11::Tamu pagi buta

23K 5.3K 608
                                    

"Semoga cepat putus urat nadi lo."

*****

Rani menghela napas ringan di pagi yang cerah hari ini. Pagi-pagi buta, Khalid sudah ada di rumahnya untuk menjemput. Padahal, mata kuliah pertamanya baru dimulai pukul 8 nanti.

Perempuan berambut pendek itu menatap malas Khalid yang berjongkok di halaman rumahnya, membolak-balikkan bangkai kecoa yang ia jadikan tumbal semalam dengan sebuah ranting kayu. Tak habis pikir dengan tingkah konyol pacarnya itu, Rani geleng-geleng kepala.

Mendengar seseorang mendecih di ambang pintu, Khalid mengangkat wajahnya dan seketika langsung menerbitkan senyum tiga jari. "Selamat pagi duniaku dan seisinya," sapa Khalid lalu bergegas menghampiri Rani yang masih bermuka bantal.

"Ini masih jam 6 lho. Mau ngapain sih?" tanya Rani jemu. Menahan bibirnya agar tidak menguap di depan pacarnya saat ini.

"Mau lihat pacarku lah. Ternyata mukanya pas bangun tidur, lebih cantik dari biasanya."

Rani memutar bola matanya malas. Masih pagi dan dia sudah ingin muntah mendengar gombalan Khalid.

"Duduk du--" Lagi-lagi, Khalid mendahului untuk duduk sebelum dipersilakan. "Gue mau mandi dulu," lanjut Rani.

Khalid mengangguk seraya tersenyum lebar. Namun saat Rani hendak berbalik, tangannya di tahan oleh Khalid.

"Kalau sama aku, jangan pakai gue-lo yah," kata Khalid memperingatkan.

Rani mendengus pelan namun tak urung ia mengangguk menyetujui. Ia kembali melangkah, namun Khalid kembali menarik lengannya.

"Aku boleh minta air? Terlalu semangat ketemu kamu sampai lupa minum air dulu," kata Khalid menyengir lebar.

"Iya," jawab Rani sekenanya lalu melanjutkan langkahnya. Rani menyentak kasar tangan Khalid ketika yang ketiga kalinya laki-laki itu menahannya lagi.

"Apa lagi sih? Ya ampun!" kesal Rani.

"Aku cinta kamu, Ran."

Air muka Rani yang semula memberengut kesal langsung luluh lantah mendengar kalimat Khalid yang mengucapkannya penuh keseriusan. Ia menoleh cepat lalu berlari kecil masuk ke dalam rumahnya bergegas mandi.

Kekehen kecil Khalid tak mampu ia tahan melihat Rani yang sangat menggemaskan dari hari ke hari. Sudah dipastikan, Khalid jatuh cinta sedalam-dalamnya pada perempuan bernama lengkap Aranika Dwi Pradipta itu. Satu hal yang pasti, ketika ia telah menjatuhkan pilihannya pada satu perempuan, segalanya akan ia usahakan untuk tetap mempertahankan orang itu di sisinya.

Suara dehaman singkat dari Abah membuat Khalid menoleh. Didapatinya laki-laki berdiri tegap berseragam polisi dan di belakangnya ada Ibu Rani berpakaian seragam guru hendak berangkat mengajar di sekolah.

"Selamat pagi Abah, selamat bertugas," kata Khalid penuh semangat.

Abah tertawa ringan lalu berujar, "Selamat pagi calon menantu, selamat pacaran."

Khalid ikut tertawa menanggapi lalu beralih menatap Ibu Rani yang tersenyum tipis. "Selamat pagi Ibu, semangat mengajarnya," ucapnya sopan.

Perempuan itu kembali tersenyum tipis. Sepertinya, dia orang yang sangat penyabar hingga di setiap pertemuan Khalid di rumahnya, Ibu dari kekasihnya itu hanya membalas dengan senyum tipis.

Selang beberapa menit mengobrol ringan dengan Khalid, kedua orang tua Rani itu sudah berangkat bekerja. Terdengar langkah kaki dari dalam, Khalid menoleh ke arah pintu yang terbuka menunggu sosok Rani muncul.

Pemulung; Penggombal Ulung (Terbit)Where stories live. Discover now