03

136 2 0
                                    

Bughhh

"Kurang ajar kamu hah berani kamu ngehamilin anak saya!!!" Sentak pria paruh baya.

"Appa cukup jangan" tahan ayra saat appanya hendak memukul tae yang sudah terkapar dengan lebam disudut bibirnya.

Ayra membantu tae berdiri.

Appa ayra menatap tajam dua anak didepannya matanya merah tangannya megepal mehan emosi.

"Mian appa" ujar ayra tertunduk.

"Stop jangan panggil saya appa saya ngak punya anak seperti kamu!" Ujar appa ayra degan tatapan tajamnya.

"Pergi kalian dari sini!" Usir appa ayra dingin.

"Tolong maafkan kami om,saya janji akan membahagiakan putri anda tak apa jika om mengusir ayra tapi tolong beri restu anda" mohon tae pada appa ayra.

"Baiklah tapi saya tak akan pernah rela putri saya masuk agama kamu!" Ujar appa ayra tegas.

Tae membeku faktanya ayra dan dirinya berbeda agama.

"Jika kamu mau restu saya dan ingin menikahi anak saya kamu harus megikuti agama kami" ujar appa ayra.

"Ta..pi..."

"Jika kau tak mau tak masalah silakan lupakan putri saya karna saya juga sudah memiliki calon untuk ayra" ujar appa ayra tegas.

Appa ayra seorang warga biasa ia bekerja sebagai kuli bangunan degan upah rendah dan ia muslim yang sangat taat sedang eommanya telah meninggal sejak ayra lahir.

"Baiklah"

----------------

Setelah pengucapan dua kalimat syahadat tae dan ayra datang ke sebuah rumah megah dan disitu banyak sekali bodygard.

"Ayo" ujar tae sambil megandeng tangan ayra.

Satu dua lagkah tae masuk ia langsung berhadapan degan pria paruh baya degan stelan jas dan juga kumis yang sudah memutih bersamaan dengan rambutnya duduk di kursi kebesarannya dengan wanita-wanita muda disamping-sampingnya.

"Masih berani kau kesini?!" Tanya pria itu degan nada sains.

Dilihat dari prawakan dan wajah ayra yakin itu appa taehyung.

"Aku kesini hanya ingin bertemu jin hyung untuk datang kepernikahanku" ujar tae tak kalah sains.

"Hah menikah memang masih ada wanita yang meginginkan seorang anak hasil perselingkuhan?" Tanya pria itu yang tak lain appa tae sendiri.

Tangan tae megepal kuat matanya merah menahan emosi.

"Cukup appa dia itu anakmu!" Ujar jin yang baru masuk rumah.

"Stop jin kau tau dia hanya anak hasil perselingkuhan wanita jalang itu degan si supir brengsek itu!" Sentak tuan kim marah.

"Sepertinya dia perlu kaca" batin jin mencoba bersabar.

"Kau ada perlu apa tae?" Tanya jin meghampiri tae .

"Aku ingin menikah dan aku ingin jin hyung datang" ujar tae tersenyum mencoba menutupi lukanya.

"Kapan biar hyung ikut bantu?" Tanya jin sumringah.

"Stop kamu bantu-bantu anak jalang itu jin" ujar tuan kim santai namun menyakitkan.

"APPA BERHENTI BICARA SEPERTI ITU JALANG YANG KAU MAKSUD ITU JUGA EOMMAKU!" Bantah jin megeluarkan emosinya bagaimanapun eommanya ia tetap wanita yang telah melahirkannya.

"Berani kamu naikin suara kamu jin?!!,ini semua pasti karna kau kan yang telah meghasut putraku?!" Ujar tuan kim marah.

"Mian appa,ini semua ngak ada hubungannya dengan tae" ujar jin.

"Kamu mulai detik ini kau bukan anakku dan jangan pernah datang kesini lagi semua fasilitas saya tarik"

"Silakan ambil semuanya saya ngak butuh dan bukankah anda memang tidak mengangap saya anak bukan?" Ujar tae dengan smriknya dan pergi meninggalkan rumah besar milik keluarga kim itu.

Ketika jin ingin menyusul sebuah kalimat membuat jin membeku dan memilih membiarkan adiknya pergi.

"Jika kamu menyusulnya appa tak akan pernah menjamin hidup adikmu itu akan tenang"

_____________________

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang