23. Seeds Of Hatred

694 98 21
                                    

Galang berjalan beriringan bersama Biru, menyusuri sepanjang koridor dan berniat pergi ke kantin sebentar sebelum bel masuk berbunyi. Biru terlihat terus-terusan membuat lelucon dan mengajaknya bercanda. Galang pun meladeni lelucon itu dengan tawanya. Alhasil jika kalian perhatikan kedua orang itu dari jauh, mereka berdua berjalan seperti orang gila yang sedang mabuk sambil tertawa-tawa tidak jelas.

Suara tawa Galang yang begitu khas sampai bisa terdengar di ujung koridor sana jika kalian mau tahu.

Sementara dari arah yang berlawanan Naura berjalan sambil terus menunduk. Raut wajahnya juga terlihat suntuk. Dari kejauhan Naura sudah melihat Galang dan Biru jadinya gadis itu sudah antisipasi untuk mengabaikan kedua orang itu. Tapi sayangnya tidak semudah itu. Galang langsung bersikap kalem dan mengamati Naura yang akan berpapasan dengannya sebentar lagi.

Kening Galang berkerut samar. Sempat terdiam selama beberapa saat setelah Naura melewatinya sambil menunduk. Gadis itu seperti pura-pura tidak melihat keberadaannya.

"Weh, ngapa?" Tanya Biru yang heran karena Galang tiba-tiba berhenti.

Galang pun langsung berbalik dan menarik tangan Naura. Tangannya menyentuh pipi Naura terlihat memerah. Warna merah itu sangat terlihat jelas karena kulit wajah Naura yang putih dan cerah.

"Kamu kenapa?" Tanya Galang dengan nada khawatir.

Naura berdecak kemudian menepis tangan Galang. Tanpa berkata apapun Naura kembali melanjutkan langkahnya. Terasa sangat aneh bagi Galang.

Galang pun kembali maju untuk menarik ikat rambut Naura dan melepasnya sehingga rambut panjang itu jadi menjuntai bebas menutupi bahu gadis itu. Naura terkejut. Ia langsung berbalik melotot tak suka pada Galang.

Tapi perlakuan Galang setelah menarik ikat rambutnya itu langsung membuat Naura tertegun. Galang merapikan rambutnya dan membawa sebagian rambutnya ke wajah untuk menutupi bekas kemerahan itu. Galang menghela napas. Cowok itu memberikan kuncir rambutnya pada Naura dan tersenyum tipis.

Galang menunjuk pipi Naura.

"Pake bedak." Bisiknya.

Lalu setelah itu Galang kembali pada Biru.

Naura hanya bisa mendengus sebal. Tangannya meremat kuncir rambutnya sendiri. Hatinya tiba-tiba terasa panas melihat Galang selalu memperlakukannya dengan lembut namun terkadang juga cowok itu bersikap egois.

"Lo punya Galang. Gue gak suka itu."

Naura tidak pernah meminta Galang untuk membantunya. Naura juga tidak pernah sedikitpun mendekati Galang karena kemauannya. Tapi kenapa hanya karena Galang, ia jadi dibenci oleh Lyla bahkan mungkin orang-orang lainnya?

Naura memandang punggung mungil yang kian menjauh memasuki lift itu dengan tatapan penuh dendam.

"Gue benci lo, Galang."

🌜🌜🌜

Rangga mendengus sebal setelah melihat dengan jelas score miliknya ketinggalan jauh ditampilkan di layar dengan jelas. Ia kalah. Matanya pun bergerak melirik saingan mainnya.

Ethan pun bersorak gembira sambil mengibaskan tangannya. Berlagak sombong karena telah berhasil memenangkan tiga pertandingan sekaligus. Rangga yang tak kuasa melihatnya pun membanting konsol di tangannya.

"Arghh! Payah!" Gerutu Rangga sambil memukul karpet dengan gerakan dramatis.

"Lo yang payah hahay! Mana ditonton anak lo tuh." Ethan semakin tertawa puas.

Rangga melirik ke belakang. Kedua anak pria itu sedang duduk di atas sofa, memakan camilan sambil sedari tadi menonton pertandingan para ayah mereka. Galang tersenyum mengejek pada Rangga walau sebenarnya ia juga tidak terima papanya kalah tiga pertandingan sekaligus.

My Bad Baby Boy (Complete)Where stories live. Discover now