Akhir

279 9 0
                                    

Sebelumnya aku minta maaf karena ngaret banget updatenya. Biasa akutuh sok sibuk😅

Happy Reading!!!

Angin malam yang begitu dingin, keadaan sedih yang menyelimuti setiap orang yang berada di luar ruangan dimana seorang gadis yang ditembak oleh temannya sendiri. Lampu-lampu di sepanjang koridor rumah sakit yang terlihat redup akibat sudah berumur. 

Tangisan pilu terdengar sangat jelas saat seorang cowok membuka matanya, sebuah teriakan meminta seseorang kembali semakin terdengar jelas saat kesadarannya kembali sempurna. 

Terlihat seorang cowok memukul-mukul tembok dan menyalahkan dirinya sendiri.

Ada apa ini?

Shinki, berjalan menghampiri Bagas dengan tangan yang sudah dilumuri banyak darah. 

“Shara … jangan tinggalin gue … “ lirih Bagas kemudian berjongkok dan menenggelamkan wajahnya di antara tangan yang sudah bertumpu di antara kedua lututnya.

Dengan cepat Shinki berjalan saat Bagas menyebutkan nama Shara dengan begitu memilukan. “Gas, ada apa sama Shara? Kondisinya baik-baik aja, kan?” tanya Shinki sangat panik.

Tidak ada jawaban.

“BAGAS!” sentak Shinki, namun Bagas tidak menjawab panggilan dari cowok yang sekarang sudah seperti orang gila.

Shinki melihat sekeliling di sana ada Dilla yang menatap kosong ke arah depan. “Dill, ada apa sama Shara?” tanyanya pada Dilla yang terduduk lemas. 

“DILLA!” sentak Shinki membuat Dilla menoleh lambat dan air mata meluncur bebas di wajah cantiknya itu.

“Kak … Shara kak …. ” 

“Kenapa sama Shara?” seru Shinki. “Dilla jawab gue! Kenapa Shara?” lanjut Shinki. Karena tidak ada jawaban cowok itu beralih ke arah Bara yang berdiri jauh dengan pandangan menatap lurus ke arah lantai.

“Bar, jelasin ke gue semuanya. Shara kenapa? Kenapa semua orang diem?”

“Jawab pertanyaan gue, Bara!”

Shinki menjawab rambut hitamnya. “Argh! “

“Kenapa semua orang mendadak jadi bisu sih!” Kali ini Shinki sudah tidak tahan lagi karena tidak ada yang menjawab pertanyaannya.

Shinki berlari dan mendobrak masuk ke dalam ruangan dimana Shara sudah di pindahkan. Terlihat semua orang menangis di samping brankar Shara diletakkan.  Seorang gadis dengan wajah putih pucat.

Dimana semua alat media yang menempel di tubuh Shara?

“Om, Shara kenapa?” Shinki bertanya pada Ayah Shara yang kini hanya bisa menangis melihat kepergian anaknya.

“Om!” 

Ayah Shara menggelengkan kepalanya. Seketika dunia seakan runtuh detik itu juga. 

Tidak terima akan semua kenyataan ini Shinki beralih ke arah Ibu Shara yang terduduk lemah di lantai yang begitu dingin. Pandangan wanita itu terlihat kosong sama seperti Dilla, tidak ada tanda-tanda wanita itu akan bergerak. Air mata yang ada di pipinya pun mengering akibat terlalu lama menangis.

Shinki memegang tangan Ibu Shara, semoga dengan cara itu wanita itu mau menoleh.

“Tante, ini bercanda, kan?” tanya Shinki diselingi sebuah tawa yang membuat orang mendengarnya dapat merasakan kesakitan cowok itu.

“Kalian semua pasti lagi bercanda. Gue yakin kalian pasti bercanda,” kukuh Shinki. Dirinya bagai ditimpa beribu-ribu batu besar saat semua orang diam dan menangis. Kali ini dirinya tidak akan lagi melihat kemarahan seorang cewek yang selalu melemparinya sepatu. Seorang cewek yang akan marah bila sesuatu kesayangannya di usik.

Shinki menerobos orang-orang yang mengelilingi Shara. 

“Ra!” panggil Shinki dengan menepuk-nepuk pipi cewek itu.

“ …. “

“Shara … bangun.”

“ …. “

“Ra, jangan bercanda, gue lagi nggak pengen bercanda sekarang.”

“ …. “

“Ra, stop Ra. Jangan tidur terus, bangun … liat, sekarang gue ada di sini.”

“ …. “

“Kali ini aja dengerin gue. Buka mata lo.”

“ …. “

“SHARA!” teriak Shinki, semua perkataannya tidak dijawab oleh cewek itu.

Oh God, kenapa begitu singkat!

Bahkan dirinya belum bisa mengatakan kalau dirinya sudah tidak salah paham lagi dengan cewek itu, dia mengetahui segalanya saat cewek itu menolak Rio dan lebih memilih dirinya.

Gue mohon, jangan ambil dia secepat ini!

Rasanya baru kemarin dirinya bertemu dengan Shara di sekolah, dan cewek itu menabrak dirinya kemudian dengan lugunya memperlihatkan senyumannya. Namun, kenapa sekarang senyuman itu tidak ada? Ke mana senyuman itu? Senyuman yang selalu dirindukan.

Bibir Shara terlihat putih pucat dan mata yang tertutup untuk selamanya. Mata yang tidak akan lagi menatap seorang cowok yang hanya mengandalkan gelarnya sebagai ketua osis.

Seorang suster datang dari arah pintu namun semua orang menghiraukan keberadaan dari suster itu. 

“Maaf, pasien harus segera dipindahkan,” ujar pasien itu kemudian beralih untuk menutup selimut hingga ke atas kepala Shara.

“Enggak!” seru Shinki.

“Nggak ada yang boleh ngambil Shara!”

Shinki memegang erat tangan cewek itu saat brankar Shara ingin dipindahkan.

“Shara belum pergi! Dia cuma tidur!”

“Sus, coba periksa sekali lagi, mungkin saja alatnya rusak!”

“Enggak! Gue nggak akan biarin Shara pergi secepat itu!”

Bagas geram melihat kelakuan Shinki, namun dirinya juga menginginkan yang sama seperti cowok itu. Dia tidak mau adik satu-satunya pergi meninggalkannya.

“Shinki, stop!” seru Bagas.

“Shinki!”

YEYY TAMAT GUYSS 😂










































































TAPII BOONG 😂

TENANG GUYS MASIH ADA BEBERAPA PART JADI PANTENGIN TERUS YA😚

TENCUU FOR READING :)


SHARA (TAMAT)Where stories live. Discover now