15 : Manggali, Atman, Ava

188 41 1
                                    

Dapur puri sedang sepi, tidak ada abdi yang berjaga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dapur puri sedang sepi, tidak ada abdi yang berjaga. Saat Atman masuk, hanya ada Sonaka yang berdiri membelakangi pintu masuk, mengamati uap mengepul dari cangkir di atas meja. Sonaka menawarinya secangkir kopi, yang Atman tolak karena dia merasa tidak sanggup mencerna apa-apa.

"Kepalamu bagaimana?" Sonaka mengangguk ke arah wajah Atman.

Sakit, masih. Atman tidak mengakuinya, apalagi soal mimpi yang menampilkan Gada dan Kalki di usia yang lebih muda. Semua sangat nyata, seolah Atman adalah pengamat di tengah-tengah kehidupan orang-orang itu.

"Manggali ada di penginapan yang sama dengan ibumu." Sonaka mengaduk minuman dalam cangkir. "Siapa tahu kau mau mengunjunginya."

Atman menggeleng, bukan waktu yang tepat. "Dia baik-baik saja?"

"Lebih baik darimu." Sonaka mengangkat cangkir lalu menduduki kursi kosong di seberang Atman.

Shaka sudah pergi, kepergiannya berlangsung cepat dan luput dari perhatian karena halaman puri menjadi sepi tanpa penghuni. Seolah diatur sedemikian rupa.

"Apa kau menyembunyikan sesuatu?" tanya Atman, tepat saat Sonaka menyesap minuman. "Informasi apa yang kau sembunyikan?"

"Soal apa?"

"Apa saja. Kalki, hasil laporan ayah Manggali, atau... Tri Loka."

"Gajiku tidak cukup besar untuk tahu semua urusan." Di dunia kerja yang mana kualitas informasi didistribusikan sesuai nominal gaji, jawaban ini tetap membuat Atman jengkel.

"Kalau aku membayarmu, apa kau akan mengaku?"

Kopi nyaris menyembur dari mulut Sonaka. "Aku punya sebanyak yang kau punya, mungkin lebih. Jangan sombong."

"Apa kau sengaja mengevakuasiku ke puri ini? Pertemuan-pertemuan itu sudah kau atur?"

"Hanya dengan Pendeta Rhaka. Aku tidak menduga Shaka akan muncul di sini."

Atman mencari cara untuk menanyakan apa Sonaka tahu perihal penyogokan, ia tidak menemukan kata-kata yang tepat.

"Aku dengar beberapa hal. Kalau itu yang mau kau tahu." Sonaka meletakkan cangkir kembali ke meja. "Soal uang, soal... alat."

"Kenapa tidak bilang padaku? Aku atasanmu."

"Itu gosip. Aku tidak akan membeberkan gosip yang tidak valid."

"Shaka datang kemari dan mengulas hal yang sama. Menurutmu itu gosip?" nada Atman menjadi sengit.

"Menurutmu itu gosip?" Sonaka mengembalikan pertanyaan.

Tenggorokan Atman tercekat, sekarang hanya ada mereka berdua. Atman sadar dia tidak bisa mengandalkan orang lain, secepat ia paham bahwa Sonaka sudah tahu lebih dulu soal rumor itu. Sonaka tidak melaporkannya dengan alasan tidak mau menyampaikan gosip tanpa bukti, itu juga Atman sadari sebagai kebohongan.

Senandung Jazirah (TAMAT)Where stories live. Discover now