Kedatangan Yerin

150 29 38
                                    

"Bang, kenapa buburnya ayamnya dikit si? Pelit amat apa nih rumah sakit. Lo bayar nggak sih?" celoteh Setyo ketika Setya menyuapinya bubur dengan terpaksa.

"Ayam pada kena korona. Nggak bisa dibuat bubur!" kesal Setya.

"Ya kan bisa diganti sama daging. Sapi kek, kambing bolehlah."

"Makan aja napa si! Pakek protes udah dikasih makan. Lo rese lagi makan sendiri!"

Setyo memasang wajah merajuk. "Noh, apaan tuh. Tadi aja seneng lihat gue sadar dari koma. Nih apaan ngomel aja."

"Ya salah elu kenapa bawel. Kalau mau ayamnya banyak, nanti minta Bunda buatin. Atau enggak suruh Bini lu tuh," sahut Setya kesal.

Setyo ingat sesuatu. Ya, Istrinya tercinta Yerin Juleha. Ke mana gerangan Istrinya itu?

"Oh iya, Bang. Leha masih jadi Bini gue kan, yak?"

Setya menghela napas kasar. "Lah terus dia jadi Bini siapa kalau bukan Bini lu? Cuma elu yang cocok sama dia. Kalian tuh sama."

"Cih, di dunia koma gue juga, elu sama Leha malah jadi suami-istri. Kesel gue, Bang. Kesel banget sampai ke ubun-ubun. Bayangin, gue jomlo dan elu malah jadi Raja dan Leha jadi Ratu elu, Bang. Sakit ... banget! Hati gue melebur, Bang. Mana Leha nggak mau gue sentuh. Gue ajak bikin Tatan kagak mau. Ck, bersyukurnya gue waktu itu merajuk. Terus nyemplung ke danau berakhir gue sadar di sini," tutur Setyo panjang lebar. Setya hanya menatapnya datar—sedatar-datarnya wajah.

"Udah, halunya?"

"Gue maunya udahan, Bang. Semoga aja gue nggak balik ke dunia koma entu. Gue kapok jadi bujang tua kayak elu di sana. Ckck, sadar gue tuh. Nggak lagi deh ngatain lo bujang tua. Pria belum laku aja."

Brak!

Pintu terbuka paksa dan lebar. Yerin tersenyum senang bersamaan dengan sudut matanya yang mengeluarkan cairan bening. Ia terharu setelah mendapatkan kabar kalau suaminya—Setyo sudah sadar dari koma. Apalagi sekarang melihat Setyo duduk bersandar dengan antengnya di atas ranjang. Ya walaupun wajahnya masih terlihat agak pucat.

"Sayang!"

Setyo yang berusaha bangun lebih tegak, langsung dipeluk oleh Yerin dengan erat. Erat sekali hingga Setyo membulatkan matanya.

"M-mau bu-bunuh Laki nggak gini caranya, Leha," desis Setyo.

Yerin melepaskan pelukannya, lalu menangis meraung di hadapan Setyo. Jangan lupakan Setya yang perlahan mundur dari sinetron tak berfaedah itu.

"Udahlah, Sayang. Kamu nggak usah nangis kayak gini. Ini aku udah sadar kok, udah hampir sembuh juga. Jadi kamu nggak perlu khawatir lagi," ujar Setyo tersenyum.

"Aku sedih banget." Yerin mengusap ingusnya dengan tangan, lalu menyapukan pada bajunya sendiri.

Astaga Bini gue 'kah ini?

"Aku tahu kamu khawatir. Kamu sayang banget sama aku jadi sampai nangis gini, kan? Udah, aku gapapa. Masih bisa buat Leha kecil untuk kita."

"Bukan itu. A-aku ... aku senang banget. Akhirnya berhenti dibilang calon janda kembang. Kamu lekas pulang, ya. Supaya aku bisa pamer sama tetangga, bahwa aku nggak bakal jadi janda beneran."

Setyo melepaskan tangan Yerin yang memegangi lengannya. "Jadi kamu sempat berpikir bakal jadi janda? Kamu pikir aku bakal mati, toh? Atau jangan-jangan kamu sudah ada penggantiku, Leha? Jangan ngadi-ngadi kamu ingin mendua," omel Setyo menuntut.

Yerin berkacak pinggang. "Kata siapa aku kayak gitu? Jangan asal nuduh, ya. Aku siang malam berdoa agar kamu lekas bangun dan sehat lagi. Kamu pikir aku betah tidur sendirian? Kamu biar kata suami yang absurd, tetap nyenengin jadi suami. Setidaknya kamu ganteng dan bisa dibanggain. Harusnya kamu peduli dong sama perasaan aku. Kamu kalau nggak percaya, tanya anakmu si Tatan! Bundanya kayak gimana tiap hari nggak ada suaminya. Tanya!"

"Mana Tatan-nya?!"

Pintu ruang rawat terbuka, menampakkan Tatan yang masuk masih dengan seragam sekolahnya. Bahkan ransel besar masih tersampir di pundaknya.

"Kenapa ributin Tatan? Baru temu-kangen harusnya damai dulu. Nanti berantem di rumah aja," tutur bocah itu sembari duduk di sofa dengan santainya.

Yerin langsung menghampiri anaknya. "Tatan, coba jelasin apa aja yang Bunda lakuin selama Ayahmu nggak ada?"

"Bunda kayak orang nggak waras."

Yerin melotot. "Jangan dilebihin dong, Tan."

Setyo tertawa terpinggal. "Ahahahaha ... Bundamu tuh ada nggak ada Ayah, kelakuannya emang kadang nggak waras! Wkwkwkwk."

Yerin melempar bantal sofa ke arah Setyo, tapi suaminya itu lekas menangkapnya. Berakhirlah Yerin duduk di samping Setya.

Deg!

Setyo berhenti tertawa. Sekelebat ingatannya pada dunia itu bermunculan. Setyo menatap Yerin dan Setya yang tampak mengobrol, lalu Setya tertawa kecil.

"NGGAK BISA!"

Mereka terkejut, Setyo tiba-tiba saja berteriak. Tampak Setyo berusaha turun dari ranjang sambil memegang tiang infus.

"Eh, Setyo. Mau ke mana lo?" tanya Setya panik berdiri.

"Minggir dari Bini gue, Bang. Gue nggak mau elu ambil Bini gue," sahut Setyo hendak berjalan, tapi kakinya melemas dan hampir terjatuh. Untung sempat berpegangan pada sisi ranjang. Setya langsung menghampirinya.

"Makanya jangan keras kepala! Baru juga sadar dari koma langsung ngegas pakek mau jalan segala. Ngerti kondisi nggak si!" omel Setya membantu adiknya duduk kembali ke ranjang.

"Abisnya lo duduk di samping Leha. Ntar suka lagi."

"Apaan si. Ngada-ngada banget tuh pikiran. Gue tau elu sakit, tapi gue masih sehat. Elu sama Leha itu sepaket. Jadi mana cocok sama gue."

Yerin sedari tadi senyum-senyum di sofa. Tenyata, suaminya juga bisa cemburu seperti itu bahkan dengan saudaranya sendiri. Tatan yang lagi membuka plastik berisi makanan, menoleh pada bundanya.

"Bunda masih aja?"

"Apa sih, Tan. Bunda lagi senang. Eh, kamu mau makan sekarang? Kali aja mau pulang dulu ke rumah, ganti baju."

"Nggak ah. Tatan mau nginap di sini bareng Ayah. Bunda pulang aja nanti. Bawain selimut sama baju ganti. Tatan libur besok," sahut Tatan sebelum melahap makanannya.

"Kok libur? Besok hari Jumat, kan?"

"Tatan kena skors lagi, Bund. Tapi Tatan udah ngomong ke guru. Nggak usah telepon Bunda. Soalnya Bunda pasti sibuk urus Ayah."

"Bagus, Nak. Eh, tapi masalahnya kali ini apa? Kamu ganggu anak orang lagi? Ya ampun, Sayang. Kasihan orang diganggu mulu," pungkas Yerin mengusap rambut anaknya.

Tatan segera menggeleng. "Bukan. Kali ini Tatan nggak ganggu anak orang. Tatan cuma ungkapin cinta ke Hana. Tapi Hana tolak Tatan. Tatan sakit hati dan kesal juga. Tatan cubit Hana keras-keras, biar Tatan nggak sakit sendirian."

Yerin blank. Setya dan Setyo yang sedari tadi menguping lantas terdiam. Seketika ruangan jadi sunyi, hanya terdengar suara mi ayam yang diseruput oleh Tatan.









Bersambung ...🖤🖤🖤




📌Update Bab 16
📆 Kamis, 17 Juni 2021



Up!!!📢
Ketemu lagi sama Setyo😄
Kali ini si Leha udah jadi Bininya lagi. Seneng tuh Setyo, nggak jomlo lagi.

Tatan akhirnya suka sama Hana Dora Jelek🤣




See you next chapter💞

SETYO FAMILY [COMPLETED] Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon