《Disgusting》

689 88 17
                                    

Laras berjalan di belakang Arjuna masuk ke dalam rumah. Tampak Paula sedang menonton siaran televisi. Atensinya langsung teralihkan kala Arjuna membuka pintu.

Bisa Laras lihat jelas gadis itu tersenyum sangat lebar. Laras muak sekali melihatnya. Selama di sini, dia seperti tidak menganggap Laras ada. Acuh, menyapa pun tidak.

Walaupun dia mengetahui Laras hanya sekretaris, mengapa tidak mengajaknya berbicara, atau sekedar basa-basi. Apa dia tidak berpikir kalau nanti ada apa-apa dia pasti akan meminta bantuannya?

Kalau begitu jangan minta bantuan! Anggap saja tidak kenal! Laras emosi sendiri.

"Udah minum obat?" tanya Arjuna sambil mengusap kepala Paula.

Paula mengangguk senang. "Udah. Suster lagi keluar, tadi aku ngajak dia buat lomba makan samyang!"

Laras mendengus, dia tak ingin mendengar pembicaraan mereka langsung saja dia masuk ke kamarnya. Kamar baru yang membuatnya terpaksa menempatinya.

"Kak Laras?"

Kaki Laras kontan berhenti. Rasanya seperti sebuah keajaiban gadis itu memanggil dirinya. Apa, sudah merasa berdosa dia?

"Hm?" Laras bergeming tanpa membalikkan badan.

"Mau ikut makan? Kak Laras tahan pedas gak?" tanyanya lagi.

Laras merotasikan bola matanya. Dia pun membalikkan badan dan memasang wajah sinis. "Apa kita pernah sedekat ini? Look at you, now look at me."

Baik Arjuna maupun Paula, mereka sama-sama terdiam. Laras mengatakan itu dengan savage. Terutama Arjuna yang tidak menyangka Laras akan berkata hal seperti itu.

Akan tetapi, Laras tidak peduli. Yang dia tahu Paula hanya mencari muka di depan Arjuna. Berusaha sok dekat padahal nyatanya gadis itu ada niat buruk. Laras yakin sekali.

Sedangkan Paula hanya tersenyum pahit menatap kepergian Laras. Rasanya malu pasti. Sudah ditolak mentah-mentah, dihina pula. Double kill.

Suster pun pulang dengan membawa belanjaannya, Arjuna memilih beranjak kembali ke kamar.

"Ini sudah saya belikan. Mau dimasak sekarang? Biar saya bawah ke-"

"Gak usah! Buang aja!" ketusnya dengan perasaan sangat kesal. Karena Laras sangat berani mempermalukannya.

Suster Dian terpelongo sendiri. "Harus sabar menghadapi orang penyakitan."

•••••••

Laras tidak bisa tidur dan memilih menunggu Hana datang. Namun, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Dia mengira Hana, tapi nyatanya Arjuna. Dia pun membuang wajahnya, tak mau menatap Arjuna.

Arjuna berjalan mendekati Laras, kemudian mengambil posisi duduk di ranjang. "Kenapa tadi ngomong kayak gitu?"

Sudah Laras duga, pasti dia akan membicarakan soal tadi. "Memangnya kenapa? Aku salah?"

Arjuna mengedipkan mata. Entah mengapa Laras tampak sangat garang saat ini. "Enggak. Tapi apa harus se-kasar itu?"

Laras berdecak. "Yauda maaf. Puas?"

Arjuna mengernyitkan dahinya. "Kak, kamu kok-"

"Aku beda? Iya jelas! Kamu aja kali yang gak peka, dan gak paham perasaan aku gimana."

"Apa maksudnya?" Arjuna mendadak diserang pusing.

"Dia keterlaluan sikapnya ke kamu. Yang dia lakuin seharusnya aku yang lakuin. Minta dicium kamu, minta dipeluk kamu, pakai embel-embel sakit. Kamu kabulin pula! Dipikir aku bisa gitu mikir positif? Walaupun aku gak punya adik, tapi gak segitunya juga. Apalagi kamu udah punya istri!" Laras mengeluarkan unek-uneknya.

The CEO Stole My Bra! ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora