20: Gadis Antah Berantah & Kepala Bangsawan

88 27 6
                                    

Ada masa ketika Ava menginginkan persis seperti yang kini didapatnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ada masa ketika Ava menginginkan persis seperti yang kini didapatnya. Kitab Utama, keseimbangan, energinya dan kekuatan. Satu hal yang tidak pernah diduganya adalah segala yang selama ini dipercayanya adalah kebohongan, bahkan orang yang dicintainya adalah penipu yang menjalankan perang bertahun-tahun dan kini mewariskannya pada seluruh jazirah.

Ava berdiri mengawasi Atman perlahan-lahan hilang di balik pepohonan, tidak didengarnya teriakan dan tidak dilihatnya perlawanan. Pria itu hilang dengan kelembutan yang mengejutkan Ava sendiri, dia tidak pernah tahu kuasa yang digenggamnya bagi mahluk alam bawah hingga kali ini. Seumur hidupnya, Ava diajarkan bahkan segala yang berasal dari bawah telapak kakinya adalah panas membara yang menyakitkan, hal nista yang tak akan pernah suci, kekasaran yang mendarah daging dan kemurkaan. Tidak ada ruang untuk cinta kasih.

Hari ini, semua terbukti salah. Mahluk halus yang membawa Atman tidak menyeret pria itu, melainkan memeluknya dengan gumpalan serupa awan lalu memapahnya di atas bahu dan berjalan dengan kelembutan bagai angin. Mereka menunjukkan cinta kasih, mereka menuruti titah Ava.

Ava memejamkan mata, menikmati momen yang telah ia putuskan akan berakhir. Jauh dalam ceruk dirinya, Ava muak menjadi pion siapapun. Kini, dia memiliki lebih dari yang dipinta, menguasai jauh dari yang ia ketahui. Kini, dia akan membuat perannya sendiri.

Gada tidak bisa memutuskan Babad Kasta seperti apa yang akan hilang, Rayyan tidak akan berhak mempertahankan Rakht di tanah Shangkara, Kalki tidak bisa selalu melindungi Gada. Ava sudah memutuskan itu semua, bahwa dia akan menjadi kuasa yang lebih besar dari mereka, sekalipun itu berarti dia harus mematahkan hukum alam.

Ava tidak sudi memilih yang lebih baik dari yang terburuk. Dia bukan lagi kaum Thaka tak berdaya tanpa pilihan. Dia punya pilihan dan dia adalah pilihan itu.

Selagi matanya terkatup, Ava menjatuhkan diri ke memori mimpi walau ia tak pernah yakin apakah itu sungguh mimpi atau dunia intim yang hanya ia dan Atman punya. Dalam memori itu, mereka berpagut lama sekali, sebuh ciuman yang terasa seperti permohonan, permintaan maaf. Keduanya berusaha menarik waktu yang hilang dan mengembalikan momen yang dirampas jarak yang mereka buat sendiri.

Ava takut membuka mata, masih takut kehilangan apa yang dirasakannya karena dia tak pernah yakin apakah memori itu adalah potongan mimpi atau dunia mereka berdua. Kini kulitnya merasakan dunia di sekitarnya meledak namun dia sudah tidak peduli lagi.

Pengelihatannya kembali dan Ava melihat sekelilingnya adalah ada mayat yang bergelimpangan, semua masih segar, murni, darah jernih mengalir lumer ke tanah. Langkah Ava melaju pelan mengitari lokasi, memilah-milah kepada siapa dia akan menyerahkan diri. Dia berhenti di hadapan seorang mayat tanpa kepala. Lebih mudah begini, tidak melihat siapa tuan sang tubuh. Ava bersimpuh di sisi kanan, menangkat tangan mayat yang bergelimang merah delima.

Satu kali.

Dua kali.

Tiga kali, dalam isapan panjang.

Senandung Jazirah (TAMAT)Where stories live. Discover now