Panggilan Mengejutkan

98 22 13
                                    

Yerin terpaksa mengaktifkan ponselnya. Ia meminta izin terlebih dahulu pada teman-temannya untuk menjauh agar lebih leluasa menerima panggilan suara dari suaminya.

"Gue telepon suami gue dulu, ya. Marah nih pasti, soalnya Hp nggak gue aktifin tadi," ucap Yerin.

"Ya udah gapapa," sahut Ema.

"Semangat, Rin!" seru Ratih.

"Yang sabar, Rin. Suami emang gitu," celetuk Farhan.

"Iya. Santai aja. Gue udah biasa," sahut Yerin seraya menjauh dari sana.

Yerin berjalan ke arah toilet. Tempat yang aman dari jangkauan mata orang banyak. Yerin mengaktifkan ponselnya, ada puluhan panggilan tak terjawab dari Setyo. Yerin meringis membayangkan nasibnya setelah ini. Sudah pasti Setyo akan marah besar padanya. Yerin pun mulai menghubungi Setyo.

"Halo, Yang—"

"Dimana kamu? Pulang sekarang!"

"Nggak bisa. Acara sama teman-temanku belum selesai."

"Jadi kamu lebih pilih temanmu 'toh? Kamu udah bohongin suami, ajak anak nggak izin sama aku, malah disuruh pulang nggak mau pulang. Ya udah kalau nggak mau pulang, nggak usah pulang sekalian."

"Kok gitu sih. Kamu tuh keterlaluan tau nggak. Kamu nggak bisa gitu."

"Aku mau undang para janda ke rumah. Jangan ganggu aku."

"APA? SETYO—HEH! HALO?!"

Yerin amat geram dengan Setyo. Bisa-bisanya bertingkah berlebihan seperti itu. Bahkan tanpa sadar Yerin meremas ponsel kesayangannya dengan kuat.

"Gue tuh udah dongkol, tapi gue masih bisa tahan. Sebenarnya mau nih laki apa sih," geram Yerin hendak menangis.

"Heh, enak aja dia pesta sama para Janda. Malam ini kan gue mau kasih kejutan hari jadi pernikahan kami. Macem-macem kelakuan," monolog Yerin kembali ke tempat teman-temannnya berkumpul.

Melihat wajah kesal Yerin, Ratih dan yang lainnya mengerti.

"Suami lo ngomel?" tanya Ratih.

"Ngomel mah udah biasa, Tih. Ini dia ngancem mau main sama para Janda."

"Hah?!"

"Dih, suami lo sadis, Rin. Gue suka," sahut Ema.

"Dasar Jigong."

"Udah, Rin. Transfer aja suami lo ke Ema. Dia siap jadi pawangnya," celoteh Anton.

"Jangan, ntar Ema gila lagi. Duh, gimana, ya. Terpaksa deh gue harus pulang. Maaf, ya. Gue cuma bisa kumpul bareng kalian sampai di sini. Gapapa, setidaknya udah ketemu sama kalian lagi. Gue tenang," ucap Yerin tak enak hati.

"Yah, Rin. Nggak asyik dong," ucap Ratih.

"Maaf banget."

"Mungkin aja dia cuma ngancem, Rin," ujar Fadhan.

"Nggak mungkin. Dia itu nekad. Konyol orangnya, jadi mana mungkin dia bohong soal ini. Udah, gue balik dulu, ya. Bye semua," ucap Yerin bangkit dari duduknya.

"Hati-hati, Rin."

"Yoi. Tan, ayo kita pulang! Ayahmu nyebelin suruh pulang."

"Oke," sahut Tatan menghampiri bundanya.

Yerin dan Tatan keluar dari kafe. Yerin langsung memanggil taksi yang kebetulan mengantar orang ke kafe itu.

"Pak, ke komplek Anggur, ya."

SETYO FAMILY [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang