ICH LIEBE DICH

146 9 1
                                    

Sorry jika banyak typo.

Happy Reading!

Shara Pov

Merasa kesal akan kejadian tadi di taman membuatku malas untuk bertemu Papa dan Bagas. Seperti sekarang aku berada di kamar dengan pintu kamar yang terus di gedor oleh Bagas.

"Ara jangan di kunci dong, gue beneran enggak sengaja!" teriak Bagas masih dengan menggedor-gedor pintu kamarku. "Maafin gue ya ... gue beliin ice cream deh," tawar Bagas masih kukuh.

Aku tetap diam mencoba tidak menghiraukan Bagas yang berteriak seperti orang kesetanan.

"Ara!" teriak Bagas terus menerus menggedor pintu kamarku.

Ceklek.

Aku membuang napas dengan kasar, sudah aku duga mama pasti memberikan Bagas kunci serep kamarku. Sungguh Mama itu tidak mau diajak kerja sama.

"Apa!" hardikku kesal lalu membuang muka ke sebarang arah. Malas dengan ekspresi wajah Bagas.

"Jangan ngambek dong, gue kan cuma bercanda." Bagas menarik hidungku membuatku susah untuk bernapas.

Tanganku memukul-mukul ke udara. "Bang! Gue nggak bisa napas!" Aku meronta-ronta supaya Bagas mau melepaskannya.

"Makanya jangan ngambek." Bagas beralih tidur di kasurku lalu mengeluarkan ponselnya dan memainkan game.

Tidak heran dengan sikap Bagas yang seperti ini, aku memukul-mukul Bagas untuk meluapkan kekesalanku.

"Sakit Ara!"

Aku merenggut sebal. "Biarin. Abang sih nyebelin, masak ke sini tidur terus main HP. Bujuk Ara dong biar Ara nggak marah lagi!" teriakku kesal.

"Males." Perkataan Bagas membuat darahku naik ke ubun-ubun.

"ABANG!"

Aku menggigit lengan Bagas membuatnya mengaduh kesakitan. Masa bodoh enggak peduli!

"Bercanda Ra. Yaudah siap-siap gih, kita shopping. Gue juga mau siap-siap dulu," ujar Bagas membuat binar di mataku.

"Oke siyap!" Aku langsung berlari ke kamar mandi untuk membasuh badanku yang terasa lengket.

Setelah selesai aku keluar dari kamar lalu menghampiri Bagas di ruang tamu yang tengah menonton berita siang.

"Yuk Bang, Ara udah siap."

Bagas menoleh ke arahku kemudian beranjak menghampiriku. "Yuk." Bagas memberi kode supaya aku mengaitkan tanganku di lengannya. Tanpa pikir panjang aku mengaitkan tanganku di lengan cowok itu.

Bagas membukakan aku pintu mobil. "Buat tuan putri," kata Bagas sambil menundukkan badannya.

"Alay deh Bang," kataku sambil cekikikan. Perlakuan Bagas seperti ini membuatku sangat senang.

Setelah menutup pintu mobil Bagas berlari memutari mobil. Cowok itu duduk di depan kemudi dengan aku yang berada di samping cowok itu.

Mobil di jalankan, roda-roda mobil melaju ke luar area rumah dan berjalan menuju ke–mall terdekat.

Berjalan hampir 2 jam untuk mengunjungi berbagai toko mulai dari toko baju, tas, sepatu,dll. Membuat Bagas mengoceh tidak jelas karena lelah menungguku berbelanja.

"Ra udah dong ... kita pulang ya. Badan gue udah pegel-pegel nih," rengek Bagas.

Aku menoleh sekilas lalu kembali fokus mencari jaket yang ingin aku beli. "Bentar Bang, lagi satu aja habis itu kita makan baru pulang."

SHARA (TAMAT)Where stories live. Discover now