Perubahan

148 7 1
                                    

Ikan teri makan pete,
Yei hari ini aku update.

Fix gak nyambung 😂
Happy reading 😚

Pagi ini aku berangkat sekolah lebih pagi supaya tidak terlambat, aku lagi malas jika hari ini aku harus kena hukuman, masalah dengan Shinki sudah membuatku bad mood. 

Aku keluar dari mobil, hari ini aku diantar oleh Papa karena Papa yang memintanya, dia pikir aku akan berbuat hal aneh karena aku pergi ke sekolah pagi-pagi. 

Dengan santai aku berjalan di koridor sambil bersenandung pelan, menikmati pagi ini sebelum nanti masalah datang. Namun baru saja memikirkannya masalah sudah datang, orang-orang yang aku lewati tengah membisikkan sesuatu yang masih bisa aku dengar.

“Iya, dia cewek murahan itu!”

“Udah punya pacar kok masih aja ya mau rangkul sama cowok lain.”

“Jalang!”

“Lonte!”

Kalimat itulah yang pagi ini di dengar oleh gendang telingaku, ingin rasanya aku mengatakan.“Mirror please! Bilangin orang aja, situ udah bener? Nggak punya kaca di rumah? Pantesan aja ngerasa hidup udah paling bener.” Mungkin hanya kalimat biasa. Tapi, ingin sekali aku mengatakannya. Tapi apalah dayaku jika aku berbicara seperti itu mungkin aku akan mendapatkan masalah lagi.

Aku mencoba menulikan pendengaranku, dengan langkah sedikit dipercepat aku berjalan menuju kelasku, semoga saja tidak akan ada lagi yang membicarakannya. Tapi itu terdengar mustahil mengingat kemarin Shinki mengatakannya dengan sangat keras sehingga terdengar sampai di luar kelas.

“Sabar Ara, hari ini aja. Besok mereka pasti bakalan lupa.” Aku mencoba positif thinking. 

Keadaan di kelas sangat ramai, namun saat aku memasuki kelas mendadak semua orang diam, senyap. Tidak ada yang berbicara, semua menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. 

“Mereka kenapa, Dill?” tanyaku  pada Dilla setengah berbisik.

“Masalah kemarin udah nyebar ke semua murid.” Dilla memberitahuku.

“Ohh,” jawabku membeo mencoba bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa.

“Lo nggak apa-apa, Ra?” tanya Dilla memastikan keadaanku. Aku tersenyum ke arah Dilla meyakinkan diri cewek itu. “Gue nggak apa-apa, santai aja,” jawabku. Dilla terlihat percaya, cewek itu mengangguk lalu kembali duduk di tempat duduknya.

“Eh Dill, udah ngerjain tugas pak Bono, gue lupa nih. Contek dong,” pintaku kepada Dilla.

“Udah Ra, Nih.” Dilla menyerahkan buku tulis bersampul cokelat ke arahku. Sebelum aku dapat menggapai buku itu seseorang sudah mengambilnya dengan kasar.

“Biasain dong ngambilnya!” kataku ngengas tidak terima dengan perilaku orang yang ada di hadapanku.

“Semalam di bayar berapa? Sampai-sampai lo nggak ngerjain tugas,” ucap Fanya membuatku naik pitam. Aku mencoba sebisa mungkin bersabar, tidak ingin memperkeruh keadaan. 

“Cewek kaya lo itu nggak pantes bersanding dengan cowok kaya Shinki, lo itu hanya secuil upil.” Fanya Adalah cewek nakal yang sering kali mengaku-ngaku menjadi pacar cowok ganteng yang ada di sekolah ini.

“Terus lo pikir, lo cocok sama Shinki? Mimpi!” hardik Dilla yang sudah kelewat emosi.

“Eh, lo diem!” bentak Fanya dengan mendorong Dilla sampai badannya menggebrak meja sangat keras.

Plakk!

“Berani lo sekali lagi ngelakuin hal itu sama sahabat gue, lo tunggu aja pembalasan gue!” kataku yang sudah termakan emosi.

SHARA (TAMAT)Where stories live. Discover now