《Losing》

580 72 5
                                    

Warning: sedia tisu.

Melupakan tidak semudah berpisah. Manusia bisa saja membuat jarak dan tidak lagi berhubungan. Namun, tak ada yang dapat mencegah bila rasa yang pernah ada itu kembali. Rindu, pasti akan dirasakan pada suatu hari.

Jason tampak tersenyum getir di layar monitor Sarah. Betul, dialah yang membantu Intan untuk menghentikan kejahatannya. Dia sudah mencium gerak-gerik istrinya itu sejak terus-terusan ketahuan menghubungi Paula.

Kini kondisi berbalik, Sarah yang diikat dan ditahan oleh beberapa polisi. Dia tidak langsung dibawa karena Jason akan berbicara lebih dulu.

Oh iya, Jason tidak sendiri. Dia bersama anak mereka yang hampir menginjak usia dua bulan, Clara.

"Sarah," panggil Jason lembut. Seketika Sarah memalingkan wajahnya. Tidak kuasa melihat suami dan anaknya itu.

"Ketakutanmu seharusnya kau tahan, dan seharusnya kau percaya padaku."

Sarah menampakkan smirknya. Tidak percaya pada Jason sama sekali. "Kau tukang membual sekarang. Itu sebabnya aku ingin menghancurkan dia. Kau pikir aku rela, ha?"

"Sebelum kami berpisah, aku dan Amara pernah bertaruh. Siapa yang kalah melupakan satu di antara kami, maka dia harus memberikan apa yang diinginkan. Dulu, Amara ingin seluruh kekayaanku dan aku menyetujuinya."

Mata Sarah membulat lebar. Dia menoleh ke Amara dan wanita itu tersenyum penuh kemenangan. "Aku ingin menemuinya secara langsung karena ingin bernegosiasi, harusnya aku bisa membujuknya untuk mengubah keinginan, tapi kau malah mengacaukannya."

"Jadi, aku tidak bisa lagi membantumu. Amara akan mengambil segalanya dan aku tidak punya apa-apa lagi. Bahkan membayar jaminanmu pun tidak bisa."

Sarah menggelengkan kepalanya kuat. Dia sungguh ketakutan akan jatuh miskin. Tidak, dia benci itu. Dia tidak bisa hidup di dalam penjara. Namun, dia sendiri yang membuka jalan tersebut.

Kini giliran Amara yang berdiri sombong di depan Sarah. Dia berdecak sambil menggelengkan kepala. "Kasihan sekali."

"Kau ...," geram Sarah.

"Mengakulah kalau kau sudah kalah. Maka aku akan memberi biaya untuk anakmu sampai Jason mendapat pekerjaan lagi," tawar Amara.

"Kalau kau tidak mau dan tetap egois, tandanya kau benar istri dan ibu yang buruk. Pikirkan juga Jelita yang akan masuk SMA."

Rahang Sarah kian mengetat. Dia tidak bisa melakukan itu sekarang ini, dan meskipun Amara telah merebut semuanya dia tetap akan membantu Jason. Namun, Jason juga tetap kehilangan segalanya. Ini hanya bentuk belas kasihan.

Amara pun mengizinkan polisi untuk membawa Sarah. Tidak ada perlawanan dari wanita itu. Amara berharap, dia bisa segera sadar dan bisa memperbaiki akhlaknya.

Saat Amara hendak meninggalkan ruangan, Jason memanggilnya, "Amara."

Amara menghentikan langkah. Dia menyuruh semua orang keluar agar dia bisa berbicara empat mata dengan Jason. "Ya?"

"Aku minta maaf."

"Aku sudah memaafkanmu."

"Aku sungguh minta maaf," ulangnya dengan sangat tulus.

Amara menarik napas dalam, kemudian menghelanya. Dia pun menghadap Jason sambil tersenyum manis. "Tidak apa. Kau tidak perlu menyesali apa pun. Ini pilihan dan keputusanmu. Aku tetap akan mendukungmu."

Jason menundukkan pandangannya secara tiba-tiba. "Jangan tersenyum."

Amara semakin mengembangkan senyumnya. Kelemahan pria itu masih sama, dia menyukai senyum Amara. Satu dari banyak alasan yang membuatnya jatuh cinta.

The CEO Stole My Bra! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang