9: Arthasastra, Rayyan, Avattara.

295 77 25
                                    

Atman pernah bertemu dengan Ava sebelumnya tapi tidak pernah benar-benar memikirkan gadis itu hingga melihatnya di sidang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Atman pernah bertemu dengan Ava sebelumnya tapi tidak pernah benar-benar memikirkan gadis itu hingga melihatnya di sidang. Atman hanya mengingatnya sebagai Gadis Gada yang memergokinya mengakhiri hidup seekor anjing di tepi danau.

    Setelah diusut, Ava adalah anak perempuan tunggal dari seorang lelaki Penyingak dan perempuan pekerja serabutan, ayahnya sudah meninggal dan sekarang hidup berdua dengan ibunya. Tidak jelas pula kapan dia mulai bergabung dengan Dhatu, tetapi dia jelas menjadi orang kepercayaan Gada.

    Bersamaan dengan meneliti riwayat Ava, Atman menelusuri riwayat Kalki Wyasa Narasimha, seorang Penyingak Narasimha yang mengepalai Dhatu. Sejenak ia berasumsi bahwa Kalki yang membimbing Ava sebagai Penyingak dan mengajarkan Kitab Utama, namun Atman salah, karena Kalki tidak lagi memiliki Kitab Utama setelah disita. Penyingak tidak bisa mengajari sesama Penyingak mengenai Kitab Utama karena mantra yang berlaku di setiap Penyingak tidak sama, maka Kalki bukanlah sumber ilmu Ava.

    Secara biologis, tubuh Ava tidak kokoh, maka energi fisiknya tidak seharusnya sekuat itu. Pun, tidak seharusnya Ava menggunakan energi fisik untuk menerjemahkan energi alam, kecuali dia memang ingin bunuh diri. Dan Ava tidak terlihat ingin bunuh diri dari argumennya di Aula Utama, dia ingin bertahan hidup.

    Bagaimana Ava menciptakan ledakan masih menjadi misteri di kepala Atman dan Atman tidak menyukainya. Ava membahayakan kehidupan orang-orang yang tidak bersalah.

    Menurut Risalah Arthasastra, ada dua jenis orang yang tidak bersalah. Pertama, mereka yang memutus hubungan dengan pengkhianat, yang kedua adalah mereka yang menjauhi musuh. Dalam hal ini, Dhatu tidak termasuk ke golongan apapun. Sialnya, mereka begitu dekat dengan penduduk dan mereka dipercayai. Penduduk tidak bersalah.

    Risalah juga menyarankan penduduk harus dipisahkan dari pengkhianat dengan cara apapun yang ada, kecuali pemaksaan, karena kepercayaan mereka diperlukan. Untuk memisahkan penduduk dari musuh, lebih baik melakukan konsiliasi. Sekali dayung, dua pulau terlampaui, mereka bisa meyakinkan masyarakat dan mengguncang prinsip musuh atau siapapun yang mendukung kelompok tersebut.

    Ketika Atman bangun pagi ini, ia sadar bahwa Ava adalah titik tengah dunia yang terguncang. Jika Rayyan benar dan Thaka berpikir, Ava bisa menembus pertahanan Balairung Majelis Agung maka mereka pun bisa, semua akan berujung pada perlawanan terhadap tradisi yang meluas. Ideologi yang Dhatu pegang bagaikan minyak yang membuat api berkobar, jika dibiarkan maka Republik akan terbakar.

    Anggada Angkar Hara boleh jadi pemimpin Dhatu, namun ada kemungkinan ia tidak lagi jadi alasan perlawanan karena Gada tidak melawan secara fisik. Gada maju lewat jalur-jalur audiensi politik dan strategi tertutup lainnya. Tidak semua masyarakat mampu melihat dan memahaminya. Runan nyaris tidak berguna, kendati ia adalah bagian dari pimpinan Dhatu, senjata andalannya hanya artikel. Ia penulis, bukan politisi. Berapa banyak orang di dunia ini yang percaya racauan penulis?

    Yang Ava lakukan jelas terlihat dan tidak sulit dipahami. Dia menerjang Balairung Majelis Agung di hari Sidang Pendapat. Ava harus dikendalikan.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Senandung Jazirah (TAMAT)Where stories live. Discover now