kepala Yumi dan mengacak-acak rambut Yumi lembut.

"Beneran boleh nih, aku ikut bikin kue bareng Mama kamu?" tanya Yumi sekali lagi.

"Sebenarnya Mama juga udah suka rese sih, nanyain kamu. Dia penasaran, buat siapa sih semua camilan yang setiap hari aku minta khusus?"

"Jadi kamu bilang apa?" Sekarang Yumi malah tanpa segan menjilati tangannya yang berlumuran toping muffin.

"Ya, aku bilang buat kamu. Buat Yumi Effendi, teman sebangku-ku di sekolah. Dan ...," Odwin sengaja menggantung kalimatnya.

"Dan?" pancing Yumi penasaran.

"Dan Mama katanya nggak sabar pengen ketemu kamu, soalnya kamu satu-satu cewek yang aku hadiahi camilan seumur hidup."

"Ha!?" Yumi hampir tidak bisa percaya kinerja telinganya sendiri. Kenapa Yumi merasa seperti terjadi kesalahan dengan indra pendengarnya? Indra pendengar kan seharusnya menangkap getaran-getaran bunyi, bukannya getaran-getaran cinta?

"Kamu mau kan, ketemu Mama?" tanya Odwin ragu setelah melihat reaksi Yumi yang seperti baru saja disetrum tegangan rendah. Mulut cewek itu setengah menganga dengan mata melotot. Odwin tidak mengerti arti bahasa tubuh Yumi, jadi memilih untuk memastikan dengan bahasa verbal. "Aku juga nggak janjiin apa-apa sama Mama sih, takut kamunya nggak nyaman."

"Aku ... aku mau kok," cepat-cepat Yumi menyembunyikan wajahnya yang memerah di balik buku Kimia yang akan mereka bahas hari ini.

Sekali lagi Odwin ingin mengacak rambut Yumi saking gemasnya, tapi dia mengurungkan niatnya. Takut kebiasaan dan malah ketagihan. Jadi Odwin hanya mengulum senyum sendiri.

"Minggu depan udah mulai ujian. Kita bahas dari kimia dulu ya. Ada yang kamu nggak ngerti?" tanya Odwin setelah menguasai perasaannya.

"Untuk materi sih, nggak terlalu ada masalah. Kita bahas soal aja deh."

"Oke."

Belajar bersama Odwin selalu menyenangkan. Waktu tiga jam sama sekali tidak terasa. Apalagi karena ada selingan-selingan kecil setiap kali kepala Yumi mulai berasap. Entah itu mereka manfaatkan dengan menikmati camilan kecil, mendengar musik, atau sekadar bercerita. Pada saat-saat Odwin sedang jauh dari radar –entah itu saat Odwin ke kamar kecil, atau meregangkan otot di teras depan—Yumi akan menuliskan catatan-catatan kecil di buku Odwin.

Seperti:

"I'm so grateful to have you",

"Thank you for all you do",

"Thank you for being awesome".

Yumi pikir, Odwin tidak tahu keberadaan coretan-coretan kecil yang selalu Yumi tuliskan di buku-buku Odwin pada halaman-halaman tertentu. Nyatanya, mencari setiap catatan kecil dari Yumi menjadi hobi baru Odwin sekarang.

BE-YUMI-FUL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang