18. Punishment

843 120 17
                                    

Sepulang sekolah Julian mengajak Naura untuk berkeliling Mall walau awalnya agak susah mencari gadis itu selama di sekolah tadi karena Naura terus menghindar serta bersembunyi. Naura belum siap bertemu Julian karena gosip yang beredar itu. Naura takut Julian akan marah dan cemburu. Tapi nyatanya saat pulang sekolah Julian langsung menerobos masuk ke dalam kelasnya sebelum Naura sempat melarikan diri. Akhirnya mereka pun jadi pergi main bersama.

Mereka mencoba banyak hal bersama seperti masuk ke toko aksesoris lalu mencoba beberapa bando lucu, berfoto box, membeli minuman enak dan bermain timezone. Mereka juga main mesin capit boneka seperti adegan di drama romantis pada umumnya. Dan Julian berhasil mencapit satu boneka dinosaurus berleher panjang yang entah apa namanya. Author juga lupa nama dinosaurus berleher panjang itu.

Meski semua yang mereka lakukan itu cukup banyak kecanggungan karena Julian yang benar-benar sangat kaku. Naura bahkan tidak percaya jika ia punya pacar sedingin dan sekaku ini. Tapi tak apa, Julian terlihat menikmati waktu bersama mereka meski tidak bisa menunjukkannya seperti Naura yang periang.

Sebelum pulang ke rumah masing-masing, mereka mampir ke salah satu cafe yang memang ingin Naura datangi. Hanya memesan camilan karena mereka sudah makan saat semasih di Mall tadi.

"Kak Julian lebih suka rasa vanilla atau coklat?"

"Vanilla. Saya suka."

Mata Naura terbelalak.

"Wah, sama dong kita. Jodoh emang."

Juliam pun tersenyum sambil tangannya mengusap kepala Naura.

"Makanlah dengan nikmat."

"Iya."

Ngomong-ngomong Naura belum pernah melihat Julian tertawa lepas seperti kebanyakan orang. Setiap ada hal lucu yang benar-benar lucu Julian hanya mampu tersenyum sambil menampilkan gigi-gigi putihnya. Tapi itu namanya tetap bukan tertawa. Ia jadi curiga apakah Julian ini tidak punya kotak tertawa atau bagaimana.

Atau mungkin kotak tertawanya sudah rusak karena dulu Julian itu tukang tertawa setiap waktu sampai akhirnya kini jadi tidak bisa tertawa.

"Oh ya, tadi kak Julian kok bisa ngobrol sama papanya Galang sih?"

Julian menyesap minuman coklat dinginnya sebentar lalu segera menjawab pertanyaan kekasihnya.

"Iya. Tadi saya dipanggil karena ada orang tua yang mau bertemu. Ternyata dia ayahnya anak itu."

"Terus ngobrolin apa aja tuh?"

"Tentang kejadian kemarin."

"Ohh. Kok guru-guru bisa tau? Padahal kan kemarin gak sampai ada guru yang tau. Atau mungkin ada murid yang lapor kali ya. Tapi kan.." Naura tiba-tiba menggumam sendiri.

Julian tersenyum tipis.

"Saya sendiri yang melaporkannya."

"Eh? Kok gitu?" Mata Naura langsung setengah melotot.

"Bukan, bukan seperti yang kamu pikirkan. Karena luka di wajah saya ini para guru jadi bertanya dihari itu juga. Dan saya hanya menjawab sebisanya." Jelas Julian.

"T-tapi kan bisa bilang kalo kamu jatuh aja gitu."

Julian menggeleng.

"Tidak ada yang percaya jadi saya menjawab dengan jujur pada akhirnya. Awalnya saya juga khawatir jika Galang akan kena surat peringatan."

Naura menghela napas. Sekarang Naura bingung harus kasihan pada siapa. Jelas Naura lebih memilih untuk kasihan pada Julian karena ia pacarnya. Tapi begitu melihat Galang yang kena skors dan diseret pulang oleh papanya tadi membuat Naura jadi merasa sedikit kasihan.

My Bad Baby Boy (Complete)Where stories live. Discover now