23:: Bakar!!!

21K 5.8K 1.3K
                                    

"Biarin! Gue masih marah!"

*****

Semua mata tertuju pada rombongan yang masing-masing membawa balok kayu melintasi tengah-tengah kampus. Mereka berjalan berbaris dipimpin oleh Khalid yang sorot matanya berkobar.

Beberapa dosen yang melihat langsung mengisyaratkan pengamanan di seluruh area kampus. Pun mahasiswa sudah kalang kabut panik melihat rombongan Khalid beserta anak dari organisasi mapala yang entah berencana apa dengan kayu yang mereka bawa, ada satu jerigen ditenteng oleh Kevin dan tas besar di punggung Arsyad.

Hari sudah menjelang sore. Dan aktivitas kampus sudah berkurang. Namun, karena adanya situasi menegangkan ini, para mahasiswa diarahkan untuk pulang lebih awal. Sebagian memilih untuk tetap tinggal dan menonton aksi Khalid dan kawan-kawan. Sebagian lagi bergegas pulang, takut-takut terlibat masalah.

Karena gedung kampus itu didirikan membentuk persegi dengan hamparan luas di tengahnya, jadinya, semua mahasiswa dari fakultas lain mampu melihat rombongan tersebut berjalan membelah dari teras kelas masing-masing.

Sekar yang baru saja melihat Rani keluar dari toilet langsung menyerbu, menarik tangan Rani untuk melihat apa yang menjadi pusat perhatian di sana.

"Bang Khalid kayaknya beneran mau bakar kampus, Ran!" Sekar panik.

"Hah? Itu beneran Khalid?" Rani menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas.

"Beneran! Gue liat tadi. Mereka bawa minyak tanah!"

Rani bergegas menuruni tangga hendak mencegah aksi Khalid. Sejujurnya ia masih belum ingin menemui Khalid karena masih marah dengan kejadian kemarin. Berharap Khalid tidak akan berbuat masalah yang akan mencelakakan dirinya. Dan hari ini, Khalid membuktikan kalau ia tak mengindahkan peringatan Rani yang khawatir.

Rani geram! Kenapa harus menyelesaikan masalah seperti ini? Kenapa ia harus melawan ayahnya dengan cara berniat membakar kampus? Tidak bisakah dia cukup berdiskusi dan membicarakannya baik-baik saja? Rani kesal bukan main.

Ia menuruni tangga tergesa-gesa hingga ia sempat tersandung beberapa kali. Ia sudah sampai di lantai terbawah. Khalid sangat jauh dari pandangannya. Arah kakinya sepertinya melangkah ke arah fakultas pertanian. Segera Rani berlari ke arahnya sekuat tenaga. Terlihat, beberapa staff dan satpam sudah menghalanginya tapi Khalid seperti ngotot dan entah apa yang ia katakan hingga satpam itu pun berhenti mencegahnya.

Masih ada 100 meter hingga Rani bisa menghampirinya. Tapi kakinya sudah tak sanggup untuk berlari.

"Khalid!" teriak Rani frustasi.

Khalid menoleh dan seketika melotot kaget. Rani dengan rambut berantakan dan napas tersengal berdiri kelelahan di sana.

"Jangan macam-macam yah kamu!" peringat Rani memaksakan langkahnya berjalan pelan.

"Gimana nih, Bang? Lanjut nggak nih?" tanya Arsyad.

Khalid menetralkan wajahnya terkejutnya segera. "Lanjut aja, jangan peduliin dia," kata Khalid melanjutkan langkahnya.

"Khalid! Jangan nekad!" teriak Rani lagi. Frustrasi.

"Gimana nih, Bang? Kayaknya Rani nangis tuh," bisik Arsyad berjalan di sisi Khalid.

"Biarin! Gue masih marah," jawab Khalid cuek.

Rani menghentakkan kakinya. Berlari kecil ke arah Khalid. "Khalid! Kenapa sih kamu nggak mau dengerin aku?!"

Arsyad dan Kaisar mulai khawatir mendengar suara serak Rani. Sementara itu Khalid masih terus berjalan. Tidak berniat untuk menoleh melihat kekasihnya.

Pemulung; Penggombal Ulung (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang