19. Bukan Petaka Odwin

347 72 7
                                    

"Jadi apa yang kamu kasih sama Yumi hari ini? Coklat? Atau cupcake?"

Juanka sengaja memanfaatkan kesempatan saat Yumi sedang menemani Dara yang menderita migrain di UKS, untuk datang menemui Odwin dan memberinya peringatan.

"Bukan urusanmu," balas Odwin kalem.

Cowok cool itu bahkan lebih memilih untuk tetap menekuri buku yang sedang dibacanya ketimbang meladeni tatapan sengit Juanka. Tidak terima diabaikan, Juanka malah menarik kasar meja Odwin hingga terbalik, buku-buku yang sedari tadi tergeletak di permukaan meja harus ikut terhempas berserakan di lantai. Juanka lantas menarik kerah baju Odwin hingga tubuh kurus Odwin terpaksa ikut melonjak naik mengikuti tarikan tangan Juanka.

"Jangan pikir aku akan tinggal diam dengan semua trik bodohmu itu," desis Juanka sambil terus memegangi kerah seragam Odwin. "Yumi nggak akan pernah tertarik sama kutu buku sepertimu!!!"

Odwin tahu betul kekuatan kepalan tangannya tidak akan sama dengan Juanka. Tangan Odwin yang lebih banyak bercengkrama dengan buku tidak akan sebanding dengan tangan Juanka yang terbiasa bercengkrama dengan bola basket. Adalah bijak untuk tidak melawan, walau sebenarnya tangan Odwin sudah ikut terkepal di samping tubuhnya.

Syukurnya otak Odwin bekerja lebih cepat daripada emosinya. Kelakuan Juanka sekarang ini, lebih persis seperti pria kebakaran jenggot. Itu artinya, Juanka sedang tidak percaya diri. Juanka pasti sedang melihat kemungkinan Odwin merebut perhatian Yumi sehingga merasa perlu untuk memperingatkan Odwin.

Maka Odwin tersenyum. "Terimakasih untuk petunjukmu. Jadi, perhatian Yumi mulai teralihkan, heh?"

PUK!!!

Kata-kata Odwin cukup membuat emosi Juanka semakin meluap hingga dia tidak bisa menahan kepalan tangannya untuk mendarat di bibir Odwin.

"Sebagai laki-laki sejati yang memegang kata-katanya, aku akan menepati janji untuk membiarkanmu belajar bareng Yumi sampai ujian semester. Tapi setelah itu, jangan harap aku kasih kesempatan kamu dekat-dekat Yumi lagi! Camkan itu!!!" Juanka memperingatkan sebelum meninggalkan kelas Odwin. Tidak lupa Juanka menendang buku Odwin yang tergeletak di lantai sebelum benar-benar menghilang dari kelas itu.

**

Yumi baru saja tiba di kelas untuk menjemput ponselnya yang ketinggalan saat Odwin sedang merapikan meja yang baru saja diobrak-abrik Juanka.

Bukannya melihat buku-buku yang berserakan di lantai, tapi mata Yumi langsung tertuju pada sudut bibir Odwin yang berdarah.

"Ini kenapa?" panik Yumi sambil menunjuk sudut bibir Odwin.

Odwin sedang mempertimbangkan untuk jujur, tapi harga dirinya seolah dipertaruhkan, jadi Odwin memilih untuk berkata, "Jatuh, kepentok sudut meja."

Yumi sebenarnya merasa alasan Odwin terdengar terlalu dibuat-buat, tapi Yumi lebih merasa penting untuk mengurusi luka Odwin dulu daripada apapun, "Ayo, ikut aku ke UKS." Yumi menarik tangan Odwin keluar dari kelas.

Setibanya di UKS, Dara yang sedang terbujur pada salah satu brankar memperhatikan sahabatnya baru saja masuk sambil mengomel tidak karuan di depan seorang cowok yang anehnya justru berseri-seri mendengarkan omelan Yumi.

"Aku tahu aku bodoh. Tapi aku nggak sebodoh itu untuk percaya kamu bisa kepentok meja sampai mejanya terbalik segala, Win. Tapi apapun alasan kamu, mestinya kamu nggak biarin luka kayak begini, begitu aja. Bisa infeksi. Kamu nggak takut bibir kamu malah jontor dan nggak bisa dipake lagi?" omel Yumi sambil mengeluarkan secuil kapas dari tumpukan besar, menyiramnya dengan alkohol dan menempelkannya pelan di sudut bibir Odwin yang terluka.

"Takut," jawab Odwin pelan.

Dara yang masih memperhatikan dari tempatnya terbaring sampai bingung mengartikan ekspresi Odwin sekarang. Apakah cowok itu sedang meringis kesakitan, atau sedang mengulum senyum kesenangan? Yang jelas, wajah Odwin kelihatan sama sekali tidak cool seperti biasa.

"Takut apa?" galak Yumi. Sekarang sudah mengganti kapas alkohol menjadi kapas antiseptik.

"Takut bibirnya nggak bisa dipake ... buat ngobrol bareng kamu lagi."

Sumpah demi apapun, sekarang justru Yumi yang ketularan cool. Bukan cool sih, lebih tepatnya tubuhnya kaku. Dia tidak bisa senyum, apalagi melanjutkan omelannya. Yang Yumi tahu, jantungnya mengambil alih semua peran mulutnya yang sedari tadi komat-kamit. Jantung itu sedang hiperaktif. Detakannya luar biasa aktif. Yumi sampai kesulitan mengatur napasnya sendiri.

"Ehem ...." Dehaman Dara praktis membuat Yumi dan Odwin serentak menoleh pada sumber suara. Barulah Yumi dan Odwin sadar kalau mereka tidak hanya berdua di ruangan ini.

Sial.

Sial

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.
BE-YUMI-FUL [TERBIT]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum