Hilang

155 29 10
                                    

Setyo telah menyalakan saklar, otomatis semua lampu di rumahnya menyala. Setyo  berkeliling depan rumah untuk melihat-lihat, siapakah gerangan yang usil pada keluarga kecilnya.

"Maen-maen sama gue," ucap Setyo berkacak pinggang, macam patroli garang seantero.

Brak

Setyo terkejut ketika pintu terbuka lebar, menampakkan Yerin berjalan penuh murka ke arahnya. Setyo yang baru saja waswas, kini terkejut ketika Yerin menggoyang badannya dengan brutal.

"TATAN MANA? KENAPA TATAN NGGAK ADA DI KAMARNYA? KAMU JANGAN NGADI-NGADI MAU KERJAIN AKU!" amuk Yerin membuat Setyo lupa cara bernapas, ia terkejut sekali.

"A-apa nya, Leha?" tanya Setyo masih tak paham.

"ANAK KITA HILANG!"

"HAH?!" barulah Setyo yang terbelalak. Bahkan tubuh Yerin hampir terjerembab ditabrak oleh Setyo yang bergegas masuk ke dalam rumah.

"Astaga!" kesal Yerin ikut masuk ke dalam rumah.

Setyo menaiki tangga dengan brutal, lalu berjalan menuju kamar anaknya dengan perasaan tak menentu. Begitu Setyo membuka pintu, memang tak ada anaknya di sana. Setyo membeku di depan pintu, sejenak untuk memupuk kesadarannya yang terlalu panik.

"Anak gue hilang beneran?" gumam Setyo

"YA BENERAN LAH. CEPETAN CARI, SETYO!" pekik Yerin di samping telinga Setyo, membuat suaminya itu berjengkit kaget.

"Astaga upil badak dua kilo!" latah Setyo mengucapkan kata sayang itu dengan cepat.

"APA?!"

"A-aku cari Tatan dulu. Kamu jaga rumah dan kunci semua pintu. Eh, kamu ke rumah mama deh biar aman. Tapi jangan bilang Tatan hilang, nanti riweuh semua," ucap Setyo cemas.

"Ya udah ayok!"

Setyo akhirnya mengantar Yerin ke komplek anggur. Mereka hanya menggunakan sepada motor, biar lebih detail melihat ke arah jalanan. Yerin berteriak ketika Setyo melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata, membuat rambut Yerin heboh berterbangan.

"AAAAaaa ... PELAN-PELAN, TOMANG!"

"DIAM!"

Yerin merasakan jantungnya hampir melompat keluar ketika Setyo menikung jalan tanpa mengurangi kecepatan. Bayangkan bagaimana halusnya perasaan Yerin saat itu. Belum lagi Yerin menarik napas, Setyo mengerem motornya mendadak.

Dugh

"Maaf, Sayang. Kelembutan aku bukan untuk hari ini," ucap Setyo menyingkirkan Yerin dari belakangnya. Membuat Yerin terpaksa turun dengan sedikit dorongan.

"DASAR SUAMI NGGAK—"


Setyo sudah menjelankan motornya sebelum mendengar kata-kata indah dari Yerin. Yang apabila sudah keluar, lebih sedap dari lantunan puisi cinta. Indahnya.

Setyo menelusuri komplek dengan mata yang tak pernah lengah memperhatikan jalanan dan orang-orang yang lewat. Bahkan hingga komplek kelima, sosok anaknya belum juga ditemukan. Setyo juga sudah bertanya pada pos penjagaan di setiap kompleknya. Tapi nihil, anaknya tak juga ditemukan. Setyo menyisikan motornya sejenak untuk melepas lelah dan menetralkan deru napasnya.

"Gue yakin anak gue bukan jelmaan tuyul. Tapi kok nggak kelihatan dari tadi," monolog Setyo.

"Apa ini ada hubungannya sama teror itu? Kek di tipi-tipi tuh, si penjahat culik anak gue sebagai umpan buat ngaet bapaknya. Bisa jadi, kan? Iya, bisa aja."

"Tapi kok anak gue yang dicolong? Kenapa nggak bini gue gituloh."

"Eh, kan Yerin sama gue di kamar," sahutnya lagi.

SETYO FAMILY [COMPLETED] Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt