35. Darker Than Sin

915 126 72
                                    

Hai. Jangan lupa vote dan spam komennya ya. Selamat membaca🌝

———

Aku adalah rapuh yang selalu berharap utuh. Lalu  di saat yang sama, kamu memaksaku untuk jatuh.
—Atilla Solana

• • •

"Perfecto!"

Abelt tersenyum puas kala selesai merombak rambut milik Atilla. Sebenarnya tidak banyak yang dirubah, pria kemayu itu hanya memotong sedikit tatanan rambut Atilla, dan membuatnya lebih sedikit halus. Tapi siapa yang menyangka bahwa hal itu justru membuat aura magnetik yang selama ini tersembunyi pada diri Atilla menjadi lebih terpancar?

Perlahan, Atilla membuka matanya dengan takut-takut. Ia memang sedari tadi hanya menutup mata, agar Abelt mengira dirinya tertidur, dan tak perlu menyerangnya dengan ocehan-ocehan yang membosankan.

Untuk sedetik, Atilla terpukau. Namun mungkin karena Atilla tidak menyukai Abelt, gadis ini gengsi untuk memujinya. "Not bad," gumamnya.

Belum juga Abelt merapikan kembali peralatannya, Daneen sudah kembali dengan sikap hebohnya.

"OH MY GOD! GIRL, YOU LOOK SO GORGEUS!" pekiknya kegirangan, membuat Atilla tersenyum salah tingkah.

"Cocok nggak sih, di gue?" Cewek itu sekali lagi menatap pantulan dirinya di cermin dengan senyuman kaku. "Nggak pede nih."

"Bagus, anjir! Pedein aja udah, lo cantik kok. Ya... tinggal di poles dikit aja sih," ucap Daneen lagi.

"Apaan. Emang gue sepatu apa, dipoles-poles segala?"

"Ck. Bawel lo ah. Udah sini, ayo."

"E-eh, mau ke mana, sih? Bentar, gue bayar dulu."

Daneen memutar bola matanya. "Udah gue bayar! Udah sini, ikut gueee!"

Atilla menghembuskan napasnya dengan berat. Lalu, ia memutuskan untuk pasrah dibawa kemanapun oleh teman barunya ini.

• • •

"Daneen, please. Lo beneran udah salah kalo lo pikir gue mau masuk ke tempat ini!" seru Atilla memprotes. Sama seperti sewaktu di salon, cewek itu kini hanya berdiri menatap pintu kaca hingga akhirnya Daneen menariknya masuk secara paksa.

Atilla menarik napasnya dalam-dalam. Kemana pun ia melempar pandangan, yang ia lihat hanyalah alat-alat kecantikan yang justru selama ini ia hindari. Cewek ini bahkan tak ingat kapan terakhir kali ia menginjakkan kaki di tempat seperti ini.

"Til, sini deh." Daneen melambaikan tangannya, meminta Atilla yang berdiri tak jauh darinya untuk mendekat.

Atilla memang sudah benar-benar pasrah. Dengan langkah lunglai, ia berjalan ke arah Daneen yang berdiri di depan etalase kaca yang memajang berbagai macam merek liptint.

Daneen meraih salah satu liptint yang menurutnya cocok di bibir Atilla.  Saat hendak memoleskannya di bibir cewek itu, Atilla justru menghindar.

"Apaan, sih! Ogah!"

Daneen semakin dekat mengarahkan liptint itu ke wajah Atilla. "Cobain dulu. Ini nggak bakalan nyala banget, kok. Warnanya natural. Gue yakin bakalan cocok di lo."

CephalotusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang