《Missing》

713 89 12
                                    

Laras menghela napas panjang. Sesampainya di kos barunya, dia baru bisa lega. Tidak sesak seperti di rumah yang seharusnya membuat jiwa dan raganya tenang.

Perjalanan bisnis hanyalah akal-akalan  Hana dan Jaden. Untung saja bos mereka itu mau diajak bekerja sama. Kalau tidak, rasanya Laras benar-benar akan merasakan kekerasan seorang Arjuna.

Jaden menatapnya intens. Laras sulit mengartikan tatapannya itu. "Bapak, kenapa?" tanya Laras agak kikuk.

Kos yang dipilih Hana tidak terlalu besar dan tidak kecil juga. Cukup untuknya sendiri kala ingin melarikan diri.

"Masih gak mau percaya sama saya?"

Tubuh Laras seketika menegang. Padahal baru saja dia merasakan kelegaan. "Em-anu ...."

Hana mendengus sebal. "Udahlah, Pak. Orang lagi kena masalah juga ditanya-tanya. Besok aja pas kerja!"

"Saya gak bicara sama kamu. Diam!"

Hana mencebikkan bibirnya. Sedangkan Laras susah untuk menjawab pertanyaan Jaden. Sebenarnya, dia ingin sekali percaya. Mungkin bisa dikatakan sudah. Akan tetapi, dia tidak mau mengakuinya sekarang. Karena dia sudah memilih untuk berjuang.

"Bapak tenang aja. Arjuna gak bakal macam-macam kok."

Jaden terkekeh sinis. "Ditinggal berdua gitu menurut kamu gak bakal macam-macam? Heh, anak baru gede juga tau. Jangan belajar goblok, Laras. Percuma S2."

Laras memajukan bibirnya. "Bapak bisa nggak, kalau ngomong jangan nyelekit?"

"Mana bisa. Udah takdirnya begini. Saya gak bisa ngomong manis-manis kalau aslinya busuk."

Hana tertawa sambil memukul lengan Jaden kuat. Sampai membuat pria itu meringis. "Pak, kalau mau nyindir itu pas ada orangnya. Percuma S2, sama aja kosong otaknya haha."

Jaden memelototi Hana, tetapi wanita itu tidak takut. Malah menjulurkan lidahnya mengejek.

"Terus ngapain di sini? Kenapa gak usir anak itu?" tanya Jaden. Agak bingung dengan keputusan Laras kali ini.

"Tadi saya udah coba bilang pulangkan dia. Tapi, dia bilang dia punya tanggung jawab. Terus saya bisa apa? Ya, dengan cara ini semoga aja bunda cepat-cepat tau. Karena Arjuna gak bisa melawan bunda, kan?"

Jaden mengangguk setuju. "Tapi kalau bunda tau, yang ada dia gak pulang ke sana. Tapi ke liang kubur. Belum tau aja bunda itu mantan atlet karate."

"Lagian ada-ada aja, lagi sakit loh dia bisa-bisanya buat dosa. Ya ampun gak takut karma apa, ya?" Hana menimpali.

Laras tersenyum hangat. Suasana hatinya mulai membaik karena dua orang di depannya ini. Posisi mereka melingkar di bawah lantai. Saling mengeluarkan argumen dan terkadang Hana membuat jokes receh yang membuat suasana makin asik.

Di tengah-tengah keseruan mereka yang sangat sederhana itu, tiba-tiba seseorang nimbul dengan ekspresi cemas dan napas yang terengah-engah. "RAS!"

Laras terlonjak. "Apa sih, Ken?!"

Ken mengelus-elus dadanya, dia membuka sepatu terlebih dahulu baru bergabung dengan mereka.

"Ini reunian ceritanya?" celetuk Hana.

"Gue kaget waktu dia bilang lo ngekos. Gue sampai izin tau gak? Padahal anak-anak belum waktunya pulang," jelas Ken.

"Makasih, Ken. Tapi gak usah cemas banget gitu. Gue gak papa kok."

Ken berdecak. "Apanya yang gak papa? Gue udah liat itu anak tadi gak ada sopannya aslian. Laptop gue sampai harus gue servis!" kesal Ken.

Hana mencondongkan badannya mendekati Ken. "Lo ada niatan buat nyantet dia gak? Lo ada kenalan dukun gak?"

The CEO Stole My Bra! ✓Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin