02:: Mahasiswa kuda-kuda

44.5K 7.2K 1.8K
                                    

"Hm ... Aku mencium bau-bau jodohku di sekitar sini."

*****

"Kar!"

"Berapa kali gue harus bilang, jangan panggil gue 'Kar'!"

"Terus lo mau di panggil apa? Masa Sek? Nanti orang mikir gue panggil elo sex."

"Panggil Sekar aja kali."

Rani mendecih pelan. "Ribet lo!"

"Sekar," ulang Rani menatap malas teman kuliahnya itu.

Sekar menoleh sekilas. "Apa?" jawabnya ketus sambil mengunyah bakso dalam mulutnya.

"Gue mau minta pendapat lo tentang konsep kedai gue nanti," ungkap Rani sambil mengaduk mi bakso di depannya.

Sekar meneguk air putih dahulu sebelum berkata, "Emang udah dapat lokasinya?"

"Udah. Gue nemu ruko di koran. Lokasinya juga strategis ."

"Em, jualan lo gimana?"

"Gue masih tetap jualan. Jiwa bisnis gue nggak bisa hilang," jawab Rani santai.

Sekar mendecih dan geleng-geleng kepala. Semua bakso yang ada di mangkok sudah tandas tanpa sisa. Ia kemudian beralih menepuk bahu Rani dan berkata, "Dasar mahasiswa kuda-kuda."

Rani melirik sekilas. "Gue bukan mahasiswa kuda-kuda, tapi kubis."

"Apaan tuh?"

"Kuliah bisnis," jawab Rani diakhiri senyum menyengir.

Aranika Dwi Pradipta adalah salah satu mahasiswa yang menempuh kuliah di jurusan manajemen dan bisnis. Kesukaannya pada sesuatu yang berhubungan dengan bisnis sejak SMA membawanya mengambil kuliah jurusan bisnis dan manajemen yang dianggap sesuai dengan passionnya.

Julukan Mahasiswa kuda-kuda adalah sebutan untuk mahasiswa kuliah-dagang kuliah-dagang. Rani akan datang ke kampus sambil menenteng tas ransel besar yang di dalamnya terdapat barang-barang yang ia jual. Macam-macam jenisnya. Mulai dari masker perawatan wajah, minyak wangi, kaos kaki, hingga perawatan kulit berbagai merek turut ia jual.

Tidak hanya berjualan itu saja, Rani juga mengembangkan kemampuan usahanya di bidang kuliner. Kecintaannya terhadap memasak juga tak ia sia-siakan. Rani juga membuat bisnis jualan kue yang dijajakan sekitar kampus dan tetangganya.

Lalu karena bakat dan usahanya, Rani mendapat dukungan penuh dari sang ayah yang ia panggil dengan sebutan 'Abah'. Cita-citanya untuk membuat sebuah kedai akhirnya perlahan bisa ia wujudkan.

Gadis berambut sebahu itu, acap kali mengatakan ingin mempunyai menantu perempuan yang bisa memasak juga. Padahal, menikah saja, belum. Alasannya mengatakan demikian karena ia ingin berdiskusi dan banyak mengobrol tentang bumbu dapur bahkan mungkin membangun bisnis bersama.

Rani memang seperti itu. Ia selalu memikirkan hal-hal terlalu jauh. Tapi, mungkin tidak ada salahnya berandai-andai setinggi-tingginya. Sebab, Rani bisa membuktikan, satu persatu impiannya akan segera terwujud.

Soal asmara, Rani terbilang cukup mudah jatuh cinta tapi akan sulit untuk melupakan. Kisah percintaannya dengan salah satu seniornya yang juga merupakan kakak kandung dari salah seorang sahabat baiknya-- Arsyad-- terbilang cukup pedih.

Pemulung; Penggombal Ulung (Terbit)Where stories live. Discover now