New School

533 41 11
                                    


Sinar matahari menembus masuk kedalam kamarku. Aku terbangun mengerjap beberapa kali karena suara alarm sialan itu. Tanganku bergerak otomatis mengambil alarm yang ada di atas nakas lalu melemparnya asal. Bodo amat deh kalau alarm itu rusak.

Aku masih tidak menyangka jika aku dipindahkan sekolah oleh ayahku, bayangkan saja dari sekolah yang WOW bagiku sekarang jadi sekolah yang luser banget! Sekolah ketat dimana aku tidak bisa memakai seragam ketat, sepatu bebas, rambut ombre. Sungguh sekolah yang menyebalkan.

Dengan bosan, dan tidak ada niat sama sekali aku beranjak dari tempat tidur dan melangkahkan kakiku ke kamar mandi, membersihkan diriku yang terasa lengket.

Karena ini sekolah baru, aku harus memakai sepatu hitam dan rambutku sudah di warnai oleh mama kemarin katanya, "kamu harus menaati tata tertib disana, tidak boleh melanggar. Sekali melanggar kamu Mama hukum, kamu harus tinggal bersama kakak kamu di Amerika," bayangkan saja masak aku harus tinggal di Amerika dengan kakakku yang super duper cerewet.

Aku menghampiri kedua orang tuaku yang sudah berada di meja makan. "Pagi Pa!" Aku mencium pipi papa sekilas kemudian beralih mencium pipi mama. "Pagi Mama." Aku memilih duduk di kursi yang menghadap ke arah mama.

"Sayang hari ini Mama udah masakin makanan kesukaan kamu," ucap mama dengan senyum yang merekah. Kalo sudah begini pasti ada maunya, etdah kesel pake banget. Hufft!

Aku membalasnya dengan senyuman juga. Catat senyuman dibuat-buat!

"Alah kamu ini wajahmu jelek gak usah senyum!"  Anjer. Papa malah menoyor kepala ku, aku mengusap-ngusap bagian yang ditoyornya tadi.

Aku mendengus kesal plus jengkel. "Yaelah biasain dong. Sakit tauk!" Okaylah, anggep saja aku durhaka ngomongnya begitu. Tapi mah udah biasa.

"Pagi-pagi udah ribut. Mau makan gak sih!" teriak mama kesal melihat tingkah aku dengan papa. Bilang aja mama itu cerewet. Mau ya papa sama mama?

____

Aku sudah berada di depan sekolah. Aku menarik keluarkan napasku supaya lebih tenang. Jangan kira aku takut, tapi masih gugup saja ke sekolah begini. Takutnya pertama, kalo aku terlalu cantik, kedua terlalu high.

PLETAK!!!

Aku merasakan jidatku sakit. Pagi-pagi udah di jitak. Aku mendengus kesal menatap orang yang menjitakku tadi.

"Pagi-pagi nggak usah menghayal!" ujar papa yang ada di sampingku.

"Ngapian Papa kesini?" ucapku dengan nada tidak suka. Papa malah mencubit pipiku. "Ini sekolah baru, bukan lama."

Aku mengernyit mendengar kata-kata papa. Lah kalo ini sekolah baru apa salahnya?

"Malah bengong lagi. Buruan masuk," ujar papa mendorong punggungku.

Sekarang aku berada di depan pintu bertuliskan 'RUANG TU' aku baru sadar kalo papa mau melunasi hutang-hutangnya. Eh, ralat. Uang administrasinya.

"Shara Claudia Hazel?" tanya salah satu staf cowok. Lumayan ganteng sih. Lalu aku mengangguk sebagai respons.

"Kamu ikut saya," ujar petugas itu. Aku menatap papa, menyalimi tangannya kemudian mengikuti staf ganteng itu, pagi-pagi alim dulu biar nantinya dapet rezeki anak alim. Pret!

Staf ganteng itu mengajak aku ke ruang kelas IPS 1. Terlihat para murid sibuk mendengarkan perkataan panjang kali lebar guru di depan sama seperti badannya yang memiliki volume.

Staf itu mengetuk pintu. "Permisi boleh saya bicara sebentar?" ujar staf ganteng itu. Entah apa yang mereka bicarakan mulut mereka komat kamit kayak mbah dukut. Dukun maksudnya.

SHARA (TAMAT)Where stories live. Discover now