09

54 2 0
                                    


Tiga bulan sudah berlalau tanpa disadari kandungan ayra sudah menginjak 7 bulanan ia pun sudah bisa meluluhkan hati seorang yongyu membuatnya kadang harus lembur hanya untuk menuruti permintaan yongyu.

Pagi kali ini sedikit berbeda,entah kenapa taehyung mengunakan setelan kemeja beserta jas membuat ayra bingung padahal biasanya tae mengunakan kaos kariyawan seperti biasanya.

"Tumben kau tampan tae" canda ayra.

"Aku memang sudah tampan dari dulu kau saja yang tak pernah sadar!" Ketus taehyung.

"Apa kau masih marah?" Tanya ayra menghampiri tae yang tengah sarapan dengan nasi goreng.

Karna malas tae memilih diam dan tetap melanjutkan makannya namun beberapa detik kemudian sebuah benda kenyal menempel dipipinya sehinga otomatis ia menghentikan suapan nasi yang sudah dibibirnya.

"Mian"ujar si pelaku.

"Jangan mengodaku apa kau mau kubuat tidak berjalan untuk kedua kalinya?" Tanya tae datar bukan marah atau bagaimana hanya saja tae sedikit kesal karna tiga bulan belakngan ini ayra selalu mengabaikannya juga jarang dirumah.

"Kau kan tau itu pekerjaanku" bela ayra.

"Berhenti bekerja karna aku sudah memiliki pekerjaan tetap"

"Kerja apa?" Tanya ayra sambil membenarkan dasi taehyung yang masih duduk di meja makan.

"Kerja di kantor mengantikan appa ia sudah terlalu tua" jawab tae sambil menarik tangan ayra membuat ayra duduk dipangkuannya sambil mengendus-ngensus di lehernya.

Kadang ayra sedikit kawatir walau bagimanapun ia tau suaminya itu dulu sering bermain sex saat masih lajang tae sendiri yang mengakui tentang itu namun hebatnya tae sejak mereka menikah sampai sekarang belum pernah melakukan hubungan suami isti takut menyakiti bayi didalam kandungannya tae juga sibuk bekerja kalau menyewa wanitapun tak mungkin uang gajian tae tak akan cukup.

Dari hembusan nafas tae dilehernya ayra tau tae tengah menahan mati-matian nafsunya.

"Mingir tae aku ingin bicara serius!" Ujar ayra sambil turun dari pangkuan tae.

Tae menghembuskan nafasnya kasar mencoba bersabar.

"Apa?" Tanya tae sambil membenarkan tataan rambutnya lagi.

"Kau sudah baikan dengan appamu?"

"Iya kemarin kita bicara ternyata dokter ansol memalsukan tes DNAku karna disuruh ibu tiriku" ujar tae santai.

"Lalu?"

"Kita akan segera pindah ke rumah appa dan kau tak perlu kerja lagi"

"Kemasi barang-barang yang perlu dibawa saja nanti ada supir ke sini menjemputmu" lanjut tae.

"Tapi aku sudah terlalu nyaman bekerja disana" ujar ayra memohon.

"Tak boleh kau sudah berjanji akan berhenti bekerja saat kand—"

"Plisss tae" mohon ayra.

"Ti.  Dak!" Ujar tae tegas dan pergi.

Ayra menghentakkan kakinya kesal melihat kelakuan tae yang semaunya sendiri.

—————————————

Ayra sengaja membanting hpnya keras tapi tenang saja ia membantingnya di kasur masih sayang kalau sampai pecah.

"Ishh dasar suami sok sibuk!" Omel ayra menca-mencak padahal ayra sendiri yang salah karna lupa memberi tau tae kalau hari ini dia harus cek kandungan padahal seharusnya 1 minggu lagi namun dipercepat oleh dokter hendri.

Akhirnya ia memilih untuk menelfon Ny jung dan namjoon bahwa mulai hari ini ia akan berhenti ia yakin yongyu pasti akan marah dengannya.

Setelah menghubungi mereka ayra menuju perusahaan mertuanya itu berharap bisa bertemu taehyung dan meminta tae menemaninya.

—————————————

"Tuan muda kim sedang keluar nyonya dari 1jam lalu dengan sekertarisnya" ujar salah satu kariyawan  taehyung saat ia memanyakan dimana suaminya itu.

Dengan sekertarisnya?

Pertanyaan itu terngiang di kepala ayra mengingat saat ini seharusnya jam makan siang tapi ia mencoba berfikir positif biasa saja kan tae tengah makan siang dengan klaen.

"Huffftt yasudah lah aku akan pergi sendiri saja!"

————————————

"Prempuan dok?" Tanya seorang namja terlihat sangat bahagia.

"Iya selamat ya" ucap dokter irin

Merekapun keluar dan duduk terlebih dahulu di  depan sebuah ruangan dokter hendri yang bersebelahan dengan ruangan yang baru mereka masuki.

"Makasih" ujar seorang prempuan sambil memeluk lelaki disampingnya.

"Aku yang seharusnya berterima kasih padamu karna mau mempertahankan anak kita" ujar si lelaki sambil mengeratkan pelukannya dan menutup matanya itulah kebiasaanya ia akan menutup mata saat merasakan kenyamanan.

Saat membuka matanya ia menatap lurus tepat dipintu keluar ruangan dokter hendri seketika tubuhnya kaku dan mulutnya tak bisa mengeluarkan kata-kata lagi bahkan pelukannya sudah terlepas.


※※


RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang