72. Apartemen

496 61 7
                                    

Happy Reading!!!!

______________________________________







Duduk didalam mobil mewah yang tengah melaju dengan kecepatan tinggi membelah kota seoul yang terlihat mulai penuh oleh kendaraan.
Baik chanyeol maupun chaeyoung sama-sama hanya diam. Tidak ada yang berniat untuk membuka percakapan dan menghilangkan keheningan didalam mobil itu. Mereka terlihat sibuk dengan fikirannya masing-masing. Chaeyoung dengan kecemasannya pada keberadaan dan keadaan haruto saat ini. Sedangkan chanyeol dengan segala kebingungan yang memenuhi otaknya.

Chanyeol segera menghentikan laju kendaraannya ketika lampu lalu lintas menyala merah. Menghela nafas kasar, sesekali pria itu menoleh kearah chaeyoung yang kini menampakan wajah gelisah.

Jujur, dalam hati chanyeol ingin sekali menanyakan semua hal yang terjadi hari ini. Namun ia sadar sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakan hal itu.

"Tenanglah! Aku yakin haruto akan baik-baik saja." ucap chanyeol sembari menggenggam tangan chaeyoung dan mengusapnya pelan, seolah tengah mencoba menenangkan gadis itu.

Chaeyoung tidak bergeming. Wajah gadis itu tidak berubah. Ia masih terlihat cemas. Ya bagaimana mungkin dia bisa tenang? Haruto— adik yang selalu dia lindungi dari apapun bahkan sampai ia mempertaruhkan nyawanya, kini mendadak hilang tanpa kabar. Bagaimana jika ternyata mereka sudah bisa menemukan haruto dan membawanya pergi? Bagaimana jika haruto dipaksa untuk membuka brankas milik eommanya? Bagaimana jika haruto melawan dan dia disiksa oleh anak buah shawn? Semua pikiran itu terus saja berputar dibenak chaeyoung. Membuatnya menjadi semakin merasa cemas.

Terlalu lebay? Huh bukannya lebay! Berani bertaruh, Siapapun kakak yang menyayangi adiknya pasti akan merasakan apa yang chaeyoung rasakan saat ini. Apalagi jika adiknya adalah seorang target dari seorang penjahat, tentu saja kecemasan itu akan semakin menjadi.

Chanyeol hanya bisa mengatakan 'Tenanglah' karna dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Haruto~ah! Dimana kau." ucap rose parau sembari menatap kearah luar jendela. Berharap ia melihat haruto disana.

Chanyeol yang tidak digubris oleh chaeyoung hanya berdehem kecil kemudian mulai menjalankan mobilnya ketika lampu sudah berubah menjadi hijau kembali. Melewati beberapa gedung pencakar langit dan membelok disebuah gang yang lumayan besar.

Mendadak raut wajah chaeyoung berubah bingung ketika jalan yang mereka lewati berbeda arah dengan jalan menuju sekolah haruto. Gadis itu menoleh cepat kearah chanyeol yang masih sibuk fokus pada jalanan. Dalam hati chaeyoung hanya memaklumi, mungkin chanyeol lupa arah jalan ke sekolah haruto.

"Yeollie? Kau salah jalan! Sekolah haruto kearah sana." ucap chaeyoung sembari menunjuk sebuah jalan yang terlihat sedikit sepi.

Pria itu hanya tersenyum singkat namun mata tajamnya masih tetap fokus pada jalanan yang dilewatinya. Salah jalan? Tentu saja tidak! Ia masih ingat betul arah mana yang harus dituju untuk sampai ke sekolah haruto. Namun kali ini bukan sekolah yang akan mereka tuju melainkan sebuah apartemen didaerah Gangnam.

"Yeollie?" panggil chaeyoung.

Chanyeol menoleh kearah chaeyoung dengan salah satu alis yang terangkat sebagai respon panggilan chaeyoung.

"Kita salah jalan! Sekolah ada disana!" ucap chaeyoung memberitahu.

Chanyeol hanya terkekeh pelan. Sesekali ia melirik kearah kaca spion tengah untuk memastikan bahwa mereka tidak dibuntuti oleh orang-orang yang tadi bersembunyi di balik tembok-tembok rumah chaeyoung.

"Memangnya siapa yang mengatakan jika kita akan pergi kesana?" tanya chanyeol sembari menatap kearah spion mobilnya.

Mendengar ucapan chanyeol, gadis itu langsung mengerutkan dahinya bingung. Siapa yang mengatakannya? Ah sepertinya kekasihnya ini memiliki penyakit pikun yang akut. Jelas-jelas dia yang mengatakannya sendiri saat chaeyoung masih duduk diujung tangga. Bisa-bisanya dia sudah melupakan hal itu!

POWER of DESTINYWhere stories live. Discover now