24. Jackpot

296 61 2
                                    

Dara sedang mengelus-elus punggung Yumi lembut ketika Odwin masuk ke dalam ruang tamu dari pintu depan rumah Yumi yang masih menganga.

Kaget dengan keberadaan Dara, Odwin tersentak, "Dara?"

Sama halnya dengan Odwin, Dara pun tersentak dengan kehadiran Odwin, "Odwin?"

Odwin menjawab Dara dengan seringai tipis, sementara Dara melanjutkan kekagetannya saat memperhatikan gaun yang ditenteng Odwin, "Ini kayak baju frozen punya adikku. Punya siapa, Win?" tanya Dara penasaran.

"Sewa," jawab Odwin.

"Buat?"

"Yumi."

"Kamu mau pesta kostum di mana, Yu?" Kali ini Dara mengalihkan pertanyaannya pada Yumi.

Pada saat yang sama mata Odwin beralih pada Yumi. Alis mata Odwin bertaut melihat wajah Yumi yang tidak biasa. Odwin kehilangan senyum berseri yang selalu menghiasi wajah Yumi, maka sebelum Yumi berhasil memberi penjelasan untuk menjawab rasa penasaran Dara, Odwin sudah lebih dulu bersuara, "Kamu kenapa, Yu?"

Panik, Odwin langsung meletakkan semua barang bawaannya pada sofa single yang tidak jauh dari tempatnya berdiri untuk bersimpuh di depan sofa yang sedang diduduki Yumi. Saat wajahnya sudah sejajar dengan Yumi, Odwin bertanya lagi, "Kamu sakit?"

Satu senyum langsung lolos dari bibir Yumi saat melihat perhatian Odwin. Untuk menenangkan kepanikan Odwin, gadis itu menggeleng, "Enggak kok, nggak sakit."

Tidak percaya dengan jawaban Yumi, tangan Odwin terulur untuk memeriksa kening Yumi, "Iya sih, nggak panas. Tapi mukamu kok pucat?"

Yumi yang merasa geli dengan tingkah berlebihan Odwin lantas tertawa kecil, "Kamu lebay deh."

"Seriusan, Yu. Mata kamu juga bengkak, kayak habis nangis." Odwin masih berkeras. "Kamu udah makan belum? Mau aku beliin sesuatu? Kamu pengin makan apa?" tanya cowok itu tanpa jeda.

Yumi akhirnya memilih untuk meletakkan kedua telapak tangannya di bahu kiri dan kanan Odwin, lantas menatap mata cowok itu lekat, "Aku nggak pa-pa, Win ...," kata Yumi lembut.

Odwin menghela napas pasrah. Sekali lagi tangannya terulur mendekati wajah Yumi. Kali ini untuk mengaitkan rambut panjang yang terurai di depan wajah Yumi ke balik telinganya.

Tindakan Odwin itu sukses membuat Yumi kesulitan mengatur napasnya sendiri. Yumi justru tidak bisa baik-baik saja kalau begini. Yumi bisa sakit jantung mendadak. Yumi merasa situasi ini semakin memacu adrenalinnya ketika Odwin menambahkan, "Kamu pikir kedekatan kita belakangan ini nggak cukup untuk bikin aku tahu kapan kamu baik-baik aja, kapan enggak? Kamu jelas enggak baik-baik aja sekarang. Nggak pa-pa kalau kamu belum siap untuk cerita, tapi apapun yang bikin kamu sedih, jangan lama-lama ya ... aku nggak suka kamu sedih."

Odwin lantas menjauhkan diri dari Yumi. Meninggalkan gadis itu dalam posisi bergeming.

"Tutorial hari ini kita pending aja, ya," kata Odwin sembari memungut barang-barang yang sebelumnya diletakkannya di sofa single.

"Lho, kok gitu? Kamu udah jauh-jauh datang ke sini lho." Yumi bangkit dari duduknya demi mencekal tangan Odwin, "Udah repot-repot bawain wardrobe segala, lagi."

Odwin meraih tangan Yumi yang mendarat di sikunya perlahan, lalu menggenggam tangan itu erat sebelum mengulas senyum manis, "Aku takut nggak bisa nahan emosi sama orang yang bikin kamu sedih."

Mata Yumi menunduk kepada tautan tangannya dan Odwin.

Yumi harus berpikir keras sekarang, apakah pipi Yumi terasa hangat karena pautan tangan ini, ataukah karena kalimat Odwin barusan? Atau karena keduanya? Yang jelas, Yumi benar-benar dalam masalah. Dia sepertinya semakin menginginkan Odwin sekarang.

BE-YUMI-FUL [TERBIT]Where stories live. Discover now