Akad Nikah

76 18 25
                                    

Hari Akad nikah pasangan Setya dan Irene akan berlangsung hari ini di rumah keluarga Setya. Baik Setya dan Irene masih ditangani oleh MUA terbaik yang Yerin panggilkan untuk mereka. Di tengah kesibukan pagi sebelum acara, Setyo menyelinap masuk ke kamar kakaknya. Tampak Setya baru selesai didandani. Setya memakai baju pengantin berupa jas berwarna abu-abu. Setyo bersiul sembari menghampiri Setya. Setya yang melihat pantulan Setyo yang mendekat mengembuskan napas lelah.

"Cie ... yang hari ini nikah. Hehe. Nggak nyangka ya, Bang. Jodoh lo malah si Mas Barokah. Padahal ya, ckckc. Dia itu salah satu musuh gue. Orangnya judes minta ampun. Tapi, gue jadi seneng karena dia nikah sama lo. Itu berarti, kita akan satu keluarga dan gue bisa membalaskan—"

"Macem-macem gue pecat jadi adek gue!" sahut Setya tajam.

"Dih, kok ngeri. Bang, nanti lo tinggal satu rumah sama gue dan Yerin, ya? Supaya rame, Bang. Bini kita bisa saling ngobrol. Terus gue dan elu bisa main-main kayak jaman bahari," tutur Setyo menghayal.

"Kalau bocil nempel sampai tua ya gini kelakuannya. Dasar bocil!" cerca Setya beranjak dari kursi depan meja rias.

"Bang, acaranya belum mulai. Lo nggak boleh jalan-jalan dulu."

"Bodo. Gue mau ambil minum," sahut Setya berjalan menuju pintu kamarnya. Setyo langsung mengikuti langkah Setya.

"Lo pasti gugup banget, kan? Sama Bang. Gue waktu nikahan sama Leha juga gugup. Sampai gue mabuk minum satu galon malam sebelumnya. Ckck, perkara salaman sama penghulu doang. Kekeke."

"Tau ah," sahut Setya keluar dari kamar.

Sementara itu di kamar Setyo dulu yang kini dijadikan ruang make up Irene, ada Yerin yang turut memandangi Irene yang sedang di dandani. Yerin tersenyum bahagia melihat hasil riasan dan dandanan yang Irene pakai.

"Mbak Irene cantik banget sumpah. Nggak salah pilih MUA. Pasti Bang Setya terpana nanti."

"Ah, bisa aja kamu, Rin."

"Nah selesai, saya permisi mau ke belakang."

"Makasih, Teh Ina. Cantik banget hasilnya."

"Sama-sama."

Irene memandang wajahnya di pantulan cermin. Tak menyangka ia akan menikah dengan cintanya semasa SMA dulu.

"Mbak Irene mau saya masih tips, nggak?" tanya Yerin menyeringai.

"Tips apa, Yer?"

"Tips menghadapi suami yang nggak peka."

"E-emang itu perlu buat saya?" tanya Irene sedikit heran.

"Yaiyalah. Apalagi Bang Setya orangnya dingin-dingin datar gitu. Sebenarnya sikap Setya dan Setyo itu sama aja. Sama-sama nyebelin dan kurang peka. Cuma Setyo versi aktif, sementara Setya versi pasifnya."

"Jadi gimana?"

"Mulai duluan, Mbak. Kita harus agresif. Nggak apa dikatain nanti, toh dia juga suami Mbak, kan? Kalau sebelum nikah malu-malu, nanti udah nikah malu-maluin itu gapapa, Mbak. Halal aja," ujar Yerin.

"O-oh. Gitu, ya?"

"Ya emang gitu."

Irene mengernyit bingung, tetapi memaksakan tersenyum.

***

"Sah!"

SAAAHHHHHH!" teriak Setyo yang berada di belakang kakaknya.

"Alhamdulillah."

Usai membaca doa, Setya dan Irene bertukar cincin. Setyo sibuk mengambil gambar dengan ponselnya. Cukup menggangu, sebab Setyo menggunakan blitz kameranya.

SETYO FAMILY [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang