Setyo Emang Gitu

91 24 24
                                    

Setya mengambil kain untuk ia jadikan alas mengangkat panci yang berisi sup ayam. Setya menaruh sup ayam panas itu di hadapan Setyo yang sedang menata makanan di atas tikar yang mereka bentangkan di depan tenda. Setya sempat melirik Setyo yang berkegiatan dalam diam, tumben sekali.

"Setyo, ambil air mineral dalam mobil gih," suruh Setya.

Setyo menuli, bahkan menoleh pun tidak.

"Yo, lo masih ngambek? Udah sore ini, masih aja nggak ngomong sama gue."

"Emang kalau ngambek ada batasnya gitu? Serah gue, ya!" sahut Setyo sewot berjalan menuju tenda entah untuk mengambil apa.

"TATAN! CEPETAN SINI KITA MAKAN!" teriak Yerin yang sedari tadi sibuk menyiapkan nasi. Sementara Irene baru datang membawa dua botol air mineral berukuran besar.

"Ini saya ambil air minum tadi di mobil," ucap Irene duduk di samping Setya.

"Oh, udah diambil. Bagus deh, tadi padahal mau nyuruh Setyo," sahut Setya.

Yerin ikut bergabung bersama mereka, juga Tatan yang baru datang usai bermain pasir di pinggir pantai. Yerin celingak-celinguk mencari keberadaan satu anak adam yang tak menampakkan diri.

"Bang, laki gue mana?" tanya Yerin.

"Tadi sih masuk ke dalam tenda. Nggk tau ngapain. Gue cek dulu deh," sajut Setya beranjak dari duduknya.

Setya membuka resleting tenda, menyembulkan kepala melihat untuk melihat apa yang adiknya lakukan. Setya menghela napas lelah ketika mendapati Setyo asyik main game di pojok tenda.

"Astaga, Setyo. Gue kira lo ngapain. Cepetan keluar, ikut makan bareng-bareng," ucap Setya.

Setyo masih fokus pada layar ponselnya. "Males ada Mas Barokah. Kesel gue," sahut Setyo.

"Ya ampun, Setyo. Lo masih aja perbesar masalah tadi? Kita ini lagi piknik loh, buat seneng-seneng."

"Tapi sekarang gue nggak seneng, Bang," sahut Setyo lekas.

"Hah ... ya udah nanti gue bakal ngomong sama Irene kalau dia nggak boleh kayak gitu lagi sama lo. Sekarang cepetan ikut gue makan," ujar Setya sudah habis pikir.

Setyo mematikan ponselnya dan menyimpan di saku celananya. Berjalan menuju Setya yang menunggunya di depan tenda.

"Awas ya, Bang. Kalau nggak bilang," dumel Setyo sembari melewati Setya yang memijat pelipisnya.

"Serah deh, ya," sahut Setya kembali menutup tenda.

Setyo dan Setya bergabung di atas karpet menikmati santapan sore mereka. Semilir angin sore membuat rambut panjang Yerin melambai-lambai. Wajah Yerin memerah karena makan sambal buatannya sendiri.

"Yang, ikatin rambut aku dong," pinta Yerin pada Setyo.

"Kamu nggak lihat tangan aku kena sambal juga? Kecuali kamu mau rambut bau sambel terasi," sahut Setyo melanjutkan makannya.

"Ck, tapi susah makan nih. Rambut aku mau masuk mulut. Masa dimakan!" omel Yerin.

"Ya terus gimana toh? Ikutin aja ke mana arah angin menuju," sahut Setyo lagi.

Setya yang melihat akan ada perang mulut lagi, berdiri dari tempatnya.

"Biar gue yang ikatin rambutnya," ujar Setya mengitari Irene untuk menghampiri Yerin.

Setyo yang melihat itu lantas terbatuk keras. Hampir saja muncrat ke hadapan Irene. Irene mengumpat dalam hati dengan ekspresi kesalnya. Ada apa dengan Setyo? Dia teringat dunia komanya waktu berada di sebuah kerajaan antah berantah.

"STOP! STOP GUE BILANG, BANG! Jangan deketin bini gue," ucap Setyo ngegas. Meminum air satu gelas dan lekas membersihkan tangannya.

"Kenapa sih, Yo? Orang gue cuma mau ikatin rambut Yerin," sahut Setya.

"Tau nih! Tadi aja nggak mau bantuin gue!" dumel Yerin.

Setyo berdiri, lalu berdiri di belakang Yerin menggeser posisi Setya. Setya dengan tampang bingung kembali pada tempatnya. Sementara Setyo mengikat rambut Yerin dengan tidak berperasaan. Wajah Yerin mengernyit merasakan sakit pada kulit kepalanya.

"A-aduh, shh ... Sakit, Setyo! Bisa ngikat rambut nggak si!"

"Ini juga diikat. Kamu kira aku lagi ngulitin kepala kamu apa," sewot Setyo.

"Dih, kok kamu yang ngegas? Kamu yang salah kok!"

"Tapi aku nggak ngerasa salah."

"Ya itu. Kamu tuh suami yang nggak sayang sama istri," dumel Yerin.

"Siapa bilang? Aku sayang kok. Kalau nggak sayang mana mungkin kita punya Tatan."

"Tapi sekarang nggak terlalu sayang! Dulu mah iya waktu pengantin baru," sindir Yerin.

"Jangan ngaco kamu. Kalau aku nggak sayang, si Gincu Tebal udah jadi teman kamu di keluarga kita."

"Heh!"

Setyo kembali duduk di tempatnya. Meraih botol air mineral yang sisa seperempat botol dan menuangkan ke gelasnya yang kosong.

"Setyo, sisain buat Irene juga," tegur Setya.

Setyo meneguk air mineral itu sampai habis. "Dah habis," ujarnya sebelum berdiri dan meninggalkan mereka yang masih bertahan di sana.

"Astaga—" Setya geleng-geleng tak habis pikir.

"TATAN! SINI MAIN SAMA AYAH!" teriak Setyo yang sudah berada di pinggiran pantai.

Tatan menoleh, bangkit dengan semangat dan berlari menuju ayahnya.

"Mereka berdua tuh sama. Nggak tau juga kenapa bisa mirip gitu muka sama kelakuannya," celoteh Yerin ikut membereskan piring.

"Tapi kamu bisa betah gitu ya, Yer? Kalau aku mah udah stress ngadepin cowok kayak dia," sahut Irene menanggapi.

"Ya kan saya cinta sama dia, Mbak. Mau gimana pun kelakuannya ya sama tetap cinta," sahut Yerin.

"Sumpah, Yer. Kamu tuh kuat banget sama dia."

"Kadang saya juga kayak gitu. Nybelin, tapi dia nggak pernah bentak saya, Mbak. Paling cuma adu mulut doang. Nggak pernah dia ngumpat ataupun bentak-bentak nyeremin. Kadang saya merasa dia tuh kayak anak kecil, belum dewasa," tutur Yerin. Obrolan mereka dapat ditangkap oleh pendengaran Setya.

"Setyo orangnya emang begitu sejak kecil. Apa-apa nyusahin orang. Apa-apa ngadu sama gue dan Bunda. Orangnya ceroboh dan ngeselin. Tapi kalian harus tahu, orang kayak dia itu justru berharga banget. Sikap dia yang sering kali memenuhi isi pikiran orang lain, ketika dia nggak ada, maka  berasa kehilangan banget. Jujur, ya. Gue pernah ngalemin dulu. Gue pikir Setyo mati dan bikin gue hampir gila. Saat itu gue pengin liat kenakalan dia, denger suara berisiknya, dan kangen tingkah lakunya. Intinya sih sabar aja. Anggap dia anak kecil, udah. Jangan dilawan, kalau bisa dinasehati baik-baik. Pelan-pelan tuh anak nurut kok. Cuma ya ... sabar yang susah. Gue aja sering jengkel sama dia. Tapi balik lagi, gue ingat dia adek gue. Walau udah punya keluarga dan anak, dia tetap adek kecil gue. Lo yang sabar, Yerin. Nanti juga tuh anak sadar," tutur Setya didengarkan oleh Yerin dan Irene dengan lamat-lamat. Ada benarnya juga, pikir mereka.

"BANG! GUE LUPA! JAM TANGAN LO ADA DI SAKU GUE! HILANG DI AIR!"

Setya memejamkan matanya erat, tetapi berusaha tersenyum tenang.

"Tuh, kan. Itu tuh yang gue kangenin dari dia. Kangen juga buat sambit tuh mukanya."










BERSAMBUNG ...



📌UPDATE BAB 25
📆KAMIS, 02 SEPTEMBER 2021

UP AGAIN!📢
Lumayan lama nggak update nih, begini kabar Setyo sekarang. Dia baik, yeorobun.

Slow update mungkin ...


See you next chapter💞

SETYO FAMILY [COMPLETED] Where stories live. Discover now