40. Not Bonnie & Clyde

Start from the beginning
                                    

Saat bibirnya sudah hampir menyentuh milik Atilla, Derrel tiba-tiba menghentikan gerakannya. Ekspresinya berubah drastis. Cowok itu tersenyum, pipinya menggelembung karena menahan tawa. Ketika sadar bahwa di pelipis Atilla mengucur terlalu banyak keringat dingin, saat itu juga tawanya meledak.

Atilla membuka matanya dengan raut wajah bingung, sampai ia menyadari bahwa saat ini Derrel tengah mengerjai dirinya.

"Gitu aja panik," ledeknya dengan sisa-sisa tawa yang membuat Atilla ingin membenturkan kepalanya ke tiang listrik terdekat. Bisa-bisanya ia tak sadar bahwa Derrel tengah mengerjainya. Egonya sedikit tersentil. Kegelian dan gairah yang sudah terpancing masih tersisa sedikit di dalam tubuhnya.

"Jahat," cebik cewek itu.

Derrel masih tertawa. "Sampe nggak bisa napas, parah!"

"Nggak lucu, Reeel!" Atilla mengucapkannya dengan nada merengek, membuat Derrel ingin mencubiti pipinya sekarang juga. Dan biar kuberitahu satu rahasia. Bahwa Atilla merasa sedikit kecewa saat Derrel memutuskan untuk turun dari tubuhnya.

Cowok itu kembali berbaring di samping Atilla,
menjadikan telapak tangan cewek itu sebagai bantal. Derrel menatap langit-langit kamar, lalu tersenyum samar.

"Aku udah nggak sabar nunggu pagi."

"Lebay," sahut Atilla tak acuh. Jujur, ia masih kesal dengan Derrel yang mencampakkan dirinya begitu saja setelah berhasil memancing nafsunya naik.

"Aku nggak sabar buat 'menggila' bareng kamu di kota orang. Mungkin kita bakal kayak Bonnie and Clyde. Dua pasangan gila yang mengembara di satu kota, dan merasa bahwa kota itu milik mereka."

"Sok tahu." Atilla meledek. "Bonnie and Clyde itu pasangan perampok. Yakali disamain sama kita."

Derrel terkekeh saat telunjuknya menoyor kepala Atilla. "Apa bedanya sama yang aku bilang, bego? Maksud aku, kita bakal seperti Bonnie and Clyde yang 'menggila' di kota orang. Menggila yang kumaksud bukan ngerampok. Tapi...."

Derrel tersenyum penuh arti. Ia sengaja menggantungkan kalimatnya. Secepat cahaya, Atilla langsung mengerti maksud pacarnya. Cewek itu menyeringai, sebuah ide untuk membalas kejahilan Derrel terpintas di kepalanya.

"Tapi apa, hm?" desis Atilla tepat di leher Derrel, memang sengaja mengembuskan napas di sana untuk memancing gairahnya.

Mata Derrel terpejam. Ia tahu bahwa ia telah salah bermain-main dengan hal seperti ini bersama cewek tipikal Atilla.

Atilla meraup sisi wajahnya, menatap manik matanya lekat. "Kalo kita bisa 'menggila' sekarang, kenapa harus nunggu pagi?"

Derrel menelan salivanya. Sejauh apapun ia bertindak layaknya laki-laki agresif, tetap saja Atilla akan jauh lebih profesional dari dirinya.

Sialnya, ia tetap bungkam kala jemari lentik Atilla mulai menari-nari di atas perutnya. Tangan cewek itu semakin turun ke bawah, hingga saat ia sudah hampir menyentuh kejantanannya, Derrel menangkap tangannya.

"Dasar nakal."

Jangan mengira bahwa permainannya hanya akan berakhir sampai di sini. Dengan tatapan sayu, Atilla mengunci manik mata Derrel.

CephalotusWhere stories live. Discover now