《Travelling》

529 76 6
                                    

Terhitung sudah empat bulan Arjuna resmi jadi mahasiswa baru. Dia mengambil jurusan bisnis karena nantinya akan mengurus perusahaan yang diwariskan Gama. Sedangkan Jaden sudah lebih maju membangun perusahaannya sendiri.

Selama itu pula Arjuna sering pulang larut. Saat ini dia masih membersihkan diri di kamar mandi. Sedangkan Laras entah mengapa sibuk sekali membereskan baju-bajunya.

Selesai mandi, Arjuna mematung di depan pintu sambil memperhatikan istrinya itu. Tengah malam dia sibuk memasukkan baju mereka ke dalam koper. "Heh mau ngapain? Kenapa baju-baju dimasukin koper?"

Laras mengusap keningnya yang berkeringat, kemudian menatap Arjuna sangat antusias. "Kita liburan!!"

Arjuna sedikit menganga mendengarnya. Liburan macam apa tengah malam begini?

"Liburan apa? Aku gak ada bilang ya kita mau pergi, bumil."

Laras berkacak pinggang sambil menunjukkan ekspresi tengilnya. "Memang gak ada. Aku yang mau sama anak kamu nih!"

Arjuna memejam sebentar. Tingkah random Laras kadang-kadang melampaui logikanya. "Maksudnya gimana? Mau ke mana sih?" Lama-lama Arjuna kesal juga.

"Ke Paris dong."

Betapa terkejutnya Arjuna mendengar itu. Matanya sampai membelalak dan menganga lebih lebar dari sebelumnya. "Apa-apaan ke Paris? Jam segini? Aku besok kuliah sama harus ke kantor."

Dan perdebatan pun terjadi. Pukul 12.15 malam.

"Aku udah pesan tiket satu jam sebelum kamu pulang. Tadi pagi tuh aku 'kan bosen, jadi nonton film From Paris with Love. Jadi, aku mau ke Paris."

Arjuna hanya bisa menggaruk keningnya yang tak gatal selama mendengar alasan Laras. Bukan dia tidak setuju atau melarang, masalahnya ini sudah tengah malam dan dia bahkan melakukan persiapan apa pun.

"Tapi-"

Ucapan Arjuna langsung dipotong. "Ajak Hana dan Jaden. Pokoknya kita harus pergi, Juna. Ini aku ngidam, memangnya kamu mau nanti anak kamu ngences?"

Arjuna mendesah panjang. "Gak gitu, bumilll ... tapi ini udah malam, aku belum izin atau apa pun."

Laras pun terduduk di tepi ranjang sambil menundukkan kepalanya. Tak lama bahunya naik-turun dan terdengar suara tangisan kecil. Oh, God. Arjuna habis akal menghadapi istrinya ini, tapi mau bagaimana lagi?

Arjuna pun mengambil ponsel di nakas dan langsung menelepon Jaden. "Harus lo jam segini?"

"Cepetan susun baju lo. Kita ke Paris. Ajak Hana juga."

"HAH? LO GILA?"

Laras sudah tidak menangis sewaktu Arjuna menelepon, tetapi saat Jaden memekik barusan tangisnya pecah lagi. Malah semakin kuat sampai-sampai Jaden bisa mendengarnya. "Huaaaaa!!"

Jaden terdengar mendengus sebal. "Si Laras?"

"Iya. Lo kalau nolak gue gak tanggung jawab nanti dia lakuin macem-macem ke elo.",

"Hana juga? Dia udah molor lah. Dia lagi tidur macam orang mati."

"Gue gak peduli. Pokoknya nanti lo berdua dijemput sopir. CEPETAN!"

Arjuna sendiri juga greget. Ditambah lagi Laras tidak mau berhenti menangis. "Jangan nangis lagi, iya kita pergi," ucap Arjuna sambil membelai kepala Laras lembut.

"Ja-jangan marah, kan, ini maunya anak kamu," lirih Laras.

"Tapi kamu kuat, kan? Aku yang takut kamu kenapa-napa lagi hamil gini."

The CEO Stole My Bra! ✓Where stories live. Discover now