22. Make Up Look Ala Public Figure

329 77 1
                                    

Ujian semester yang digadang-gadang sebagai penentu kelanjutan kegiatan belajar rutin Yumi-Odwin itu pun akhirnya berlalu juga. Selama seminggu ini, Yumi hanya berkutat dengan buku-buku karena takut nilainya jelek.

Yumi tidak pernah se-khawatir ini menghadapi ujian sebelumnya. Entah mengapa kali ini terasa cukup berat karena Yumi sangat berharap nilainya bagus.

Ada harapan yang Yumi letakkan pada nilainya. Ada keinginan di lubuk hati Yumi untuk terus bisa melanjutkan pertemuan rutinnya dengan Odwin. Semata-mata bukan karena makeup lagi. Tapi karena Odwin. Hanya Odwin.

Menghabiskan waktu dengan Odwin ternyata semenyenangkan itu.

Belajar giat menjadi harga yang pantas untuk mencapai keinginannya itu.

**

Pepatah itu benar adanya: usaha tidak akan mengkhianati hasil. Buktinya, semua usaha Yumi berbuah hasil yang baik. Tanpa pernah disangkanya, Yumi berhasil menempati peringkat sepuluh besar di kelasnya.

Persis di posisi sepuluh.

Sebagai laki-laki sejati yang memegang kata-katanya, Odwin sudah menyempatkan waktu untuk menemani Yumi belanja makeup siang ini. Di libur hari pertama hari ini Odwin akan memuaskan hasrat belanja makeup yang sudah Yumi tahan berbulan-bulan.

"Nih, coba kamu beli semua keperluan untuk membuat look seperti ini," kata Odwin saat menyodorkan ponselnya.

Pada layar benda pipih itu, Yumi melihat tampilan Emma Watson ala putri kerajaan. Sambil memegangi sebuah mawar merah, Emma Watson tampak anggun dalam balutan dress megah berwarna kuning cerah. Yumi tahu betul penampakan Emma Watson yang sedang dilihatnya merupakan salah satu jelmaan putri bernama Belle, putri negeri dongeng yang diangkat dari film animasi Beauty and the Beast. Emma Watson mendapat peran untuk memerankan Belle dalam film versi live action-nya.

"Kamu nggak mungkin berpikir aku bersedia menjadi fasilitator kamu cuma-cuma kan?"

Yumi baru sadar dia sedang berhadapan dengan Odwin. Manusia cerdas banyak akal. Entahlah akal cerdik seperti apa lagi yang sedang dilancarkannya untuk Yumi.

"Jelasin deh. Aku nggak ngerti," sungut Yumi.

"Kamu bisa bikin look kayak gitu nggak?" bukannya menjawab, Odwin malah balik bertanya.

Yumi mengamati ponsel Odwin sekali lagi, "Harusnya sih nggak terlalu susah, untuk dasar wajah kayak biasa aja, primer, foundation, concealer, bedak. Untuk mata, kayaknya aku bakal perlu beberapa warna eyeshadow, mascara dan eyelashes. Untuk alis, cukup satu pensil alis. Mmm ... bibir kayak gini, satu shade warna cukup sih. Paling untuk menegaskan garis bibir aku bakal perlu satu lip liner. Oh, untuk efek glossy di pipi kayak gini, aku perlu pakai blush on yang agak gold deh, kayaknya," ceroros Yumi.

Odwin yang tidak terlalu paham ocehan Yumi, langsung lanjut bertanya ke pertanyaan selanjutnya, "Untuk rambutnya?"

"Nggak susah sih ini. Modal klintong rambut doang. Aku punya klintong rambut kok."

Odwin tampak semakin antusias setelah mendengar jawaban Yumi, "Jadi, tugas kamu selama liburan ini adalah ... membuat makeup look ala Public figure. Semua yang kamu perluin untuk membuat makeup look ini, aku beliin."

***

Dara sudah sering memberi Yumi arahan supaya kecintaan Yumi terhadap makeup itu dipergunakan dengan baik, seperti misalnya dipergunakan untuk menjadi beauty influencer. Dara tahu betul Yumi punya potensi. Tapi selama ini Yumi mandek di proses pembuatan blog dan perekaman tutorial makeup.

Setelah bertemu Odwin, alasan mandek itu lenyap seketika.

Setelah membelanjakan uang dengan jumlah yang cukup mencengangkan, Odwin mengekor Yumi kembali ke kediamannya untuk proses pembuatan blog sekaligus video yang pertama.

Odwin ternyata sudah cukup persiapan untuk melancarkan kegiatan ini. Dari dalam ransel yang sejak tadi menggantung di punggung Odwin, keluarlah benda-benda ajaib pendukung kegiatan ini. Kamera DSLR, flash external, laptop, mic stand, modem, kain sutra panjang berwarna kuning cerah dan bunga mawar merah.

"Aku juga udah siapin logo untuk channel youtube kamu nanti. Mudah-mudahan viewers-nya banyak supaya kamu bisa dapat endorse dan gaji dari google adsense," celoteh Odwin sambil mengutak-atik laptopnya.

Yumi masih tidak habis pikir, sejak kapan Odwin mempersiapkan semua ini? Selain mempersiapkan konsep, Odwin juga ternyata sudah mempersiapkan strategi marketing, terbukti dengan kalimat Odwin selanjutnya.

"Untuk nama channel kamu, aku kepikiran kata 'Be-Yumi-Full', pelesetan dari kata beautiful, tapi sekalian nyelipin nama kamu juga di dalamnya. Gimana menurut kamu?"

Tak sanggup berkata-kata saking tak-habis-pikir-nya dengan ide brilian Odwin, Yumi cuma mengangguk-anggukkan kepala, tanda tak berkeberatan.

"Untuk branding, salah satu video kamu nanti bakal kolaborasi sama Arief Muhammad, dia kan konsentrasi ke parody Mak Bety tuh, aku bakal usahain untuk bikin jadwal supaya kamu bisa kerjasama sama dia. Kebetulan aku kenal sama salah seorang timnya. Tapi mungkin kita harus menunggu. Maklumlah jadwalnya padat. Konsepnya nanti bisa kita atur deh sesuai permintaan bang Arief sendiri. Bisa jadi Beti ketemu princess atau public figure. Atau mungkin kamu make over Mak Beti. Atau gimana nanti deh. Pokoknya nanti kita obrolin sama Bang Arief aja untuk lebih detailnya."

Sambil mempertahankan wajah tercengangnya Yumi bertanya, "Trus yang edit videonya nanti siapa?"

"Ya akulah, menurut kamu, kenapa coba aku bawa-bawa laptop?"

Mata Yumi semakin membulat. Kaget mendapati banyaknya skill yang dimiliki Odwin. Kalau begini caranya, mau tidak mau Yumi bakal jadi fans garis keras-nya Odwin, nih. Atau justru sudah?

"Tapi khusus untuk episode kolab, aku juga belum ngerti gimana mekanismenya. Nanti kalau udah fix kita obrolin langsung ke tim mereka aja," lanjut Odwin.

Yumi cuma bisa manggut-manggut.

"Oke. Kita mulai ya. Kamu nggak keberatan kan, kalau ruang makan kamu kita utak-atik sedikit. Sekadar untuk bikin setting untuk shooting aja, sih."

"Di atas aja kali, Win. Di atas cahaya lebih oke, jendelanya besar-besar. Mungkin bisa bikin videonya lebih bagus. Tapi coba kamu cek dulu deh."

Mendengar penawaran Yumi kepala Odwin beralih dari laptop untuk memberi senyum tipis pada Yumi, "Kamu inisiatif juga ya. Aku suka."

Deg!

Jantung Yumi hampir copot karena kalimat terakhir Odwin. Suka katanya? Suka Yumi? Atau suka inisiatifnya saja?

Belum sempat Yumi menyuarakan isi hatinya, Odwin sudah berjalan menapaki tangga sambil menenteng kamera dalam kedua telapak tangannya. "Wah, di atas ada ruang santai ya? Di sini aja deh. Cahaya dari jendelanya bagus nih. Cukup terang tapi juga nggak terlalu keras," seru Odwin dari lantai atas.

Yumi yang tadinya mengekor Odwin, sekarang sudah berdiri di anak tangga kedua dari atas. Dia memperhatikan setiap gerakan Odwin dalam diam. Mulutnya yang diam, di dalam hati Yumi sibuk berharap, alangkah indahnya kalau sisa hidup Yumi dihabiskan dengan orang seperti Odwin ....

BE-YUMI-FUL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang