Dugaan yang benar

164 6 0
                                    

Loha loha lohaa 😊
Jangan pernah bosen nungguin aku up ya guys 😅
Soalnya aku sempat sakit, makanya enggak bisa up 😔
Oh ya sebelum membaca vote comment dulu ya :)

Vote 5 aja aku bakalan langsung up
Maklum dikit yang baca 😆

Happy reading!

Shara Pov

Ting tong!

Ting tong!

Sedari tadi seseorang terus-menerus memencet bel, membuatku sedikit kesal. Tidak bisa menunggu, padahal aku sedang berjalan untuk menghampirinya. Kedua orangtuaku sedang keluar karena ada urusan pekerjaan, jadinya aku di rumah sendirian, sedangkan Bagas ada urusan penting yang tidak dapat diganggu.

Aku memutar kunci lalu membuka pintu, terlihat wajah cowok dengan senyuman yang melengkung di wajah tampannya itu.

“Hai,” sapaku. “Tumben, ada urusan apa?”  lanjutku, setelah jeda beberapa detik.

“Hum … gue cuma mau main aja, boleh?”

“Boleh, lo kayak baru kenal aja.” Aku menyenggol pelan lengan Rio. “Eh, yuk masuk.” Ajakku, aku menarik tangan cowok itu.

Rio memperhatikan sekitar. “Om sama Mama lo ke mana?”  tanya Rio yang menyadari jika Mama dan Papa tidak ada. Soalnya jika Rio datang, Papa pasti akan selalu ada untuk bertengkar dengan cowok ini. Bukan karena apa tapi Bagas selalu mengajak Rio kemari dari dulu jadinya orangtuaku dan Rio sudah sangat dekat.

“Itu Papa sama Mama lagi ada urusan pekerjaan di luar.”

“Ooo,” jawab Rio membeo.

“Jadi?” tanyaku menggantung. Rio menaikkan sebelah alisnya menunggu perkataanku.

“Ihhh lo nggak ada bawa makanan apa?” Itulah perkataan yang aku ingin katakan sejak awal, sudah menjadi kebiasaan jika Rio datang pasti dia akan membawa makanan, tapi karena dulu aku pernah menyukainya jadinya aku agak canggung jika bertemu dengannya tapi hanya sementara. Namun, setelah bertemu dengan Shinki semua itu berubah, kali ini aku sangat mencintai Shinki melebihi apapun juga. Sekarang Rio bagiku hanya Sahabat tidak lebih.

“Gak keburu,” jawab Rio. Aku merengut sebal. “Yaudah kalau gitu, kita cari makan aja yuk?” ajak Rio.

Aku memicingkan mata. “Lo sengaja ya nggak bawa, udah bisa gue tebak,” kataku sangat yakin. Tawa Rio pecah. “Lo belum berubah juga ya.” 

“Yaudah tunggu gue, gue mau ambil ponsel dulu ya,” ujarku.

“Ra?”

“Hmm?”

“Pesan gue kok lo nggak jawab-jawab, kenapa?” 

“Hah?” pikiranku menerawang saat buk Ajeng mengambil ponselku. “Astaga gue lupa, tadi guru gue nyita ponsel gue, karena lo!” jawabku kesal.

“Kok karena gue?”

“Iya soalnya lo terus nyepam gue makannya gue mengecek ponsel. Eh,malah ketahuan sama tuh guru!” ujarku kesal.

Rio mengernyit. “Kenapa lo nggak ngerjain tuh guru, seperti biasa.”

“Ck, lo pikir itu sekolah punya gue, mana bisa gue ngelakuin itu. Dan iya, gue udah berubah, gue udah baik,” ucapku menyombongkan diri.

Rio tertawa, menertawakan perkataanku tadi. “Lo? Berubah? Keram perut gue.” 

“Ish, apaan sih lo!” Aku mencubit pinggang cowok itu.

SHARA (TAMAT)Onde histórias criam vida. Descubra agora