20. Bullshit

831 112 31
                                    

Kabar gembira, hari ini Galang sudah bisa kembali bersekolah lagi. Tidak ada yang namanya pindah sekolah karena sampai kapanpun Galang tidak akan pernah mau pindah sekolah, sekalipun ia benci satu sekolah dengan Kana.

Ghiska dan Rangga berdiri di ambang pintu kamar anak cowok itu. Ghiska menatap Rangga sambil tersenyum geli karena melihat Galang yang sedang bersiap-siap dengan semangat.

"Seumur-umur.. mama gak pernah liat kamu se-semangat kayak gini kalo mau sekolah, Lang." Sahut Ghiska.

Galang hanya tersenyum miring dan mulai memakai dasinya. Hari ini upacara jadi harus memakai atribut lengkap. Kalau tidak lengkap bisa diberi sanksi. Ghiska pun membantu anaknya memakai dasi.

Oh ya, Rangga dan Galang juga sudah berbaikan. Kemarin setelah kakek dan neneknya pulang ke Bandung, Galang merengek dan mendekati sang papa untuk diberi izin kembali bersekolah.

"Jangan bolos lagi, Galang." Tukas Rangga.

"Iya, pa."

"Iya iya doang dari dulu juga tapi tetap dilakukan." Rangga mendengus.

Galang hanya berdecak.

"Masalahnya sekolah kamu yang sekarang ini orang-orangnya kenal sama papa jadi malu kalo sampe kamu berulah. Papa itu wali kamu di sekolah, menggantikan mama yang udah jadi walinya Kana, tau?"

"Iya pa, iya." Galang menggerutu.

Ghiska mencubit pipi Galang dengan gemas.

"Gemes amat sih kamu! Sini cium dulu!"

Ghiska menarik wajah Galang lalu mencium kedua pipi anak itu dengan gemas. Rangga mendengus sebal melihat pemandangan itu.

"Dia udah besar Ghiska, jangan dicium cium kayak gitu lagi." Protes Rangga.

"Hihi habisnya gemes."

Rangga hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Tatapan Rangga berpindah ke pintu kamar Kana yang terbuka. Gadis itu keluar dari kamarnya dengan senyuman.

"Pagi pa." Sapa Kana.

"Pagi sayang. Hari ini kamu diantar papa, mau?"

Kana pun malah menunduk malu.

"A-aku dijemput Axel, pa." Katanya sambil tersipu.

"Oh yaudah. Yuk turun, kita sarapan dulu."

Rangga segera merangkul putri sulungnya, menuntunnya menuju ke lantai bawah. Rangga memaklumi anak gadisnya yang sudah punya pacar. Meski waktu Kana jadi berkurang dan mulai jarang ada di rumah, tetapi Rangga juga sadar kalau dulu ia pernah muda.

Galang juga sudah siap dan keluar dari kamarnya. Galang melirik jam di ponselnya.

"Aduh, aku langsung berangkat aja."

"Sarapan dulu lah masih kepagian kamu berangkatnya." Sahut Ghiska.

"Gak. Aku mau naik ojek online aja. Ma, Pa, aku berangkat dulu."

Terburu-buru Galang menuruni anak tangga sambil sedang memesan ojek online untuk menuju sekolah. Galang juga mengabaikan teriakan Ghiska yang menyuruhnya sarapan dan membawa bekal. Tumben sekali anak itu terlihat sangat bersemangat dan berangkat sangat pagi ke sekolah.

Ghiska hanya bisa menghela napas.

"Haduh anak itu. Galang pasti semangat karena kangen mau ketemu Naura deh itu. Pasti." sahut Ghiska.

Rangga juga setuju dengan pernyataan istrinya.

Apalagi sudah seminggu Galang tak bisa sekolah. Kedua orang tua Galang sendiri pun tahu penyebab Galang bersemangat sekolah. Anak mereka yang satu itu sejak dulu tidak pernah bergairah tentang sekolah kecuali ada pemicu yang sangat kuat. Yaitu Naura.

My Bad Baby Boy (Complete)Where stories live. Discover now