34. Threat

624 86 14
                                    

Baik Naura terlebih lagi Galang langsung membeku mendengar tawaran Alan yang terdengar begitu lancang. Bahkan Naura sendiri langsung menganggap jika Alan sedikit keterlaluan karena menanyakan hal tidak pada tempat dan waktunya.

Galang menggeram kecil dan menggertakkan giginya. Merasa marah dengan perkataan Alan. Saingannya itu berulah lagi. Galang pun menarik bahu Naura dan membuat gadis itu menghadapnya.

"Serius kamu pernah ngomong kayak gitu?!"

Naura meringis pelan. "I-iya."

Galang mengerjap tak percaya dan tersenyum sinis. Galang benar-benar tidak menyangka jika Naura pernah membandingkan dirinya sepert itu. Apakah cewek itu bodoh atau bagaimana?

Raut wajah gadis itu juga terlihat bingung, kesal bercampur marah. Campur aduk menjadi satu. Naura pun kembali menatap Alan.

"Lan tentang itu ... " Naura pun bingung harus menjawab bagaimana. 

"Jawab aja, Naura. Lo mau jadi pacar gue atau Galang?"

Galang langsung jadi gelisah. Seperti de javu yang entah ke berapa kalinya harus melihat Naura diajak berpacaran oleh cowok lain tepat di depan matanya. Galang pun jadi seperti trauma. Galang tidak ingin mendengar jawabannya meski ia tidak tahu pasti perasaan Naura pada Alan. Cowok itu langsung melenggang pergi dengan tergesa meninggalkan kedua orang itu.

Melihat Galang tiba-tiba pergi seperti itu membuat Naura jadi agak panik sendiri. Gadis itu hendak mengejar Galang namun Alan menahannya.

"Lan."

"Jawab dulu, Nau," ujar Alan dengan sedikit memaksa.

Naura berdecak. "Lan, bisa gak dijawabnya nanti aja?"

"Gak bisa."

"Kenapa?" Naura mengernyit.

Alan menghela napas. "Kenapa harus nanti? Seharusnya lo gak perlu berpikir lagi disaat kondisinya udah kayak gini. Sekarang lo udah tau perasaan si Galang. Jadi pacar gue aja ya?" Alan terlihat memohon di akhir kalimatnya.

"Tapi Galang gak ngajak gue pacaran. Dia cuma nyatain perasaannya jadi kenapa gue harus jadi pacarnya?" tanya Naura lalu tersenyum getir.

"Ya lo pikir dia bakal cuma terus-terusan bilang suka doang? Lo gak liat gue sekarang?" Alan tersenyum sinis.

Naura mengernyit samar lalu menghempaskan tangan Alan dengan sedikit kasar. Naura mulai merasa jika Alan semakin aneh. Tidak sadarkah cowok itu bahwa Naura tak lagi nyaman berada di dekatnya semenjak di cafe waktu itu? 

Naura menghela napas pendek. "Kalo gitu gue gak mau jadi pacar lo. Itu jawaban gue."

🌜🌜🌜


"Galang tunggu!"

Naura berusaha mengejar langkah Galang yang sangat cepat. Semakin Naura mengejarnya maka Galang semakin mempercepat langkahnya untuk menjauhi gadis itu. Galang tidak ingin mendengar apa pun. Ia tidak mau tahu jika nyatanya Naura benar-benar menerima Alan.

Inilah yang Galang takutkan saat menyatakan perasaannya pada Naura. Gadis itu tidak pernah memilihnya. Bahkan belum apa-apa Naura sudah berniat memilih Alan dibandingkan dirinya. Jadi, bukankah jawabannya sudah jelas tanpa harus diperjelas lagi?

"Lang!"

Naura tidak ingin menyerah. Gadis itu mencoba berlari namun tidak didukung karena tali sepatunya yang kusut dan tak sengaja terinjak olehnya. Alhasil Naura malah tersungkur ke depan.

Brukk

"Akh!"

Gadis itu meringis. Lututnya menghantam permukaan lapangan dengan sangat kencang. Telapak tangannya juga sedikit tergores. Naura pun mendongak dan melihat Galang yang berlari  ke arahnya. Raut wajah Galang terlihat cemas.

My Bad Baby Boy (Complete)Where stories live. Discover now