15:: Adab minum

21.4K 5.2K 593
                                    

"Kamu cemburu, sayang?"

*****

Seluruh pasang mata mengarah ke sudut ruangan dimana orang asing itu duduk tanpa rasa malu di kelas yang seharusnya bukan tempatnya berada.

Rani tak ingin ambil pusing dengan tatapan heran dari teman sekelasnya, ia juga sudah menyerah pada sikap ngotot Khalid yang memaksa untuk tetap tinggal di kelas Rani meski ia tahu dosen akan segera masuk.

Sudah diusir berapa kali pun, Khalid tetap duduk di dekat Rani dengan mengelak ada seseorang yang merekatkan bokongnya dengan lem di kursi.

"Kamu beneran mau tetap di sini sampai kuliah aku selesai?" bisik Rani pada Khalid yang sedang mencoret-coret buku Arsyad.

"Iya. Kan, aku mau temani kamu terus hari ini," jawab Khalid tanpa menoleh. Ia cekikikan melihat buku Arsyad yang telah ia coret di bagian gigi dan mata gadis gadis yang menjadi sampulnya.

"Tapi nggak gini juga tau. Tungguin aku di luar aja sana," suruh Rani mendorong lengan Khalid pelan.

"Nggak. Kamu sendiri yang minta mau ditemani lebih lama. Sampai kamu pulang, aku bakal ada di samping kamu. Lagian, kalau aku keluar, bisa-bisa Aksara tinggal nama doang."

Rani menghela napas panjang. Perempuan itu menyerah.

Selang beberapa menit, dosen yang membawakan mata kuliah di kelasnya sudah masuk. Laki-laki tua berkepala botak dengan kacamata bertengger di hidung besarnya itu berjalan lambat menuju kursi dosen. Khalid geleng-geleng kepala. Seharusnya di usia tua seperti itu, ia sudah tidak lagi memaksakan dirinya untuk bekerja. Kendati demikian, hal baiknya adalah, dosen itu tidak akan mampu mengenali wajah mahasiswa satu persatu. Jadi, Khalid tidak perlu khawatir jika ketahuan nanti.

"Untung aja aku ada di dekat kamu. Jadi, kalau kamu bosen liat mukanya dosen itu, boleh banget liat muka ganteng aku ini," bisik Khalid menggoda Rani.

Perkuliahan pun dimulai, dosen itu mengabsen mahasiswa satu persatu dilanjutkan dengan pemberian materi kuliah. Khalid menopang dagu menatap mata Rani yang bulat dan bersih. Apabila perempuan itu tersenyum, matanya akan membentuk lengkungan cantik seperti bulan sabit. Pandangannya turun pada bibir mungil yang bergerak lucu menggumamkan materi yang dijelaskan dosen.

Rani melirik sekilas wajah Khalid yang terus menatapnya tanpa berkedip. "Apa liat-liat?" ketus Rani setengah berbisik.

"Kamu cantik," jawab Khalid tanpa memalingkan wajahnya.

"Udah tau! Abah sering bilang gitu."

"Kamu tau nggak, perbe--"

"Udah, nggak usah gombal lagi. Aku mau fokus dulu," potong Rani yang seperti sudah tahu maksud Khalid tadi.

"Ya udah, aku kasih kamu kata-kata bijak aja, yah."

"Kata-kata bijak? Emang kamu bisa?"

"Bisa dong! Dengerin yah." Khalid berdeham singkat lalu kembali berujar, "Malam-malam aku sendiri, tanpa cintamu lagi, hanya satu keyakinanku, bintang kan bersinar, menerpa hidupku, bahagia kan datang."

"Itu lagu, bukan kata-kata bijak." Rani melirik tajam sekilas.

"SSK."

Pemulung; Penggombal Ulung (Terbit)Where stories live. Discover now