"Gak usah halu, kan ada gue disini. Lo minta apa?" tanya Ale mengambil tangan Vio untuk digenggam.

"Sa ae lo playboy." ucap Vio terkekeh.

Ale mendengus kesal. "Jangan ngerusak momen deh."

"Ya serah gue lah." ucap Vio menjulurkan lidahnya pada Ale. Setelahnya mereka saling hening. Ale jadi tidak fokus menyetir saat melihat Vio cekikikan menatap benda pipih tersebut.

"Kenapa lo ketawa sendiri heh?" tanya Ale. Vio hanya meliriknya sekilas lalu menatap ponselnya kembali. Tangannya bergerak bebas dilayar ponsel membuat Ale berdecak.

"Ck! Gue tanya Vio." ucap Ale terdengar tegas.

Vio menoleh. "Gue lagi jalanin misi, jadi mohon lo diam aja." ucapan Vio membuat Ale semakin mengerutkan keningnya.

"Yaampun! Kenapa segini banyaknya, terus gue harus bilang apa." ucap Vio terbahak dan sedikit panik.

"Lo kenapa sih?!" ucap Ale kesal.

"Nih bales nya gimana, sumpah gue pusing segini banyaknya." ucap Vio menunjukkan ponselnya. Ale membulatkan matanya dan kakinya tak senagaja menginjak rem.

Vio terbentuk dashboard mobil. Vio memekik saat kepalanya sedikit benjol karena ulah Ale. Ale masih menganga hampir saja rahangnya terjatuh.

"Lo bisa gak sih jangan rem mendadak?!" ucap Vio kesal mengusap keningnya. "Benjol nih!"

Ale langsung tersadar tangannya terulur mengusap kening Vio. "Eh, maaf gue tadi kaget. Sumpah." ucap Ale mengangkat tangannya berbentuk huruf V.

"Lo kenapa bisa rem mendadak kayak tadi hah?!" ucap Vio setengah kesal.

"Ya... Ya karena liat hp lo tadi." ucap Ale seraya menggaruk hidungnya yang tiba-tiba gatal.

"Baru pertama kali kan lo lihat? Sekarang udah percaya heh?" ucap Vio tersenyum miring.

"Oke percaya, tapi saran gue secepatnya lo cari lagi. Karena gue udah 590 mantan." ucap Ale membuat Vio melototkan matanya tak percaya.

Nah kan lo, lo juga yang menganga.

"Haha lo boong sih, gue tau." ucap Vio terkekeh.

"Dih, gak percaya lo? Kalo gak percaya sih yaudah. Tapi siap-siap kalah." ucap Ale kembali menjalankan mobilnya.

"Curang ah lo! gak seru." ucap Vio mencurutkan bibirnya kesal.

"Kok gue? Curang apa gue?"

"Ya gak boleh lo diatas gue, harusnya gue yang lebih banyak." kata Vio.

"Lihat aja siapa yang menang." ucap Ale tersenyum smirk.

"Pokoknya gue harus menang! Playgirl nomor 1!" gumam Vio. Ale yang mendengar hanya menggelengkan kepalanya.

"Semangat menuju kekalahan Vio." ucap Ale meledek membuat Vio mendengus kembali menatap ponselnya. Berniat membuat pengumuman dengan postingan di akun sosmed nya dengan pagar #yangmaujadimantanVio

Valid no debat, Vio urat malunya udah putus.

"Udah gak usah gas pol, yuk turun." ucap Ale melepas seat belt lalu turun. Mengitari mobil berniat membukakan pintu untuk Vio. Vio memasukan ponselnya pada sling bag lalu turun.

Ale menggandeng tangan Vio berjalan menyusuri taman yang begitu luas, banyak anak kecil mulai dari bermain, berlarian, main ayunan, main pasir, dan ada juga yang berfoto ria.

"Mau beli es krim kan?" ucap Ale saat melihat Vio menatap tukang es krim tanpa kedip.

Vio menoleh lalu mengangguk dengan mata berbinar menarik-narik ujung baju Ale. "Beliin ya." ucap Vio mengeluarkan puppy eyes-nya.

Ale lagi-lagi mengumpat dalam hati, kenapa gadis ini sangat menggemaskan. Rasanya ingin mengurung Vio seharian.

Ale mengacak rambut Vio lalu keduanya menghampiri penjual es krim. "Bang, es krim mix Vanilla Cokelat 2." ucap Ale diangguki abang tersebut.

"Le, gue beli batagor disitu dulu ya." ucap Vio menunjuk penjual batagor. Ale mengangguk sebagai jawaban. Vio langsung berlari bak anak kecil. Ale tersenyum tipis sembari menggelengkan kepalanya.

"Pacarnya lucu ya mas, cantik lagi." ucap abang penjual es krim.

"Iya, calon istri saya tuh mas." ucap Ale terkekeh.

"Oh, kalian mau nikah ya?" Ale mengangguk membuat penjual itu terkekeh.

"Niatnya mau minta nomornya mas, tapi ada calonnya ya gak jadi deh." ucap penjual es krim.

Penjual itu seperti seumuran dengannya. Ale takut jika Vio tertarik dengan mas-mas ini. Pasalnya masnya juga ganteng, dan satu lagi keren.

"Nih, mas." Ale mengeluarkan selembar berwarna merah. Vio datang dengan menenteng satu kresek berisi dua bungkus plastik batagor.

"Udah beli?" tanya Ale pada Vio. Vio mengangguk menunjukkan kresek pada Ale.

"Mas, ini kembaliannya." ucap abang tadi dengan senyum mengembang.

"Astaghfirullah mas, kok bisa manis gitu sih?!" ucap Vio heboh membuat Ale langsung membekap mulut Vio.

"Eh, mbaknya bisa aja. Jadi baper kan saya." Ale menatap tajam penjual tersebut.

Ale langsung menyeret Vio menjauh dari kedai tersebut dengan tangannya masih membekap mulut Vio, agar mulut itu tak kembali bercerocos.

Kedua sejoli itu duduk ditempat biasanya yang mereka dulu sering tempati saat berkunjung disini. Ayunan yang terletak agak jauh dari jangkauan pengunjung lain. Dan jarang pengunjung kesitu.

"Apaan sih lo?! Tadi gue tuh mau nembak masnya. Gara-gara lo mangsa gue lolos!" hardik Vio menghentak-hentakkan kakinya kesal.

"Jangan centil." ucap Ale membuka kresek lalu menyerahkan satu plastik pada Vio. "Udah makan, marah-marah mulu keriputan tau rasa."

Vio mengambil es krim cup tersebut memakannya dengan kesal. Ale terkekeh melihat muka Vio yang menekuk.

"Kalo makan tuh jangan belepotan." ucap Ale mengusap sudut bibir Vio.

"Biarin!" ketus Vio.

"Ngambek, batagornya dimakan gak? Kalo gak gue makan aja."

"Kalo begitu lo gue end." ucap Vio mengalihkan pandangannya kearah lain. Ale mengacak rambut Vio gemas, sumpah demi apapun Vio udah bikin hatinya meleleh dengan sikap Vio.

"Astaga Vio! Kalau gue baper lo harus tanggung jawab!"

"Padahal gue kaga pernah hamilin cowok deh, tapi kenapa cowok-cowok pada minta gue tanggung jawab. Ya Allah ampuni hamba mu ini." ucap Vio mendramatis. Ale menoyor dahi Vio.

"Bego! Gak gitu konsepnya Junaedi."

"Siapa Junaedi? Selingkuhan lo?"

"Yakali amjir ngotak dong!" ucap Ale kembali menoyor dahi Vio. Vio mendengus mengusap dahinya yang selalu menjadi sasaran empuk Aleandra.

"Sialan, kepala gue! Kalo otak gue geser gimana?!"

"Ya bagus dong, tapi sih dari dulu emang otak lo udah geser. Bahkan sampai luar kepala." ucap Ale terkekeh.

"Ale mau patah kaki lo hah?!" ucap Vio menatap tajam Ale.

"Kalo kaki gue patah, emang siapa yang mau ngajak lo jalan." kata Ale.

"Dih, gue bisa ajak kak Ega tuh wle.." ucap Vio meledek. Ale mengapit kepala Vio di ketiaknya. Vio memberontak tapi Ale acuhkan sembari mencomot es krim nya.

"Ale! Lepasin anjir!" ucap Vio setengah tak jelas.

"Salah sendiri ngapain bawa nama cowok pas kita berduaan." ujar Ale.

Cemburu? Bilang sahabat wkwk.

—— BATAS HALUAN ——


See you next chapter🖤!!

•Jangan lupa vote, end komen!

Playboy VS PlaygirlWhere stories live. Discover now