29. Movie Date

270 53 1
                                    

Odwin menahan diri untuk tidak protes saat Juanka akhirnya mendapat kesempatan untuk menjemput Yumi ke bioskop. Dalam hati, Odwin mencoba menghibur dirinya sendiri dengan berjanji untuk bisa mengantarkan Yumi pulang dari acara nonton bareng nanti. Paling tidak agar Odwin bisa melapangkan dadanya yang terasa sesak ini. Ah, Odwin tidak mengerti kenapa berurusan dengan perasaan harus ribet begini bawaannya. Kenapa tidak pernah ada ilmu pasti untuk mengetahui cara menaklukkan galaunya hati?

Odwin sengaja mengatur waktu berangkatnya agar tiba di bioskop tidak terlalu cepat, menghindar dari acara menunggu yang membosankan seorang diri. Namun Odwin menyesal, ketika mendapati Yumi dan Juanka yang sudah duduk pada salah satu bangku di depan theater sambil mengunyah popcorn dari satu kantongan plastik yang sama.

Itu sengaja supaya tangannya bisa sentuh-sentuhan, apa gimana??? Amuk suara batin Odwin.

Padahal Odwin sendiri sengaja menyodorkan dirinya sendiri untuk bisa bergabung di acara nonton kali ini karena yakin Juanka pasti akan menggunakan kesempatan ini untuk mencuri perhatian Yumi. Tapi kenapa Odwin malah lengah dalam kalkulasi waktunya? Seharusnya Odwin yang datang lebih dulu, supaya bisa menghindari terjadinya adegan seperti yang sedang disuguhkan di depan matanya ini.

Mana Yumi cantik banget lagi hari ini! Tambah suara batinnya saat mulai memindai penampilan cewek itu.

Tidak terlalu berlebihan sebenarnya, cewek itu hanya mengenakan baju kaus polos berwarna putih yang dipadupadankan dengan celana reapedjeans yang panjangnya mencapai mata kaki. Namun Odwin bisa melihat kalau makeup Yumi tampak sangat flawless hari ini. Tidak dengan warna-warna menyolok, tapi tampak natural. Ya, banyak bergaul dengan Yumi berhasil membuat Odwin mulai paham perbedaan wajah Yumi dengan atau tanpa makeup.

"Win! Di sini!" segala amukan bak badai Katrina yang menghantam kepala Odwin mendadak reda dengan suara Yumi. Cewek itu sedang melambaikan tangannya ke arah Odwin dan membuat Odwin refleks menyeret kakinya mendekati Yumi.

Setelah dari jarak yang sudah dekat, mata Odwin cepat memindai isi plastik yang teronggok di antara Yumi dan Juanka. Tiba-tiba senyum Odwin terbit tanpa diundang. Ternyata isi kantongan plastik itu terdiri dari dua box popcorn yang berbeda. Odwin baru sadar kalau Juanka sedang mengunyah popcorn butter, sementara Yumi pasti memilih popcorn caramel –seperti yang sudah diceritakan Yumi tentang kecintaannya pada makanan berbahan dasar jagung itu.

Oh, jadi ternyata Juanka dan Yumi nggak lagi pegang-pegangan tangan dalam box popcorn yaa, Odwin nyaris menertawai kebodohannya sendiri.

"Kita nonton film remaja yang diangkat dari novel bestseller gitu, Win. Kamu nggak pa-pa? Soalnya film action yang kita bicarain kemarin tayangnya jam setengah dua, takutnya Juanka nggak bisa ngejar latihan basket," tutur Yumi.

Odwin mengangguk-anggukkan kepalanya, "It's okay."

"Dara dan Gamaliel juga nggak jadi ikutan," imbuh Yumi. Odwin diam saja, karena sudah menduga kalau kedua sahabat Yumi itu pasti sudah dikomando Juanka untuk tidak ikut hari ini, tapi Odwin mengangguk lagi saat Yumi membeberkan alasannya. "Katanya sih, Dara mau pesen seragam untuk anak-anak basket, jadi Gamaliel yang nganterin."

Bersamaan dengan usainya penjelasan Yumi, panggilan untuk penonton studio yang akan mereka masuki berkumandang melalui pengeras suara. Ketiganya lantas berdiri dan berjalan beriringan memasuki ruangan yang dituju.

Berhubung Juanka yang memegang tiket, dia dengan seenaknya menyuruh Odwin untuk duduk di posisi paling pinggir, lantas mengambil tempat di sebelah Odwin. Yumi sendiri pasrah menempati bangku yang di sebelah Juanka.

Juanka tersenyum puas melihat raut kekecewaan di wajah Odwin yang harus duduk berjauhan dari Yumi.

Saat lampu-lampu studio masih benderang, dan layar masih mempertontonkan iklan-iklan, sebuah panggilan masuk ke ponsel Juanka. Nama Dara tertera pada layar. Yumi langsung bisa menebak kalau sahabatnya itu pasti akan membicarakan tentang basket.

Tidak bisa konsentrasi karena audio di dalam studio yang begitu menggelegar, Juanka akhirnya berinisiatif untuk menerima panggilan di luar studio setelah sebelumnya permisi dulu kepada Yumi.

Sepeninggal Juanka, Yumi baru sadar kalau Odwin belum sempat memesan camilan sama sekali sebelum memasuki studio tadi. Maka Yumi mencoba menawarkan, "Mau berbagi popcorn sama aku nggak?"

Odwin yang terbentang jarak satu bangku kosong di tengah-tengah mengangkat alis, sebagai isyarat kalau dia tidak bisa mendengar Yumi.

Yumi langsung berdiri dari tempatnya, menempati bangku yang baru saja ditinggalkan Juanka. Lalu cewek itu bertanya lagi, dengan suara setengah menjerit, "Mau berbagi popcorn sama aku nggak?"

Senyum Odwin nyaris terbentang dari telinga kanan ke telinga kiri saking lebarnya, untunglah di saat bersamaan lampu studio meredup, hingga Yumi tidak perlu melihat tampang cengengesan Odwin.

Alih-alih menunggu jawaban, Yumi meletakkan popcorn di sandaran tangan, tepat di antara bahunya dan bahu Odwin nyaris bersenggolan.

Layar masih menunjukkan logo produksi film saat Juanka ingin kembali ke tempat duduknya. Menyadari bangkunya sudah diduduki Yumi, Juanka tidak bisa marah, padahal ribuan umpatan sudah berebut ingin meluncur dari bibirnya.

"Kita tuker tempat duduk, nggak pa-pa ya?" Yumi meminta izin Juanka.

Alih-alih mengumpat, Juanka malah tersenyum paksa.

BE-YUMI-FUL [TERBIT]Where stories live. Discover now