Berantem

245 36 54
                                    

Iya, Pak. Sekali lagi maafkan putra saya. Ini saya akan ke sana. Tolong bilang ke ibunya jangan amukin anak saya. Iya, Pak. Terima kasih."

Setyo menghela napasnya. Ini sudah panggilan ke tujuh untuknya datang ke sekolah karena Tatan berulah. Benar-benar definisi karma berlaku. Setyo menutup laptopnya, lalu bergegas meninggalkan ruangan itu.

Setyo menuju mobilnya yang terparkir di tempat Direktur, lalu melajukan mobil itu segera.

***

Setyo sudah sampai di sekolah Tatan. Ia langsung berjalan menuju ruangan kepala sekolah. Tampak orangtua dari anak gadis itu sedang menceramahi Tatan.

"Permisi, Pak," ucap Setyo sebelum masuk ke dalam ruangan itu.

Melihat pria yang diduga orangtua Tatan, ibu dari anak itu melotot dan berdiri.

"Oh ... jadi kamu Ayahnya Tatan? Tuh anak kamu udah buat anak saya terluka! Dia dengan sengaja mendorong Hana dari perosotan sampai anak saya terluka pelipisnya!" sengit ibu dari Hana itu.

"Sabar, Bu. Sabar ya! Saya tanggung jawab kok. Beneran dah. Makanya saya datang ke sini," sahut Setyo menunjukkan cengiran perdamaian.

"Pokoknya, kamu harus ganti rugi pengobatan anak saya. Juga saya mau Tatan diskors dari sekolah!" sahut sang Bapak juga.

"Waduh, kena semprot dua kali. Oke Pak, gapapa saya ikhlas. Saya akan ganti rugi dan Tatan boleh di skors selama satu hari," sahut Setyo.

"Apa-apaan hanya satu hari! Mana ada skors secepat itu. Pokoknya saya mau Tatan di skors selama satu minggu!" tegas bapak Hana dengan logat jawanya.

"Mohon maaf, Bapak, Ibu, dan Mas sekalian. Tolong hormati saya selaku kepala sekolah di sini. Dari tadi saya mau ngomong nggak jadi mulu. Tolong bersabar dan duduk yang manis kayak istri saya di rumah. Begini Pak, Bu, Mas.  Karena Tatan sudah berulah hingga tujuh kali sampai detik ini, maka saya akan memutuskan untuk memberikan skors selama tujuh hari pula. Diharapkan pada Mas Setyo agar memenuhi tanggung jawabnya untuk mengganti biaya pengobatan nak Hana. Demikian rapat kita pada hari ini. Kalian bertiga dipersilakan gelud kembali. Tapi di luar ya, jangan di sini. Saya cinta ketenangan," tutur Pak Nono selaku kepala sekolah.

Setyo berdiri dari duduknya, mengeluarkan sejumlah uang dan menaruh di atas meja. Tanpa bicara ia menarik Tatan keluar ruangan itu.

"Ayah, kenapa tadi nggak gelud lagi?" tanya Tatan saat mereka berjalan di koridor sekolah.

"Satu lawan dua. Mana bisa. Lagian badan mereka kalo disatuin kayak tandon di rumah kita. Ayah nggak sanggup! Udahlah jangan ajak ngomong Ayah. Ayah lagi marah sama kamu, Tan!

"Ayah, nanti beliin kinderjoy 10 ya," ucap Tatan.

"Dibilang Ayah lagi marah! Malah minta kinderjoy. Enggak ada! Pokoknya kamu hari ini Ayah hukum nggak boleh ngemil selain makan!" sewot Setyo sembari mempercepat langkahnya.

Setyo membuka mobilnya. Mendorong Tatan masuk ke dalam mobil, lalu menutupnya dengan kasar. Dia marah? Tentu saja.

***

Yerin keluar dari rumahnya. Namun ia terheran-heran melihat Setyo menggandeng Tatan di halaman rumah. Tampak suaminya itu terlihat kesal sambil menyeret putra semata wayangnya.

SETYO FAMILY [COMPLETED] Where stories live. Discover now