29. New Girl

681 86 16
                                    

⚠️WARNING⚠️

Mengandung adegan yang tidak patut ditiru

Ambil sisi positifnya saja ya teman-teman 😊

~~~

Sejak usianya lima tahun, Galang tidak pernah akur dengan kakak perempuannya. Alasannya karena Kana buta. Galang malu memiliki seorang kakak buta. Bahkan saat masih kecil Galang seringkali ditertawakan oleh teman-temannya karena memiliki kakak yang cacat. Meski Galang tidak pernah tahu penyebab Kana menjadi buta itu apa, ia tetap malu hingga berujung jadi membenci Kana yang ia anggap sebagai aib yang perlu ia tutup rapat agar tidak ditertawakan teman-temannya lagi. Orang tuanya hanya menjelaskan jika Kana seperti itu karena kecelakaan. Tapi Galang tidak peduli, intinya dia malu dan benci kenapa harus terlahir di keluarga yang memiliki anggota yang cacat.

Terlebih dari itu, sejak kecil Galang selalu memperhatikan sikap kedua orang tuanya. Mereka selalu memperhatikan kakaknya dengan sangat baik dan nyaris melupakan kehadiran Galang di rumah itu. Galang merasa bahwa orang tuanya telah pilih kasih. Mereka hanya menyayangi Kana tapi tidak dengan dirinya. Terbukti setiap kali Kana sakit-sakitan, Galang jadi tidak diperhatikan. Padahal ia memiliki dua orang tua yang seharusnya bisa saling membagi tugas mengurus anak-anak mereka.

Maka dari itu Galang tumbuh dengan terbiasa menjadi anak yang manja dan suka membuat onar dimana-mana demi mendapat perhatian orang tuanya sendiri. Galang jadi enggan melakukan apapun sendiri dan selalu memaksa mamanya untuk terus mengurus serta memperhatikannya seperti bayi. Orang tua Galang juga sering dipanggil ke sekolah karena Galang yang selalu membuat ulah, sama seperti saat ini. Kebiasaan itu masih berlangsung. Galang akan melampiaskan kekecewaannya dengan membuat ulah dimana-mana. Ia juga akan melakukan apapun sesukanya tanpa memikirkan orang lain.

Hari ini Galang berniat bolos dari jam pertama hingga jam istirahat pertama. Selain karena tidak mood, Galang juga merasa agak pusing karena lebam di wajahnya bekas kemarin belum sembuh. Galang tidak mengompresnya semalam. Mamanya berusaha masuk ke kamarnya untuk mengompres lebam di wajahnya itu tetapi semalaman Galang tidak keluar kamar dan mengunci pintu. Suasana hatinya benar-benar sedang tidak bagus. Tetapi Galang terpaksa harus ikut kelas karena ada ulangan harian. Malas sih, tapi Galang lebih malas jika harus susulan sendirian. Alhasil Galang tetap mengikuti ulangan harian meski dengan rasa pusing dan mata yang sedikit bengkak.

Teman-teman serta beberapa guru sempat mengkhawatirkan kondisi wajah Galang yang agak bengkak memang tetapi pemilik wajahnya malah bersikap cuek dan masa bodoh dengan wajahnya sendiri.

"Kaga bawa bekal lo, bre? Tumben." Sahut Umar.

"Lagi musuhan sama emaknya pasti." Celetuk Biru yang sialnya sekaligus mengatakan fakta.

"Emang iya? Sok tau anjir." Ujar Umar sambil menoyor pelan kepala Biru.

Galang menghela napas dan bangkit dari kursinya.

"Heem. Minggir, Bi."

"Kemana lo? Kantin? Nitip dong!"

"Ck. Gak! Gue mau ke toilet."

"Wokeh. Balik ke kelas ya jangan bolos." Sahut Umar.

Galang tak merespon. Ia berjalan keluar kelas dan berjalan tak tentu arah. Ia berbohong bilang ingin ke toilet. Padahal sebenarnya Galang hanya ingin keluar dan entah kemana, inginnya ke tempat yang sepi untuk memenangkan diri. Mungkin ke atap?

Tidak. Galang sedang malas ke atap karena cuaca hari ini lumayan terik. Kakinya pun malah melangkah ke lapangan tenis. Di sana sepi karena lapangannya juga jarang digunakan. Mungkin sebentar lagi lapangan itu akan dipakai saat classmeeting.

My Bad Baby Boy (Complete)Where stories live. Discover now