Kenangan 5: Belajar Berdoa 🔞

593 100 16
                                    

Pertemuan pertama Ava dengan Kalki terjadi setelah tubuhnya terguncang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pertemuan pertama Ava dengan Kalki terjadi setelah tubuhnya terguncang.

Dia meronta-ronta, menggigit, berontak dengan segenap tenaga. Saat ditindih, ia menggelepar, berusaha meloloskan diri dari berat yang menimpanya. Posisi kakinya dipertahankan, disilang rapat-rapat sambil terus berusaha menendang.

Kepala terjulur mengigit telinga pemilik berat, ia kesakitan hingga roboh ke samping. Ava melompat bangun tapi pintu ruangan terkunci, tubuhnya lebih kecil daripada laki-laki di belakangnya, ia dengan mudah kembali diseret. Ava terus menjerit minta tolong, dia tidak ada urusan dengan pria ini dan dia tidak ada di sini untuk diperlakukan begini.

Kain pakaiannya sudah compang-camping, Ava melindungi tubuh atasnya dengan tangan. Ia bergelung di lantai, mempertahankan diri.

Kali berikutnya dia mendongak, laki-laki di hadapannya roboh lagi dan kali ini tidak bangun sama sekali. Pandangannya beradu dengan Kalki, di belakangnya ada Gada yang buru-buru melepaskan kain penghangat tubuh lalu menyampirkannya di tubuh Ava.

Sekujur tubuh Ava gemetar hebat, keringatnya mengalir, air matanya bercampur dengan air liur di sekitar bibir. Rambut Ava kusut, hasil dijambak dan ditarik-tarik, goresan merah mewarnai kedua tangan.

Dia mampir ke rumah bordil untuk mengambil cucian, bukan menjajakan diri.

Teriakannya menjadi-jadi, tangis histeris membenamkan kalimat yang Kalki dan Gada sampaikan padanya. Ia menendang-nendang, Kalki buru-buru menarik diri, Gada menghilang di pintu lalu kembali dengan seorang perempuan. Perempuan itu bermaksud menenangkan Ava dan membantunya berpakaian, tapi wajahnya kena tampar Ava juga.

Tarikan nafasnya terasa berat, ruang sekitar bergerak menyempit.

Sekelilingnya menjelma jadi gelap yang menyesakkan, suara-suara berat yang menggema, memanggilnya untuk mendekat. Tidak ada lagi ranjang reot tempat Ava ditindah, dinding-dinding dengan cat mengelupas sudah roboh, tangan yang memaksanya membuka kaki ikut hilang. Ava merasa aman.

Ketika Ava merasa kegelapan memberinya perlindungan, dinding kaca bangkit dari dasar, memamerkan pantulan wajah laki-laki yang roboh mengelilingi Ava. Lagi-lagi Ava merasakan kulit lain menggerayangi tubuhnya, ia memukul-mukul, mendorong sensai itu menjauh, namun semuanya semakin hidup.

Tubuh Ava yang bergelung di sudut merasakan ketukan. Spontan, Ava menyeret dirinya menjauh.

Bayang-bayang berpendar merah gelap bergerak menyebrangi Ava, menanggalkan hangat yang menyegarkan. Ava berhenti menjerit, sentuhan-sentuhan lengket habis dibawa hangat. Tenaganya telah dipulihkan. Sesuatu menuntunnya mencabut kepingan tajam di dasar dinding, Ava siap untuk mengenyahkan bayangan itu.

Belum sempat kepingan membelah pantulan si biadab, hawa dingin menjalari kulit Ava, berawal dari telapak kaki lalu naik hingga ubun-ubun.

Ruang gelap di sekelilingnya runtuh, berubah kembali menjadi kamar yang ia huni, kali ini semuanya hening. Ava terbaring di lantai, tubuhnya dibaluti kain penghangat. Mata kelabu Kalki memandangnya lembut, ia memberi kesejukan melalui telapak tangan yang menempel di pelipis Ava.

Senandung Jazirah (TAMAT)Where stories live. Discover now