03. Jealous

1.9K 182 33
                                    

Maaf kalo ceritanya membosankan 😳
Tapi sebenernya masalah disini lebih fix dan lebih kompleks gitu 🌚

Enjoy~

~~~

Pulang sekolah Galang ingin bersantai. Dia biasa bersantai di sofa ruang tengah sambil bermain game di ponselnya. Tapi sekarang Galang sedang tidak ingin bermain game jadinya hanya tiduran saja. Mata Galang menatap langit-langit rumahnya dengan tenang. Pikirannya merenungkan tentang hari ini khususnya tentang Naura.

Galang tidak habis pikir bagaimana bisa Naura melupakannya padahal dulu waktu kelas tujuh SMP mereka pernah satu kelas walau tidak dekat. Dulu Galang, Umar dan Naura itu satu kelas. Hanya saja saat kenaikan kelas delapan Galang tidak lagi sekelas dengan dua orang itu. Tentu saja Naura mengingat Umar karena keduanya pernah sekelas selama tiga tahun lamanya. Benar-benar sebuah takdir yang menyebalkan untuk Galang. Terkadang Galang merasa iri pada Umar. Bukan 'terkadang' lagi sih, tapi memang sangat iri.

Ngomong-ngomong soal Naura, gadis itu menjadi semakin cantik. Galang suka melihatnya. Naura juga tumbuh dan menjadi makin berisi terutama di bagian pipi. Tiga tahun lamanya Galang selalu mengamati Naura secara diam-diam dan sekarang Galang ingin terus mengamati gadis itu meski dari kejauhan. Karena itulah Galang memutuskan untuk masuk ke sekolahnya yang sekarang. Galang meremat bantal kursi yang ada di pelukannya sekarang. Naura benar-benar cantik. Galang pun jadi meringis sendiri. Detak jantungnya semakin tidak bisa terkontrol saat berhadapan dengan Naura.

"Galang makan dulu. Udah mama sediain di meja." Sahut mamanya dari arah ruang makan.

"Mager ma." Sahut Galang dengan malas.

Ghiska yang berdiri di ambang ruang makan pun menghela nafas. Galang selalu saja begitu. Susah kalau disuruh makan. Mau tidak mau Ghiska pun mengambil piring yang sudah diisi nasi dan lauk pauk lalu membawanya ke ruang tengah. Ghiska menghampiri anak bungsunya.

"Makan dulu sini."

Melihat Ghiska datang Galang pun langsung bangun dan duduk di sebelah mamanya. Galang memang lapar tapi males makan. Itu kebiasaan Galang sejak dulu dan susah dihilangkan. Galang menerima suapan pertama dengan lahap karena perutnya memang lapar. Galang juga tahu kebiasaannya ini tidak baik tapi dia seperti tidak bisa berubah

"Kamu itu udah mau enam belas tahun masa harus disuapin terus kalo makan." Ujar Ghiska.

Galang malah bersandar pada bahu mamanya sambil terus mengunyah. Galang ini memang manja. Kalau sudah di rumah pasti akan selalu nempel sama Ghiska terus. Di rumah ini dia lah yang paling manja apalagi pada Ghiska. Baginya hanya Ghiska lah tempat yang paling nyaman untuk bersandar.

"Besok disuruh bawa yang aneh-aneh lagi sama kakak kelas, ma." Gumam Galang.

"Iya nanti mama bantuin cari."

"Galang ketemu banyak temen SMP. Kenapa ya mereka mau aja sekolah disitu."

"Ya kan sekolahnya favorit, elit pula. Jadi pada pengen masuk situ kali." Balas Ghiska sambil kembali menyuapi.

Galang mendengus.

"Bagus sih cuma kok mereka mau aja sekolah berdampingan sama anak-anak yang kelainan? Aku sih sebenernya ogah."

"Hush! Jangan gitu nyebutnya, berkebutuhan khusus kek." Ghiska langsung mengomeli anaknya.

"Ya gitu lah pokoknya."

"Namanya juga sekolah inklusi, Galang." Ghiska mengelus kepala Galang lembut.

Tapi ngomong-ngomong, Galang belum bertemu dengan orang yang berkebutuhan khusus dari angkatannya. Di kelasnya pun bahkan tidak ada atau mungkin Galang belum begitu berbaur. Seharian ini Galang hanya sibuk memikirkan Naura. Seolah seluruh pusat hidupnya saat di sekolah hanyalah Naura.

My Bad Baby Boy (Complete)Where stories live. Discover now